Jakarta, Humas LIPI. Indonesia harus memiliki kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi agar mampu bersaing di era kemajuan komunikasi dan teknologi. Untuk mencapai kemampuan tersebut, negeri ini masih harus menyelesaikan persoalan stunting untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
 
Persoalan stunting pun menjadi sorotan utama dalam penyelenggaraan Widyakarya Pangan Nasional dan Gizi (WNPG) XI Tahun 2018 yang bakal digelar pada 3-4 Juli 2018 di Hotel Bidakara, Jakarta. “Permasalahan pemilihan pangan yang berkualitas dan gizi yang seimbang sangat menentukan kualitas SDM kita. Inilah yang akan menjadi salah satu pembahasan dalam WNPG XI untuk menjadi rekomendasi strategis,” terang Plt. Kepala LIPI, Bambang Subiyanto dalam Soft Launching WNPG XI di LIPI Pusat Jakarta, Senin (29/1/2018).
 
Bambang melihat, peran SDM Indonesia ke depan akan semakin signifikan di tengah perkembangan iptek dan telekomunikasi yang semakin cepat. Alhasil, dunia semakin tanpa batas dan membuat negara saling berkompetisi. “Negara yang mampu berkompetisi dengan SDM berdaya saing akan mampu mengambil posisi dan beradaptasi dalam menghadapi era global,” tuturnya.
 
Kendati demikian, dia melihat bahwa tantangan besar SDM Indonesia sekarang ini dikarenakan 60 persen SDM tenaga kerja masih berpendidikan SD dan SMP dan hanya 20 persen yang berlatar belakang pendidikan tinggi. Kondisi ini pun masih diperburuk dengan persoalan stuntingStunting pada intinya adalah gizi buruk dan rendahnya kemampuan kognitif.
 
Dikatakan Bambang, Indonesia saat ini masuk dalam negara ke-5 dengan jumlah angka stunting tertinggi di dunia padahal Indonesia masuk dalam negara G20. Sekitar 26 persen angka tersebut berada pada anak kelahiran antara 2007 hingga 2013.


 
Multidimensional
 
Bambang menyoroti, kekurangberhasilan Indonesia dalam mengurangi stuntingkarena banyak faktor. “Banyak kebijakan dan program yang dilaksanakan, tapi hasilnya belum terlihat karena masalah multidimensional yang tidak bisa dilihat dari aspek gizi saja. Aspek lingkungan dan pendidikan juga memiliki pengaruh penting,” tuturnya.
 
Stunting juga terkait bagaimana pola perilaku yang baik dan keluarga. Persoalan stunting tidak hanya terjadi pada keluarga dengan pendapatan minim saja, namun juga keluarga menengah ke atas. Hal ini karena pola perilaku asuh dan makanan anak yang diserahkan kepada asisten rumah tangga, sehingga kurang terkontrol dengan baik.
 
Tri Nuke Pudjiastuti, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI yang juga Ketua Tim Pakar WNPG XI menuturkan hal serupa, permasalahan stunting sangat multidimensional sehingga tidak bisa dilihat pada satu sisi semata. “1.000 hari pertama di awal kehidupan sangat penting untuk menjadi perhatian pemerintah agar persoalan stunting bisa teratasi,” katanya.
 
Kemudian, pemerintah perlu menyusun berbagai macam strategi untuk meningkatkan standar pangan dan gizi masyarakat, yakni strategi pelayanan gizi yang efektif, aksesibilitas pangan yang beragam, peningkatan kualitas hidup bersih dan sehat. “Selain itu, sangat diperlukan koordinasi yang tepat antara pemangku kepentingan pusat dan lokal terkait kebijakan pangan dan gizi,” terangnya.
 
Di sisi lain, Nuke harapkan, rekomendasi strategis WNPG XI dapat dimanfaatkan untuk mengukur indikator keberhasilan penurunan tingkat stunting. “Kita dalam posisi yang terkait satu sama lain dan yang terpenting adalah bagaimana kita mampu saling mengisi dengan keahlian dan kebijakan yang dimiliki untuk menurunkan angka kekurangan gizi yang menyebabkan stunting,” tutur Nuke.
 
Melalui WNPG XI, Mego Pinandito, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI juga Ketua Panitia WNPG XI menuturkan, LIPI berupaya mendorong diseminasi hasil-hasil penelitian LIPI terkait pangan dan gizi agar mampu tersambung ke industri dengan baik dan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah. Kemudian, WNPG XI juga mengajak masyarakat untuk memahami pangan dan gizi secara baik, serta seluruh pihak terkait untuk berkoordinasi secara sinergis dalam upaya mengurangi angka stunting di Indonesia. Secara khusus, LIPI ingin mengimplementasikan peran iptek untuk meningkatkan pelayanan gizi masyarakat, aksesibilitas pangan yang beragam, penjaminan keamanan dan mutu pangan, perilaku hidup bersih dan sehat, dan pembangunan pangan dan gizi.
 
Untuk diketahui, WNPG sendiri merupakan kegiatan yang rutin digelar setiap empat tahun sekali dengan luaran rekomendasi ilmiah bagi pemerintah dan stakeholdersterkait lainnya. Pada WNPG XI Tahun 2018, LIPI bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai penyelenggaranya. (lyr/ed: pwd,dig)

 

Sumber : Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI

Sivitas Terkait : Dr. Mego Pinandito M.Eng.