Jakarta – Humas BRIN. Dalam rangka kolaborasi dan kerja sama dalam hal penelitian, pengembangan inovasi dan pembelajaran. Mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan pengembangan pendidikan di Indonesia, Badan Reset & Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Penelitian Koperasi, Korporasi dan Perekonomian Rakyat bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura 2, menyelenggarakan kegiatan webinar, berjudul Research & Innovation Ecosystem in State-Owned Enterprises Series, yang menekankan pada materi pentingnya kolaborasi riset, dan inovasi. Dengan mengusung tema Empowering Collaborative Research & Innovation, di Jakarta, Jumat (20/05).
Kepala Pusat Riset Penelitian Koperasi, Korporasi dan Perekonomian Rakyat BRIN Irwanda Wisnu Wardhana, dalam paparannya menyampaikan tiga hal besar, yaitu dampak riset dan inovasi terhadap kemajuan ekonomi; kemajuan negara sangat tergantung pada kemajuan teknologi; dan kemajuan teknologi berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi.
“Pertama, kalau kita perhatikan revolusi industri ke satu (1700-an), sampai sekarang revolusi industri ke-4. Hal ini, menggambarkan proses perubahan kehidupan manusia, cara hidup manusia,” kata Irwanda.
Revolusi industri ke-1, Irwanda menjelaskan, dalam mempercepat produksi, karena produksi identik dengan output. Keluaran yang semakin besar, hanya menggunakan tenaga manusia. Dengan ditemukannya tenaga uap, sebagai sumber utama energi, dalam melakukan aktivitas. “Tenaga manusia atau hewan, diganti oleh tenaga uap. Transportasi menggunakan tenaga uap dengan kapal uap, berkembang 100 tahun kemudian, menjadi kereta api,” lanjutnya.
Lebih jauh Irwanda memaparkan, pada revolusi industri ke-2 muncul tenaga yang lebih dahsyat, yaitu tenaga listrik. Mekanismenya hampir sama membakar energi dari 1 energi ke energi lain, dari batubara dipindahkan ke energi listrik. “Revolusi industri ke-3, penemuan komputer yang memiliki kecerdasan. Pengerjaannya lebih cepat, mesin bekerja bisa sampai 24 jam, terjadi automasi,” imbuhnya.
Sejak tahun 2000-an yang kita alami sekarang, kecerdasan buatan tadi, menjadi kecerdasan buatan bisa seperti manusia. Kecerdasan buatan, yang bisa melakukan respons, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas. “Dengan menggunakan connectivity internet, big data, bisa dimanfaatkan untuk memprediksi perilaku, dan akan memasuki dunia lainnya, dengan metaverse,” terang Irwanda.
“Kita belum bisa membayangkan, seperti apa revolusi industri ke-4, bahkan ke-5. Ketika kita belum punya pengetahuan riset, teknologi, dan inovasi. Apalagi kita hanya sebagai pasar, ini menjadi tantangan buat kita,” ungkapnya.
Kedua, Irwanda melanjutkan, kalau kita lihat apa hubungan antara revolusi industri, dengan kemajuan ekonomi, tahun 1400 sampai 1700, itu flat. “Setelah tahun 1700-an sampai 2000, kemajuan ekonomi, kesuksesan ekonomi seluruh dunia, menukik tajam. Kesejahteraan manusia dalam bentuk GDP (Product Domestic Brutto), meningkat drastis. Setelah adanya kemajuan teknologi, dan mengubah kehidupan manusia,” tuturnya.
“Pada tahun 1800 an akibat dampak dari teknologi, akhirnya muncul kolonialisasi. Negara-negara yang lebih maju teknologinya, datang menjajah negara-negara yang tidak memiliki teknologi, termasuk Indonesia. Terjadilah penjajahan secara fisik, politik, ekonomi, dan lain-lain,” tambah Irwanda.
Refleksi dari teknologi adalah paten, yaitu hak atas kekayaan intelektual. Dunia didominasi oleh 5 negara dengan paten terbanyak, yang pertama adalah Jepang. Berikutnya Amerika, Jerman, Cina dan Korea. Hal ini menggabarkan negara-negara maju yang didukung oleh paten, dan riset, serta teknologi. “Jepang juga urutan ke-6 dari 141 negara, dalam indeks daya saing dunia, sangat kuat diberbagai aspek, terutama ekosistem inovasi. Jepang bisa mengembangkan antara perusahaan dengan negara, terkait riset dan inovasi, sangat kuat. Sebanyak 80% risetnya, didukung oleh pengusaha,” bebernya.
Kami menggambarkan disini, Irwanda membeberkan, dalam konteks persamaan fungsi dari produksi, modal dan manusia. Jadi bagaimana modal dan manusia itu bergabung, untuk menghasilkan output, berupa kemajuan ekonomi. “Persamaannya yaitu factor productivity, di dalamnya itu ada riset, inovasi, tata kelola, dan sinergi. Disinilah BRIN, Indonesia Aviation & Tourism Research Institute (IATRI), dan Angkasa Pura 2 (AP2) berkolaborasi, untuk menghasilkan output yang besar,” tandasnya.
Ketiga, Irwanda menuturkan, kemajuan teknologi berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi. Sekarang kita bicara tentang economy recovery, bagaimana pandemi Covid 19 menghantam kita. “Menurut laporan PBB, bertambahnya angka kemiskinan, kesenjangan yang melebar. Akses makanan bergizi yg menurun, akibatnya tumbuh kembang pada anak, otak dan fisiknya tidak optimal,” ujar Irwanda.
Irwanda juga menjelaskan, kita sudah melakukan berbagai upaya, dan telah ditangani sejak tahun 2020. Mendukung dunia usaha, dan masyarakat. “Satu hal yang sangat penting, dan sangat berdampak, terkait dengan riset, teknologi dan inovasi, adalah vaksin. Dengan vaksin, kita diperbolehkan berinteraksi di ruang terbuka, ini adalah kemajuan teknologi, riset dan inovasi,” tuturnya.
Berita menggembirakan lanjut Irwanda, pada penerapan teknologi di bidang pertanian, saat pandemi Covid-19 justru tumbuh positif. Kontribusi riset dan inovasi menghasilkan varietas unggul, menggunakan smart irrigation. Penanganan terhadap hama, robotic untuk masa panen, dan memakai aplikasi digital, untuk penjualan produk. “Semoga dengan penandatanganan MoU, kita akan membangun kolaborasi riset untuk mendukung ekonomi Indonesia. Pulih pada kondisi sekarang, dan menjadi negara maju,” harap Irwanda.
Acara dilanjutkan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman, antara OR TKPEKM-BRIN dan PT. AP II. Penandatanganan langsung dilakukan oleh Kepala OR KPEKM-BRIN, Agus Eko Nugroho, dan Direktur Utama PT. AP II Muhammad Awaludin. Selain dengan BRIN, PT. AP II juga, menandatangani Nota Kesepahaman dengan Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) Curug. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Human Capital PT. AP II Ajar Setiadi, bersama Direktur PPI Curug, diwakili Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Ketarunaan, Soekarwoto. (ns)