Penelitian Tahun 2013

Abstrak:  

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan mengenai dinamika peran elite di Indonesia. Reformasi dan jatuhnya Soeharto membawa konsekuensi dimana kekuasaan tidak lagi berada pada satu pihak. Reformasi mampu merubah, menggeser bahkan menjungkirbalikan pola-pola kekuasaan yang sudah dianggap ‘mapan’ pada jaman Orde Baru berkuasa. Tuntutan pelaksanaan otonomi sebagai bagian demokratisasi berlangsung hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini terjadi sebagai respon terhadap keinginan untuk memberi kesempatan menyumbangkan pikiran dalam pengambilan keputusan bersama. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan serta memberi ruang yang lebih besar kepada rakyat di daerah. Akibat dari perubahan tersebut, lahirlah bentuk-bentuk dan pola-pola baru ‘perebutan’ kekuasaan. Bentuk dan pola itu bisa berupa pola yang benar-benar baru maupun reduplikasi dari pola-pola lama yang muncul kembali.

Jika tiga tahun sebelumnya penelitian mengenai dinamika peran elite lokal difokuskan di Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima, maka tahun ini penelitian difokuskan pada kemunculan kelompok kekerasan dalam demokratisasi di Lombok Tengah. Mengapa kelompok-kelompok kekerasan itu muncul di Lombok Tengah? Kapan mereka muncul? Faktor apa saja yang mempengaruhi kemunculan mereka? Bagaimana karakter organisasinya? Bagaimana relasi yang dibangun mereka dengan elite lokal? Jaringan, dukungan atau strategi apa yang mereka tawarkan untuk ikut meramaikan proses demokrasi di tingkat lokal tersebut? Dan apa dampaknya bagi demokratisasi di tingkat lokal?

Selain masih sedikitnya penelitian mengenai kelompok kekerasan di NTB , signifikansi dari studi ini adalah sumbangan bagi diskursus mengenai politik lokal di Indonesia terkait dengan kelompok kekerasan. Dalam konteks demokrasi, kemunculan kelompok kekerasan di tingkat lokal merupakan sebuah anomali. Asumsinya ketika demokrasi terlembaga secara baik maka tersedia saluran representasi dengan jalan damai sehingga penyaluran aspirasi dengan kekerasan tidak ada. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan metode wawancara mendalam yang dilengkapi dengan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya berbagai pertanyaan penelitian coba dicarikan jawabannya. Selain itu untuk melengkapi data, diskusi inensif maupun penggunaan data sekunder dari berbagai literatur yang bisa dijadikan referensi dilakukan untuk mempermudah peneliti melakukan analisa terhadap hasil temuan di lapangan.