Penelitian Tahun 2010

Abstrak:

Dua Negara saling berbatasan akan bisa saling menguntungkan secara ekonomi apabila keduanya secara optimal bekerjasama dalam membangun kawasan perbatasan. Daerah perbatasan seharusnya tidak dilihat hanya sebagai daerah pinggiran belaka yang nyaris tak tersentuh, melainkan sebagai pintu terdepan yang merefleksikan kemajuan Negara. Optimalisasi pembangunan di daerah perbatasan yang berorientasi pada peningkatan kesejahtaraan masyarakat didalamnya setidaknya bisa menekan munculnya masalah perbatasan yang seringkali dipicu dengan kondisi sosial ekonomi yang buram. Apa yang terjadi pada perbatasan Myanmar dan Thailand juga mencerminkan kondisi tersebut, di samping tekanan politik dari junta militer yang tak kunjung usai. Masalah pelarian kelompok-kelompok minoritas dari dalam negeri Myanmar ke perbatasan Thailand refleksi dari tiadanya jaminan sosial ekonomi, apalagi politik, di dalam negeri sendiri. Myanmar secara internal masih dihadapkan pada kekuasaan anarkhi junta militer yang belum juga mau membuka pintu demokrasi. Sehingga banyak kelompok etnis di Myanmar yang terserabut dari negaranya sendiri. Sedangkan Thailand masih disibukan dengan distabilisasi kepemimpinan dalam negerinya, yang bisa sewaktu-waktu berganti pemimpin politik. Penelitian dengan judul di atas merupakan kelanjutan dari penelitian perbatasan antar negara dimana sejak tahun 2010 ini akan memfokuskan kajiannya pada masalah ekonomi politik masyarakat perbatasan Myanmar-Thailand. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi pembangunan daerah perbatasan Thailand – Myanmar yang sarat dengan masalah sosial ekonomi para pelarian kelompok-kelompok minoritas Myanmar ke perbatasan Thailand. Tuntutan perbaikan hidup dan masalah keamanan insani lepas dari kejaran junta militer adalah pemicu utama pelarian mereka ini. Metode penelitian ini bersifat analisis kualitatif yang lebih mengandalkan pada kegiatan penelitian lapangan