Pada tahun 2000 pemerintah Kota Barcelona meluncurkan sebuah program yang bernama 22@Barcelona. Tujuan utama dari program ini ialah mewujudkan Barcelona sebagai kota inovasi, dengan tagline “knowledge-based economy”. Maksud dari tagline tersebut ialah menjadikan Barcelona sebagai kota dengan basis ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu meningkatkan pendapatan ekonomi wilayahnya. Program ini difokuskan pada distrik Poblenou yang merupakan bagian dari wilayah Barcelona, yang seringkali disebut dengan distrik 22@. Pemilihan distrik Poblenou dikarenakan dahulunya wilayah ini merupakan pusat industri terbesar di Barcelona dan letaknya sangat strategis dari pusat kota Barcelona. Namun, memasuki tahun 1960 wilayah ini mengalami masa post-industrialis, yang menjadikan kualitas lingkungan dan social distrik Poblenou menurun dan terpuruk (Ajuntament de Barcelona, 2010). 

Berselang hampir 10 tahun pasca program ini diluncurkan cukup banyak perubahan yang terjadi, antara lain perbaikan sekitar 65% wilayah Poblenou, terbangunnya 8 buah ruang terbuka hijau dan beberapa dalam proses pembangunan, berdirinya 10 universitas yang menampung 25.000 mahasiswa, dan berbagai pembangunan lainnya (Ajuntament de Barcelona, 2010). Pembangunan fisik dan infrastruktur ini kemudian diikuti oleh pembangunan mental dari individu yang berada di dalamnya. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri utama dari kota inovasi yaitu adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat yang berkelanjutan (World Café Supporting Information, 2012). Hingga kini, melalui program 22@Barcelona, Kota Barcelona menjadi dikenal sebagai kota inovasi. Selain itu, distrik 22@ juga seringkali digunakan sebagai model untuk desain perkotaan dan perencanaan untuk beberapa kota di seluruh dunia (Sustainable Cities Collective, 2011).

Inovasi dan Kota Inovasi

Berbicara mengenai kota inovasi, akan lebih memudahkan jika dapat memahami kata inovasi itu sendiri. Lizzie Crowley dalam artikelnya yang berjudul Streets ahead: what makes city innovative (2011) mendefinisikan bahwa ”innovation means the successful exploitation of new ideas”. Lebih lanjut dalam tulisan tersebut disampaikan beberapa bentuk formulasi mengenai inovasi, antara lain:

  1. Inovasi dapat berupa berbagai bentuk yang baru atau pembaruan suatu produk tertentu yang memiliki signifikansi dalam pengembangan produk, proses, teknik, metode, dan lainnya.
  2. Inovasi tidak selalu berupa ide radikal. Sebuah ide baru yang radikal mungkin dapat memberikan dampak yang besar bagi masyarakat. Namun sebuah ide baru yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas golongan tertentu juga dapat disebut inovasi.
  3. Inovasi dapat saja mengadopsi dari tempat lain. Maksudnya ialah inovasi tidak harus dirancang untuk satu wilayah, namun juga dapat dikembangkan untuk wilayah lain. Eksplorasi dan pengembangan inovasi tetap harus dilakukan.
  4. Inovasi penting untuk semua sector. Walaupun seringkali dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), namun sesungguhnya inovasi adalah factor pendorong utama ekonomi. (Crowley, 2011).

Berdasarkan  prinsip tersebut, pada poin terakhir dinyatakan bahwa inovasi penting untuk seluruh sektor dan tidak terbatas pada IPTEK. Inovasi juga menjadi salah satu factor pendorong utama pembangunan ekonomi. Menyadari akan hal tersebut, maka Uni Eropa dalam laporan iCity – the Eurpoean Capital of Innovation Award (2013) sangat menekankan pentingnya inovasi sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan Europe 2020. Lebih lanjut dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa Uni Eropa telah menetapkan strategi yang jelas untuk menjadi sebuah Uni Inovasi atau Innovation Union. Strategi tersebut dimulai dari daerah perkotaan, dengan pertimbangan 68% dari populasi Uni Eropa tinggal di kota dan daerah perkotaan memiliki kontribusi tersebsar dalam meningkatkan inovasi di Uni Eropa

  1. Transportasi
  2. Ruang Terbuka
  3. Jaringan Energi.
  4. Sistem Pembuangan.
  5. Sistem Pemanas dan Pendingin
  1. Corporate Environment 

Tahapan lanjutan yang dilakukan pasca pembangunan fisik dan infrastruktur adalah pemanfaatan. Maksudnya ialah bagaimana ruang fisik dan infrastruktur yang telah dibangun dapat dimanfaatkan dengan baik dan terorganisir oleh para penghuni kotanya.  

  1. Personal Environment

Tahapan pembangunan selanjutnya ialah personal environment yaitu penciptaan iklim lingkungan masyarakat. Tahapan ini memiliki peranan yang cukup penting dalam mewujudkan pembangunan kota inovasi. Pemerintah Kota Barcelona membangun ruang-ruang yang dalam kota untuk mendukung aktivitas individu di dalamnya. Selain itu ruang ini juga berfungsi sebagai sarana untuk saling berinteraksi sekaligus memberikan keamanan dan kenyaman dalam melakukan berbagai aktifitas sosial. Personal environment merupakan wadah bagi seluruh komponen masyarakat yang berada di wilayah Poblenou atau distrik 22 dapat turut aktif dalam pengelolaan wilayah tersebut.  

 

Nilai Moral Program 22@Barcelona Bagi Kota di Indonesia

Berkaca pada pemaparan konsep kota inovasi yang diusung oleh pemerintah Kota Barcelona, dapat terlihat bahwa terdapat tiga strategi besar yang diambil melalui nilai dasar perkotaan yang dimiliki, antara lain: 

  1. Perbaikan fisik dan infrastruktur kota. Kawasan distrik 22 sebelumnya merupakan kawasan industry tekstil terbesar yang kemudian ditinggalkan oleh para penghuninya dan berubah menjadi kawasan terbengkalai. Pembangunan fisik dan infrastruktur dengan perencanaan perkotaan yang dilakukan oleh pemerintah mampu mengembalikan kawasan ini menjadi produktif. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik, namun juga mementingkan aspek lain agar masyarakatnya memiliki kualitas hidup yang layak. Selain itu juga pemanfaatan ruang bekas lahan industri dapat dimaksimalkan dengan baik tanpa mengesampingkan penataan ruang dan tata kotanya.
  2. Perbaikan ekonomi melalui sistem pembagian kerja. Walaupun pemerintah Kota Barcelona memegang peranan dan kuasa terbesar dalam perencanaan perkotaannya, namun keterlibatan berbagai pihak juga menjadi salah satu kunci utama keberhasilan. Keterlibatan swasta dan universitas dalam proses perancangan kota juga menjadi nilai tersendiri, karena tidak adanya salah satu stakeholder yang merasa dianak-tirikan. Sistem kerja dalam swasta pun menjadi lebih efektif dalam mengimplementasikan program ini. Terlebih lagi dengan merangkul universitas, dorongan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lebih berkembang melalui sejumlah penelitian yang dilakukan untuk mendukung Barcelona sebagai kota inovasi.
  3. Perbaikan sosial budaya masyarakat. Sistem cluster strategis yang diusung oleh pemerintah memberikan dorongan bagi masyarakat untuk berkespresi sesuai dengan minat. Cluster yang ditata oleh pemerintah menjadi tanggungjawab para stakeholder untuk dapat terus mengembangkannya. Pembentukan cluster dengan zona yang telah ditetapkan dapat memberikan banyak keuntungan, antara lain (1)peningkatan SDM yang terarah, (2)komunikasi lebih strategis, dan (3)pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kebutuhan.

Selain itu ruang-ruang publik yang disediakan oleh pemerintah juga dimanfaatkan sebagai ajang membangun jaringan serta membuka kolaborasi seluas-luasnya. Oleh karenanya masyarakat menjadi terbiasa untuk berkolaborasi sekaligus berkompetisi dengan tujuan utama membangun Barcelona sebagai kota inovasi. Pembentukan nilai budaya masyarakat juga menjadi berubah karena penyesuaian lingkungan yang mendorong untuk berubah, melalui pendidikan, organisasi dan pertemuan yang rutin diadakan.

Empat belas tahun pasca peluncuran program 22@Barcelona pada tahun 2000 hingga saat ini kota Barcelona masih masuk kedalam kota inovasi. Pembangunan fisik dan infrastruktur lingkungan kota yang diikuti oleh sejumlah perubahan non-fisik menjadikan Barcelona lebih mampu menjawab tantangan yang dihadapi oleh kotanya. Kerjasama dengan multi pihak menjadi salah satu kunci utama dalam perwujudan menjadi kota inovasi.

Markus Zahnd (2007) dalam bukunya yang berjudul Model Baru Perancangan Kota yang Kontekstual pernah menyatakan bahwa terdapat tiga pokok masalah dalam proses penerapan masalah kota di Indonesia, yaitu (1) Proses yang rumit, (2)Pengontrolan yang lemah, (3)Pengarahan minim. Sejalan dengan pemikiran tersebut dan berkaca pada proses penerapan pembangunan yang terjadi di Kota Barcelona, terdapat beberapa masalah utama yang terjadi pada kota-kota di Indonesia, antara lain:

  1. Situasi Politik. Ketidakstabilan situasi politik memberikan efek tersendiri dalam komitmen pemerintah dalam proses pembangunan perkotaan. Pembangunan disesuaikan dengan sosok pemimpin pada saat itu dan bukan pada perencanaan jangka panjang yang telah dilakukan.
  2. Fokus terhadap fisik dan infrastruktur. Paradigma bahwa pembangunan adalah terbangunnya fisik dan infrastruktur masih menjadi momok bagi sejumlah kalangan pemerintah. Sebab, bangunan yang berupa wujud lebih dapat secara nyata dan langsung terlihat.
  3. Pengarahan Minim. Gagasan pembangunan Indonesia berbasis peningkatan ekonomi, akan dilakukan jika memiliki dampak besar untuk ekonomi.
  4. Overlapping Tugas &Tanggungjawab. Seringkali pengelolaan pembangunan menjadi tumpang tindih antar lembaga. Seringkali juga ditinggalkan karena tidak ada koordinasi antar lembaga.
  5. Lemahnya Kontrol. Pemerintah seringkali dianggap sebagai pemegang kuasa terbesar dalam proses pembangunan. Sedangkan aktor pembangunan lain, seperti swasta, masyarakat dan universitas, cenderung acuh terhadap perkembangan kotanya.

Lebih lanjut Lizzie Crowley (2011) dalam artikelnya yang berjudul Streets ahead: what makes city innovative memperkenalkan tentang ekosistem inovasi. Dalam kajiannya tersebut disampaikan bahwa inovasi ialah melakukan hal-hal baik melalui cara yang baru. Cara baru ini merupakan hasil dari temuan yang dilakukan dan bisa membawa perubahan serta penting untuk dilakukan. Proses menuju perubahan ini dilakukan dengan melibatkan banyak aktor pembangunan, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat, termasuk universitas di dalamnya. Proses keterlibatan berbagai aktor dan adanya interaksi di dalamnya yang kemudian menghasilkan sesuai itu yang kemudian disebut ekosistem inovasi. (Crowley, 2011). Proses inilah yang seharusnya ditunjukkan oleh kota-kota di Indonesia dalam proses pembangunan yang dilakukan.

Kota tidak hanya terbatas pada struktur bangunan, namun juga harus dapat berfungsi sebagai Ekosistem inovasi. Kota Barcelona dapat terbilang berhasil sebagai kota dengan ekosistem inovasi baik, karena:

  1. Saat ini Kota Barcelona telah digunakan sebagai pusat aktivitas untuk berkolaborasi bagi antar institusi. Selain itu Kota Barcelona juga menjadi sarana berkreatifitas bagi para warganya, sekaligus membuka peluang serta kesempatan baru bagi institusi dan masyarakat untuk berinovasi.
  2. Terciptanya lingkungan perkotaan yang terintegrasi dalam melakukan berbagai aktivitas. Kota Barcelona tidak hanya nyaman untuk berbisnis, namun juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi yang nyaman juga untuk tempat tinggal bagi para warganya.
  3. Kota sebagai pertukaran ide dan kerjasama antar lembaga/institusi. Kota juga menjadi wadah untuk berkolaborasi antar institusi, seperti universitas dan swasta.
  4. Mampu mendorong warganya untuk membangun interaksi antar pihak.
  5. Dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat secara terarah serta terus menerus merangsang pertumbuhan ekonomi wilayahnya.

Belajar dari keberhasilan Kota Barcelona dalam mewujudkan kota inovasi, maka sudah saatnya bagi pemerintah kota di Indonesia untuk dapat mengembangkan paradigma pembangunan yang baru. Bahwa pengukuran keberhasilan pembangunan bukan saja melalui pertumbuhan ekonominya, namun juga dapat melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki. Sehingga dapat saja menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penunjang perekenomian wilayah dan bukan sebaliknya. Karena pembangunan bergerak secara dinamis begitu pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, tentunya pernyataan tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi geografis, karakteristik serta keunggulan yang dimiliki wilayahnya. (Choerunisa Noor Syahid)


[1] iCity – the European Capital of Innovation Award. Final Report February 28th ,2013 http://ec.europa.eu/research/innovation-union/pdf/capital_of_innovation_report.pdf