analisis upah

analisis upahTitle: Analisis Tingkat Upah & Produktivitas Tenaga Kerja 
Type: Book
Author: Endang S Soesilowati (editor), dkk.
Publisher: LIPI Press
Year: 2010

Daya saing suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja memainkan peran vital dalam proses produksi. Dibandingkan dengan tenaga kerja di negara-negara ASEAN khususnya Malaysia, Vietnam, Thailand, kualitas tenaga kerja Indonesia masih terbilang rendah. Kualitas tenaga kerja yang rendah ini tercermin dari rendahnya tingkat produktivitas per pekerja. Masalahnya, tingkat produktivitas ini akan mencerminkan tingkat upah di pasar tenaga kerja. Dalam prakteknya, penetapan tingkat upah pekerja tidak diserahkan pada mekanisme pasar. Alasannya, dalam situasi dimana terdapat surplus tenaga kerja, mekanisme pasar bisa menurunkan tingkat upah jauh di bawah tingkat kelayakan hidup. Berangkat dari permasalahan tersebut buku ”Analisis tingkat Upah dan Produktivitas Tenaga Kerja” ini disusun untuk mengungkapkan sejauh mana tingkat upah pekerja terkait dengan tingkat produktivitas pekerja. Untuk menjawab hal tersebut, pembahasan buku dibatasi pada: analisis faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat upah, kajian sistem dan mekanisme penetapan upah pekerja yang diterapkan pada berbagai industri, analisis perbedaan upah antar sektor lapangan usaha, posisi jabatan/pekerjaan, dan gender, serta analisis kesesuaian dan keterkaitan upah dan produktivitas.

Berbagai data sekunder dari publikasi Badan Pusat Statistik dan institusi lainnya serta wawancara mendalam terhadap beberapa pimpinan/ wakil dari beberapa perusahaan khususnya di Jakarta, analisa data dilakukan baik dengan menggunakan perhitungan statistik sederhana, ekonometrik, dan interpretasi kualitatif.

Beberapa temuan penting antara lain, hasil analisa dengan menggunakan metode panel data terbukti bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara signifikan dan berkorelasi positif mempengaruhi besaran Upah Minimum Propinsi di Indonesia; Atas dasar penghitungan dengan menggunakan data hasil survei struktur upah BPS (2006-2008) menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat upah pekerja pada sektor pertambangan jauh di atas tingkat rata-rata upah pekerja pada sektor perhotelan dan industri pengolahan, dengan peningkatan rata-rata tingkat upah sektor pertambangan jauh melebihi kedua sektor lainnya, sehingga pada tahun 2008 hampir tiga kali lipat dari rata-rata upah pekerja di sektor industri; Differensiasi upah antar gender tidak terjadi pada semua sektor industri dan tidak di semua posisi jabatan/pekerjaan. Pada posisi tertentu di sektor tertentu rata-rata upah laki-laki lebih tinggi dari pada upah perempuan, namun sebaliknya di posisi lain pada sektor yang lainnya rata-rata upah perempuan jauh lebih tinggi daripada upah laki-laki. Bila besaran upah yang diterima paralel dengan produktivitas kerja, maka baik laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat produktivitas yang bervariasi tergantung posisi jabatan/pekerjaan dan sektor usaha yang didudukinya. Produktivitas tenaga kerja merupakan produktivitas parsial dalam suatu industri, namun dari tingkat produktivitas yang ada, perusahaan/industri yang menggunakan labour intensif mempunyai tingkat produktivitas yang lebih rendah daripada perusahaan/industri yang capital intensif. Tingkat produktivitas, inflasi, pengangguran dan upah tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan kenaikan upah di Indonesia. Namun demikian, nampak bahwa tingkat pengangguran tidak signifikan secara statistik. Tingginya pengangguran tidak mampu menurunkan upah pada tingkat tertentu, meskipun secara teoritis tingkat pengangguran berpengaruh secara negatif. Produktivitas mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan pergerakan tingkat upah di Indonesia, dengan nilai elastisitas produktivitas terhadap upah sebesar 0,820.