Jakarta – Humas BRIN. Para peneliti BRIN kali ini menyoroti terkait kehidupan antar umat beragama yang rukun dan damai. Mereka melakukan penelitian di Desa Pabuaran Kabupaten Bogor. Selasa (26/07), melalui acara Kick off KKN Moderasi, desa tersebut dijadikan sebagai model/percontohan desa kerukunan umat beragama. Sebagaimana disampaikan Peneliti Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PRAK OR-IPSH) BRIN, Ismail melalui pembahasan tema “Dari Toleransi Menuju Sinergi: Secercah Pengabdian untuk Pabuaran”.
Sementara kegiatan moderasi itu sendiri akan digelar selama satu bulan, mulai 25 Juli s.d. 25 Agustus 2022. Acara seperti ini baru pertama kali dilakukan di tahun 2022. Adapun acara itu terpisah dari kegiatan KKN reguler. BRIN melaksanakan kegiatan dengan berkolaborasi bersama Kementerian Agama dan UIN Jakarta.
Tujuan dari kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada mahasiswa atau masyarakat bahwa kehidupan bermasyarakat memerlukan kebersamaan dan saling tolong menolong. Ismail mengatakan, walaupun di lingkungannya terdapat berbagai etnis/suku bangsa dan agama/kepercayaan.
Dalam paparannya, Ismail menjelaskan penelitiannya telah dilakukan sejak 2017. Desa Pabuaran dijadikan lokus penelitian lantaran kemajemukan masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis. Ada enam agama yang dianut, yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu (Sikh), Buddha, dan Khonghucu. Kehidupan multireligi ini ditandai dengan adanya bangunan rumah ibadah yaitu Masjid, Gereja, Kuil, Vihara, dan Klenteng.
Tahun 2018 Ismail dan Tim melakukan pengembangan di Desa Pabuaran dengan pola live-in. Dua kegiatan sekaligus dilakukan dalam setahun terkait dengan inisiatif pemeliharaan dan pengokohan kurukunan antar umat beragama. Kegiatannya terkait pengembangan panduan bina desa kerukunan dan pengembangan model desa kerukunan.
Panduan Bina Desa Model Kerukunan diproyeksikan sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kerukunan pada tingkat desa/kelurahan. Penyusunan panduan dilakukan berdasarkan prinsip partisipatoris, yaitu melibatkan warga di lokasi desa yang menjadi sasaran uji coba implementasi panduan.
Sementara salah satu hasil pengembangan model desa kerukunan adalah Paguyuban Kerukunan Desa Pabuaran (PKDP). Paguyuban ini untuk wadah komunikasi antar tokoh agama yang berada di Desa Pabuaran. Fungsinya sekaligus sebagai mediator jika terjadi konflik antar umat beragama di desa tersebut.
Selanjutnya tahun 2019, Ia dan Tim melakukan kegiatan pengembangan Desa Wisata Kerukunan untuk memaksimalkan potensi kerukunan antar umat beragama dengan kegiatan perekonomian yang berjalan di desa tersebut. Potensi ekonomi yang tersebar di Desa Pabuaran sangat variatif, peternakan (ayam, bebek dan sapi), perikanan, perkebunan, industri rumahan, seperti produsen tahu Serpong dan lampu lampion.
Potensi seni dan budaya juga terpelihara dengan baik. Kemudian dilakukan pengembangan Wisata Danau Cisawang sebagai salah satu objek wisata kerukunan. Rencananya, akan dibangun miniatur rumah ibadah enam agama di sekitar danau tersebut.
Ismail menyampaikan, di tahun 2021, ia dan Tim telah melanjutkan program pengembangan model desa kerukunan dengan menggandeng perguruan tinggi, yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kerja sama ini bertujuan agar program pengabdian masyarakat yang menjadi tri dharma perguruan tinggi dapat bersinergi dengan kegiatan pengembangan model desa kerukunan. Hal itu akan melibatkan mahasiswa sebagai penggerak kerukunan di Desa Pabuaran.
Kegiatan tersebut dihadiri Dosen Pembimbing Lapangan, Kepala Desa, Camat Gunung Sindur, Kementerian Desa PDTT (Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi) Jawa Barat, Ketua PKDP (Paguyuban Kerukunan Desa Pabuaran), Ketua RW, dan perangkat desa lainnya. (suhe/ed:and)