Pusat Penelitian Ekonomi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E-LIPI)berkerjasama dengan Kedutaan Besar Cina dan Chinese People’s Association for Peace and Disarmament (CPAD) mengadakan seminar dengan mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Peningkatan Kerjasama Tiongkok-Indonesia: Integrasi Inisiatif China’s One Belt One Road dengan Indonesian Maritime Connectivity.” Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 70 peserta yang merupakan perwakilan dari kementerian terkait, LSM, lembaga riset, dan pelaku bisnis. Acara ini dibuka oleh Deputi IPSK, Ibu Profesor Dr. Aswatini. Terdapat beberapa keynote speaker yang merupakan perwakilan dari CPAPD, LIPI, Kedutaan besar Cina, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Keynote speaker tersebut terdiri dari Mr. Han Qide (Wakil Ketua CPPCC dan Presiden CPAPD), Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain (Kepala LIPI), Mr. Xie Feng (Duta besar Cina untuk Indonesia), dan Dr. Arif Havas Oegroseno (Deputi KKP).

Secara garis besar, dalam paparannya, para keynote speaker tersebut memiliki pandangan yang relatif sama, yaitu kerjasama One belt One Road sebaiknya dapat sejalan dengan rencana pemerintah Indonesia tentang kebijakan maritim. Untuk itu diharapkan seminar hari ini dapat menjadi langkah awal dalam mengidentifikasi peluang dan tantangan kerjasama yang nantinya akan dihadapi demi kemakmuran dan kesejahteraan kedua bangsa. Adanya kerjasama ini juga akan memungkinan terjadinya peningkatan kerjasama people to people,  pertukaran budaya, dan sebagainya dengan berlandaskan prinsip saling menghormati, menghargai.

Selanjutnya, terdapat pula paparan dari para peneliti senior yaitu dari cina Mr. Xu Xiangchun dan Mr Ye Peigui, sedangkan dari LIPI diwakilkan oleh Dr. Agus Eko Nugroho, dan dari Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi adalah Dr. Totok Hari Wibowo. Dalam paparannya, Mr. Xu menjelaskan bahwa kerjasama perdagangan Indonesia dan Cina terjalin sangat baik. Sudah banyak perusahaan-perusahaan Cina yang membuka cabang di Indonesia. Dalam konteks One Belt One Road Perusahaan Chung Ye di Indonesia sangat bersemangat menyambut one belt one road untuk memperluas pasar infrastruktur. Kemudian, Mr. Ye menambahkan dari sisi historis hubungan Indonesia dan Tiongkok. Beliau mengatakan bahwa, budaya Indonesia dan Tiongkok sangat kental berkaitan satu sama lain, bahkan budaya Tiongkok sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Tiongkok dan Indonesia sudah memiliki hubungan sejak abad ke 15. Dr. Totok dalam pemaparannya menyampaikan ada poin yang harus difikirlan lebih mendalam, misalnya mengenai pembangunan  pelabuhan dan pengadaan kapal, jangan sampai kita akan terjebak pada pertanyaan “lantas apa yang dibawa kapal tersebut dari timur ke barat atau sebaliknya”. Beliau pun menambahkan, perdagangan Indonesia dan Cina itu tidak seimbang oleh sebab itu dengan adanya konsep one belt one road mungkin akan memberikan solusi. Kemudian, Indonesia pun diharapkan tidak terpaku pada potensial wealth yang ditawarkan oleh Tiongkok tetapi kita melihat apa yang dapat kita lakukan dengan platform baru ini. Menurut Dr. Agus, pada dasarnya rasionalitas one belt one road adalah krisis ekonomi, disparitas pembangunan, konflik antar etnis dan agama, ini yang membawa proses recovery dalam segala global tidak bisa berlangsung cepat. Oleh sebab itu, peluang bagi Indonesia dalam program one belt one road adalah potensi investasi Tiongkok berupa sumber FDI, pembiayaan infrastruktur, global production dan marketing chain dan transfer technologi. Untuk itu, Indonesia dan Tiongkok harus memulai reformulasi kerjasama ekonomi Indonesia-Tiongkok agar meningkatkan pola perdagangan dan investasi yang lebih berkualitas. Bahkan diperlukan pula kajian holistik terkait konektivitas maritim di Indonesia dalam konteks one belt one road mulai dari kelembagaan/tata kelola, logistik performance, potensi bisnis, sumber energi, SDM, dampak sosial ekonomi hingga keragaman hayati.

Acara ini kemudian dlanjukan dengan sesi tanya jawab dan ditutup oleh Mr. Zhu Rui. Menurutnya, terdapat tiga  kata kunci sebagai benang merah dalam pertemuan kali ini yaitu peluang, tantangan dan one belt one road. Peluang dan tantangan yang akan dihadapi begitu banyak, namun beliau yakin dengan one belt one road akan dapat mengatasi tantangan yang ada.

(NURLIA LISTIANI)