Jakarta – Humas BRIN. Situasi ekonomi pada saat ini mengalami ketidakpastian yang tinggi dan beberapa negara telah mengalami tanda-tanda yang semakin jelas. Namun, optimisme untuk bangkit ke arah yang lebih baik cukup tinggi. Beberapa analis menyatakan bahwa Indonesia berada pada situasi yang lebih baik dibanding dengan negara-negara berkembang lainnya.

Hal ini disampaikan Kepala Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraaan Masyarakat (OR TKPEKM) BRIN, Agus Eko Nugroho, saat membuka acara Research Collaboration Sharing #6, Kamis (10/11), di Ruang Auditorium Widya Graha Lantai 2, BRIN Kawasan Gatot Subroto Jakarta. Kegiatan yang terselenggara atas kerja sama Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan BRIN dan PT Angkasa Pura II ini, mengangkat tema “Tantangan Manajemen Korporasi di Tengah Krisis dan Strategi di Era New Normal”.

“Kalau kita melihat trennya, memang sejak 90an, frekuensi krisis itu luar biasa, semakin cepat, dan ketidakpastian semakin luar biasa, baik pada tataran regional maupun global,” tambah Agus Eko. Menurutnya, ini tentu sudah tidak bisa ditunda lagi, mulai dari upaya untuk bagaimana membangun korporasi dan strategi bisnis yang adaptif terhadap situasi yang semakin rentan terhadap berbagai macam gejolak krisis. Bukan hanya di sistem finansial, tetapi juga korporasi di riil sektor, mulai dari strategi bisnis, SDM, termasuk juga bagaimana inovasi teknologi, inovasi tata kelola, menjadi aspek yang penting.

“Harapannya tentu kolaborasi Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan BRIN dan PT Angkasa Pura II ini, akan memberikan langkah konkret dari upaya untuk memperkuat korporasi,” tambah Agus Eko lagi. Hal ini akan menjadikan sebuah harapan bagaimana langkah-langkah membangun strategi korporasi yang diawali oleh PT Angkasa Pura II, dengan berbagai macam korporatif yang ada. Ini tentu akan memberikan langkah-langkah strategis untuk sistem korporasi, bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di masa mendatang.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, sebagai pembicara kunci mengatakan, industri transportasi merupakan salah satu industri yang terkena dampak akibat pandemi Covid-19 yang luar biasa. “Beberapa krisis yang pernah menghantam industri transportasi, seperti perang Irak, wabah Sars, krisis 98, krisis 2008, kenaikan harga minyak, itu tidak sedahsyat pandemi Covid-19 yang hadir sejak tahun 2020 dan sampai saat ini masih terasa dampaknya,” jelas Awaluddin.

Transportasi udara merupakan sektor transportasi yang primadona, karena menurut data terakhir sebelum pandemi, angkanya terus meningkat tinggi. Namun akibat kebijakan lockdown dari pandemi Covid-19, sehingga membatasi pergerakan manusia, sektor transportasi mengalami kontraksi terburuk dibanding sektor lainnya selama puncak pandemi tahun 2020. PT Angkasa Pura II sebagai operator jasa pelayanan kebandarudaraan juga turut merasakan dampak dari penurunan kinerja sektor transportasi akibat kurangnya frekuensi penerbangan.

“Tetapi Angkasa Pura II masih dapat mengelola di atas 30 juta penumpang dalam setahun dimana penggerak terbesarnya adalah Bandara Soekarno Hatta,” ungkap Awaluddin. Dalam konteks survival dan akselerasi pertumbuhan bisnis, PT Angkasa Pura II tetap dituntut menjalankan manajemen krisis yang baik.

Riset tentunya tidak dapat berdiri sendiri untuk memberikan dampak dan manfaat untuk kehidupan manusia. Upaya kolaborasi dengan berbagai pihak harus terus dilakukan untuk menjadikan sains tidak hanya sebatas produksi pengetahuan tetapi juga berimplikasi pada kebijakan dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Dalam kesempatan ini, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan BRIN, Irwanda Wisnu Wardhana dengan Direktur Human Capital PT Angkasa Pura II, Ajar Setiadi. Perjanjian Kerja Sama ini terkait dengan strategi pengembangan wilayah berbasis pada bandar udara di Banyuwangi.

Menurut Irwanda, Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan fokus bagaimana mendorong daya saing korporasi  Indonesia agar mampu memberikan nilai tambah yang lebih. Dalam konteks hubungan dengan BUMN, dalam hal ini PT Angkasa Pura II, berarti dalam industri kebandarudaraan. Apakah mereka nanti mampu mengoptimalkan sebagai penyedia jasa, struktur udara, konektivitas. “Kita (BRIN) bisa memberikan support dalam riset dan inovasi. Karena dalam komitmen BUMN, mereka ingin memperkuat riset itu sebagai driver utama pertumbuhan mereka,” imbuh Irwanda.

Acara Research Collaboration Sharing ini diisi dengan diskusi mengenai tantangan manajemen SDM selama krisis di masa pandemi. Pembicara dalam diskusi ini adalah Direktur Human Capital PT Angkasa Pura II Ajar Setiadi, dan pembahas Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan Syahrir Ika, dipandu moderator Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan Vyta Wahyu Hanifah. (arial/ed: and)