Jakarta – Humas BRIN. Keberadaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan suatu gairah baru bagi publik, untuk melihat satu riset-riset yang komprehensif. Memberikan dampak yang bisa membawa Indonesia, pada daya saing yang lebih tinggi. BRIN dapat memberikan kontribusi bersama teman-teman di Autralia, melalui Indonesian Academics and Researchers Network Australia (IARNA).

“Kepala BRIN menyampaikan, pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, dalam penelitian. Di bidang sosial humaniora ini, mudah-mudahan kita mendapatkan peluang tersebut, dan berdampak bagi bangsa Indonesia,” kata Mukhamad Najib, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, pada webinar Sosialisasi Program BRIN di Bidang Sosial dan Humaniora, di Jakarta, Jumat (22/04).

Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) BRIN, Ahmad Najib Burhani menyampaikan, tujuan dari pertemuan ini, yaitu: melihat beberapa hal yang ada di BRIN, dan kolaborasi yang akan dilakukan. Memberikan kesempatan bagi peneliti yang tertarik untuk bergabung, dan hal-hal yang bisa dilakukan bersama, untuk membangun riset dan inovasi nasional.

“BRIN berharap, bantuan dan kerja sama teman-teman IARNA, dalam memperkuat ekosistem riset di tanah air. Kiblat kita bukan hanya di luar negeri, negara kita juga bisa memiliki tempat yang terhormat, di dunia akademik internasional, dalam memproduksi banyak pengetahuan,” terangnya.

Ekosistem untuk riset dan inovasi peneliti BRIN, jelas Najib, tidak dapat melaksanakan lebih dari 50 persen kapasitas riset, yang dilaksanakan. Selebihnya itu harus melibatkan akademisi di kampus, lembaga riset independen, masyarakat, industri, dalam memperkuat riset di tanah air.

“Pendanaan riset BRIN akan dibuka, kecuali dana DIPA. BRIN bekerja sama dengan industri untuk pengembangan riset. Tim Koordinasi Pemberian Izin Penelitian Asing (TKPIPA) mencoba menghilangkan hambatan peneliti asing, yang akan bekerja sama untuk datang ke Indonesia,” ujar Najib.

Sependapat dengan Najib, Koordinator Program dan Anggaran IPSH BRIN Trina Fizzanty mengatakan, OR IPSH dikenal dengan Rumah Program (RP). Di tingkat OR disusun RP, mengacu pada membangun posisi riset yang kuat, dan jejaring yang sudah terbangun. Bagaimana membangun Indonesia yang maju hingga tahun 2045.

Untuk menjawab RP ini ada dua pilar penting, untuk mencapai ke sana. Bagaimana mengenal jati diri sebagai bangsa, dan bagaimana bangsa kita mampu merespons secara produktif dan kreatif, di dalam dinamika kontemporer. Dalam melaksanakan RP ini, ada hal penting yang kita isi, yaitu bagaimana membangun kolaborasi dengan universitas, lembaga riset independen, dan asosiasi akademik.

“Kolaborasi global ini menjadi kunci dalam menjawab rumah program. Terdapat research grant, kerja sama riset, pola riset asisten, atau join seminar. Berbagai aktivitas untuk mendukung hal itu, melalui scientific research, visites building, dan lain-lain,” ujar Trina.

Direktur Manajemen Talenta BRIN, Raden Arthur Lelono, mengatakan bahwa BRIN bertanggung jawab dalam riset talenta nasional. Target dari riset talenta nasional disiapkan, dengan pemetaan anak SMA. Disiapkan pula program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bersama Kemendikbud, dengan pola magang selama enam bulan. “Melanjutkan riset S1, dengan kegiatan riset asisten, dan diberikan isentif,” jelasnya.

Dijelaskan Arthur, setelah selesai, yang bersangkutan dapat melanjutkan S2 dan S3 nya, yang akan dibiayai oleh BRIN. Artinya Degree by research ini tidak hanya untuk ASN, tetapi berlaku juga untuk non ASN. Skema ini disiapkan untuk S2 dan S3 berbasis riset, pada kelompok riset di BRIN.

“Proses ini didesain mulai dari S1, hingga selesai S3. Ada juga skema post doctoral suatu program, yang mendatangkan tenaga ahli dari luar BRIN, berbasis riset kolaborasi,” pungkasnya. (suhe)