Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra (PR PBS) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengadakan Webinar, kamis (08/9). Agenda acaranya mengangkat topik tentang dokumentasi bahasa dan sastra sebagai pintu gerbang penelitian linguistik, budaya dan sastra berbasis korpus. Webinar ini menghadirkan pembicara seorang peneliti di Newcastle University, Daniel Kraube, Christoph Bracks sebagai Peneliti Frankfurt University, serta Dendi Wijaya dari PR PBS sendiri.

Daniel Kraube memaparkan laporan beberapa studi kasus tentang penelitian bahasa di Indonesia dan sekitarnya. Ia mengatakan, seorang linguis (ahli bahasa) meneliti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, serta varietas bahasa dan sejarah.

Pada tahun 2015-2016 Daniel meneliti tingkat tutur bahasa jawa timur logat Surabaya. Hasilnya adalah tesis dan sebuah makalah sebagai kajian sosiolinguistik tentang penggunaan bahasa di Surabaya. Menurut Daniel, meskipun logat “suroboyoan” dianggap “kasar” karena konon tidak memiliki tingkat tutur bahasa seperti bahasa jawa tengah, namun orangnya tidak kasar. Mereka tetap memakai kata halus hanya penggunaannya berbeda.

Kemudian studi kasus yang ke-2, ia menceritakan pengalamannya pada tahun 2015 yang terdampar di Pulau Lembata (Flores Timur). Di situ ia menemukan sebuah keluarga yang berasal dari Kecamatan Atadei, namun ia tidak pernah meteliti bahasa.

Studi kasus ke-3 terkait Vures di Vanuatu, di mana tahun 2017-2021 ia mengerjakan tesisnya di Australia. Bahan penelitiannya adalah sintaksis komparatif antara sebuah Bahasa Seanik (rumpun Bahasa Austromesia) dan sebuah Bahasa Australia. Bahasa oseanik yang dipilih adalah bahasa vures (Vanuatur Utara, 2000 penutur) karena serumpun dengan Bahasa Indonesia ada kemiripan.
Christoph Bracks mengungkapkan tentang korpus sebuah dokumentasi bahasa. Garis Besar Struktur dasar punya multifungsi yang mengarah pada pemanfaatan penelitian (linguistik) berbasis korpus. Manfaat tersebut di antaranya mendokumentasikan bahasa yang kurang terdeskripsikan. Pada prinsipnya, jejaring harus dibuat seluas mungkin. Caranya bahwa dokumentasi bahasa harus berusaha untuk memasukkan sebanyak mungkin dan beragam rekaman yang secara praktis layak. Hal itu mencakup semua aspek himpunan fenomena yang saling terkait yang biasa disebut bahasa.

Idealnya, dokumentasi bahasa akan mencakup semua register dan varietas. Hal itu akan menjadi bukti bahasa sebagai praktik sosial, mencakup spesimen bahasa baik lisan maupun tulisan, dan sebagainya.

Sementara Dendi Wijaya mengatakan, dokumentasi bahasa adalah pengarsipan lama dari kumpulan materi tentang satu bahasa yang dapat memenuhi beberapa fungsi. Contohnya pada acara pidato, antara lain percakapan sehari-hari, salam, cerita rakyat, penjelasan cara menggunakan alat, penjelasan proposal pernikahan, pidato, pertemuan tentang kegiatan gotong royong di dusun, doa, dan pemakaman.

Tujuan utamanya untuk mendapatkan beberapa contoh setiap jenis aktivitas pidato dalam satu komunitas pidato. Hal itu untuk mengetahui siapa serta sdokumentasi bahasa seperti apa yang digunakan. Tentang itu, komunitas tutur dapat mempelajari keadaan bahasa dan budaya masa lalu. Sebab, ahli bahasa dan ilmu budaya merupakan sumber analisis budaya dan sejarah bahasa.

Ia juga menjelaskan, dokumentasi bahasa sebagai rekaman bahasa untuk data primer. “Idealnya rekaman sebagai langkah pertama dokumentasi bahasa. Hal itu mencakupi semua variasi seperti yang dibahas dalam sosiolinguistik,” ujarnya. Lebih lanjut, ia mempermisalkan seperti percakapan sehari-hari, cerita rakyat, penjelasan tentang cara pemakaian alat, doa, upacara kematian, dan lain-lain. (ANS/ed:And)