Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Agama dan Kepercayaan kembali menyelenggarakan Webinar Ensiklopedi Kepercayaan secara daring pada Rabu (29/06). Pada sei ke-2 ini, Kepala Pusat Riset Agama dan Kepercayaan, Ali Sofanudin menyampaikan kegiatan pada momentum ini untuk mengenalkan ragam kepercayaan nusantara.
“Di sini kita akan membahas tentang kepercayaan Towani Tolotang yang berada di Sulawesi Selatan,” ungkapnya. Ali berharap, pembahasan kali ini akan banyak membahas naskah narasi – narasi tentang kepercayaan yang bias mendorong penyusunan ensiklopedi nusantara ke tingkat global.
Akhsanul Khalikin, pembicara dari Pusat Riset Agama dan Kepercayaan membicarakan tentang penemuan sebuah kepercayaan di wilayah Kabupaten Sidrap yang bernama Towani Tolotang yang ternyata sudah ada sejak lama. Letak masyarakat penganutnya tepatnya di Kelurahan Amparita.
Kepercayaan tersebut sudah dipercayai dan dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bugis di Makassar. “Asal mulanya sebenarnya dari Kabupaten Mamuju. Menurut masyarakat Mamuju, agama sebagai bentuk keyakinan manusia yang bersifat adikodrati yang menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki nilai dan norma yang mengatur kehidupan manusianya.
Agama bagi masyarakat Towani Tolotang dijadikan sebagai dasar sosial di mana praktis digerakkan di segala aspek kehidupan. “Bagi mereka, titik sentral kepemimpinannya dikendalikan oleh otak Danuarta,” ungkap Akhsanul.

Kepercayaan maupun agama sudah diatur dalam undang-undang pasal UUD 1945. Tepatnya yaitu negara menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memilih agamanya sendiri menuntut agama dan kepercayaannya diatur dalam undang-undang. Agama dan kepercayaan ini semakin berkembang zaman semakin mengalami penyesuaian dan perubahan.
Contohnya, di kecamatan Tellu Limpoe terdapat komunitas yang punya ciri khas memakai kopian hitam serta tidak mengenakan alas kaki. Hal ini merujuk pada ciri layaknya orang islam.
Untuk mempelajari itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui kontinuitas dan perubahan termasuk terkait kebijakan politik pemerintah dan dinamika social dengan masyarakat di sekitarnya. Risetnya menggunakan metode bersifat deskriptif, menggambarkan relasi social. Hal itu berupa komunitas pengikut paham kepercayaan Tolotang terkait dengan ajaran organisasi pengikutnya.
Ada beberapa data yang dihimpun untuk pemaknaan bentuk perubahan, kondisi sosial masyarakat, faktor penyebab, serta aktivitas kelompok baik ritual maupun sosial. Di sini ada upaya yang dilakukan pemuka agama, masyarakat, dan pemerintah. Sistem kepercayaan di sini bersifat religi yang menjadi bagian dari sistem kebudayaan itu. Penelitian ini menunjukkan kepercayaan oleh komunitas terbatas masih relatif kecil.
Masyarakat Tolotang beagama Hindu. Masyarakat ini mengenal sistem pelapisan social. Yang paling menonjol adalah terkait faktor keturunan ya menjadi leluhurnya. Sementara, yang dijadikan ukuran dalam sistem pelapisan sosial yaitu pertalian darah. Mereka bersikap tetutup sehingga tidak mudah mendapatkan informasi. (ftl/ed: and)