Title: Problematik Identitas Keagamaan versus Keindonesiaan (Kasus Gerakan Pendukung Khilafah Ismaliyah)
Type: Book
Author: Syafuan Rozi (editor), Syamsuddin Haris, Firman Noor, Luky Sandra Amalia, Muridan S. Widjojo
Publisher: LIPI Press
Year: 2009
Buku ini ingin mengungkapkan tentang bangkitnya sentimen identitas keagamaan dalam beragam eksperesinya yang merupakan fenomena kongkret dari munculnya kesadaran dan berakan politik baru yang menunjukkan sebuah sikap kritis terhadap keindonesiaan. Kebangkitan gerakan keagamaan itu, baik dalam tataran pemikiran maupun aksi, di era demokratisasi saat ini dengan beragam motif dan kepentingannya merupakan fenomena konkret yang hadir ditengah-tengah kehidupan berbangsa. Gesekan akan makna keindonesiaan yang mengisyaratkan sebuah toleransi, persamaan dan penghargaan terhadap pluralisme dan keberagaman. Terkait dengan itu, sejauh mana sentimen keagamaan berpeluang membesar dan menjadi ancaman bagi keindonesiaan merupakan sebuah persoalan yang juga menarik untuk dikaji.
Buku yang merupakan studi pustaka ini ingin memberikan sumbangan kajian mengenai fenomena kebangkitan sentimen keagamaan dalam bingkai nasionalisme melalui perspektif kajian ormas Islam kontemporer dalam hal ini kalangan pendukung Khilafah Islamiyah, baik secara implisit dan eksplisit. Atas dasar itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah pemahaman tentang keberadaan kelompok-kelompok yang meyakini konsep Khilfah Islamiyah dan menjadi bagian dari alternatif pemikiran dalam memformat bangun keindonesiaan saat ini dan di kemudian hari.
Secara ganeologis atau asal-usul, gerakan Tarbiyah, HTI, MMI, memiliki akar dan jaringan dengan gerakan Islam antarbangsa. Namun demikian membumikan doktrin atau \\\\\\\”mengindonesiakan\\\\\\\” falsafah dasar keislaman merupakan sebuah pilihan bagi gerakan Tarbiyah. HTI menawarkan sistem ekonomi syariah untuk membendung dampak buruk kapitalisme dan neo-liberalisme di Indonesia. MMI menawarkan empat program unggulan untuk membenahi Indonesia. Gerakan tersebut memiliki pola berfikir global dan bertindak lokal.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah bangkitnya sentimen keagamaan pasti berpotensi menurutkan semangat kebangasaan. Ataukah hal ini merupakan sebuah fenomena yang wajar dari sebuah bangsa yang tengah memasuki fase demokratisasi. Ada kecenderungan dalam konteks desentralisasi dan menguatnya pemerintahan daerah memungkinkan tumbuh bangkitnya semangat keagamaan di tingkat lokal, rampak konsisten dengan semangat dan upaya mengembalikan nilai-nilai lokal, ketika substansi dan nilai-nilai keagamaan merupakan salah satu elemen kuat di dalamnya.
Ada pandangan bahwa kajian mengenai nasionalisme dewasa ini tidak lagi hanya semata diarahkan kepada pembahasan mengenai hubungan antar negara dalam relasi dominasi dan subordinasi, melainkan telah diturunkan pada level negara-bangsa itu sendiri. Dalam kajian yang baru itu membahas nasionalisme berarti mengkaji semacam tantangan internal yang dialami oleh negara-bangsa dari kelompok-kelompok primordial yang ada didalamnya.