APPRA 1

APPRA 1Pada tanggal 2-4 Mei 2019 telah berlangsung Konferensi Asia Pacific Peace Research Association Conference (APPRA) bertempat di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta dengan tema “Empowering Culture of Peace, Sustainable Development and Defending Democracy.” Acara dibuka oleh Prof. Dr. Firman Noor, MA. selaku Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, Dr. Manish Sharma perwakilan dari APPRA, dan Prof. Matt Meyer dari International Peace Research Association (IPRA). Konferensi ini dihadiri oleh 140 peserta yang berasal dari 24 negara, antara lain seperti India, Nepal, Bangladesh, Srilanka, Korea, Jepang, Thailand, Myanmar, Indonesia, Amerika, dan lainnya. Visi dari APPRA sendiri adalah untuk membentuk masyarakat Asia Pasifik agar dapat hidup dalam kedamaian dan keamanan di seluruh dunia. Hal ini diupayakan melalui tiga hal, yakni penelitian, pendidikan, dan advokasi mengenai perdamaian. Untuk mencapai hal tersebut kajian multidisipliner sangat diperlukan, seperti halnya yang menjadi fokus di Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI sendiri, seperti misalnya pada Program Penelitian Prioritas Nasional mengenai ‘Sumbu Pendek’. Begitu pula dengan pentingnya kolaborasi di tingkat internasional agar dapat mendukung perdamaian dunia.

Konferensi pertama APPRA dilakukan di University of Canterbury, Christchurch, New Zealand pada bulan Februari 1991 dengan tema “Peace and Security in the Pacific Region: Post Cold War Problems and Prospects.” Sedangkan konferensi terakhir dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 di Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia dengan tema “Promoting Peace and Upholding the Transcendent Dignity of the Human Person in the Asia-Pacific Region.” Untuk di Jakarta sendiri konferensi ini dibagi ke dalam beberapa topik yaitu: (1) Human Right, Conflict Prevention and Just Peace. (2) Combating Violent Extremism. (3) Sustainable Development and Human Security, Healthcare, Education, Workforce, and Migration. (4) Democracy Advantage: Fostering Prospertity and Peace. (5) Open Government: Transparency, Proper Governance, and Progressive Peace.

APPRA 2Antusiasme peserta dalam mengikuti konferensi ini terlihat dari keaktifan peserta serta penuhnya tiap-tiap ruang seminar yang dibagi dalam 4 sesi breakout dan 18 panel. Terdapat 97 paper yang dipresentasikan. Di hari pertama panel dibagi dua sesi bertempat di 5 ruang seminar gedung Widya Graha LIPI. Beberapa topik yang diangkat yaitu Peace Ecology, Conflict Resolution and Prevention, Religious Extremism and Violence, Peace Education, Peacekeeping Actors, Workforce and Food Security, Human Rights, Transparency and Proper Governance, dan Democracy Implementation: insights from various cases. Sedangkan di hari kedua dilanjutkan pembahasan mengenai Human Security and Social Problems, Inter-state Peace and Conflict, Counter Violence, Peace and Governance, Peace and Education, Peace Building, Peace and Development, Peace and Migration, dan Advocating Democracy.

Pada salah satu panel yaitu Peace Ecology, dibuka oleh presentasi dari Prof. Linda Groff mengenai “Making Peace with Earth: The Many Challenges of Anthropocene Age, Alternative Future Scenarios and An Urgent Call to Action.” Di paparannya diungkapkan bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi, sehingga dibutuhkan pendekatan yang kolaboratif dan inklusif pada masyarakat untuk menanggulangi permasalahan global ini. Menurut salah satu peserta sekaligus penyelenggara konferensi ini, Defbry Margiansyah, MA yang mempresentasikan paper berjudul, “Democratization Through Food: How Food Democracy Empowers Peasants in Indonesia’s Food Sovereignty Regime” acara ini membawa antusiasme baru dalam riset perdamaian di Indonesia karena perspektif yang dihadirkan para pemateri dan pemakalah dalam memahami makna perdamaian sangat kaya sehingga menarik minat terutama untuk cendikia dengan keahlian di bidang lain. Kemajemukan disiplin ilmu, ahli, dan praktisi yang hadir di konferensi kemarin membuka banyak celah baru bagi aktivitas pengembangan keilmuan untuk berkontribusi lebih aktif dan dinamis demi keberlanjutan dan pemutakhiran kajian perdamaian. Konferensi ini pula menjadi momentum lesson learned bagi IPSK LIPI dalam hal penyediaan platform diseminasi ilmu di tingkat global. Para peserta lain juga merasa puas dengan acara konferensi APPRA kali ini. Acara pun ditutup oleh Ibu Deputi IPSK, Prof. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, MA. melalui berbagai penampilan seni dan budaya, dari angklung sampai tari-tarian, setelah launching buku IPRA. Sampai jumpa di konferensi APPRA tahun berikutnya. (Letsu Vella Sundary)