Jakarta – Humas BRIN. Sejarah merupakan salah satu proses interaksi antar budaya dari masa lalu hingga kini yang ternyata jejak – jejaknya masih bisa dilihat, salah satunya rempah. Maka penting untuk mengetahui dan menelusuri sejarah tercipta. Hal itu disampaikan Lilis Mulyani, Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PRMB) – BRIN pada Forum Diskusi Budaya Seri 38, Senin (6/06) yang diselenggarakan secara daring.

Diskusi kali ini mengangkat tema “Jalur Rempah dan Islamisasi Nusantara: Jaringan Samudera Pasai Abad XIII-XVI”. Aspek agama sangat penting ketika membicarakan rempah dalam perdagangan karena agama memberi napas bagi kehidupan di jalur rempah. Diskusi ini menghadirkan pembicara Abdul Rahman Hamid, Dosen UIN Raden Inten Lampung.

Di dalam pembahasannya, Abdul menghubungkan jalur rempah dengan klasifikasi. “Saya ingin mencoba untuk mengajak sedikit berpikir di dalam menempatkan kronologi sejarah Indonesia, yang dalam konteksnya Samudra Pasai,” ujarnya. Ia mengibaratkan, seringkali Samudera Pasai dalam sejarah Indonesia ditempatkan pada masa lalu bagian ketiga. Contohnya, pada masanya itu hikayat raja-raja Pasai yang menggunakan bahasa Melayu dalam transliterasinya.

Ia menceritakan bahwa agama merupakan suatu stimulus bagi suatu pertumbuhan dan perkembangan. Contohnya, di Sumatera tumbuh satu kota pelabuhan yang tumbuh menjadi Kesultanan yaitu Samudera Pasai. Contoh lain yaitu Majapahit.

Dalam beberapa studi yang dilakukan peneliti, ada tiga jenis rempah yang paling besar di Indonesia, seperti cengkeh dan pala. Distribusi rempah ini bisa dilacak melalui jalur pelayaran dan perdagangan. Nah, penyebaran pada jalur – jalur ini mengandung unsur Islamisasi.

Abdul juga menceritakan Selat Malaka yang menjadi titik sampel penelitian dan titik putar bagi angin muson sehingga mempengaruhi aktivitas pelayaran dan perdagangan. Contohnya, ketika tiba di Selat Malaka, kapal -kapal dipaksa berhenti untuk menunggu. Dampaknya, hal ini memberikan peluang bagi kawasan Selat Malaka dengan pelabuhan-pelabuhannya sebagai satu pusat ekonomi sosial kebudayaan. Yang tidak kalah penting adalah teknologi perkapalan. Karena pada masa itu aktivitas pelayaran masih bergantung pada mesin, sehingga tidak memungkinkan satu pelayaran bisa sekaligus dalam jarak yang sangat jauh.

Suatu riset mengatakan, perdagangan dilakukan secara berantai. satu pusat perdagangan nantinya akan tumbuh menjadi kota pelabuhan. Mengapa Islam penting untuk diperbincangkan berkaitan dengan jalur rempah?

Di dalam konteks sejarah Indonesia, Abdul mengutip atau memperlihatkan bahwa konsep modern dimulai sebelum kedatangan bangsa Eropa. Hal ini menjadi awal bagi zaman modern dalam sejarah, Islam dianggap sebagai stimulus dalam banyak hal.

Abdul menjelaskan proses pengislaman Raja Samudra Pasai marah silu yang dimuat dalam tulisan artikelnya. Di sini menjelaskan jaringan pelayaran dan perdagangan. Lantas ia melanjutkan cerita, kedatangan Islam di nusantara diargumenkan bahwa kedatangannya dari Arab.

Abdul menarik kesimpulan dari karya artikelnya yang menampilkan tiga pola jaringan yang terjalin dari Samudra Pasai. Pertama adalah jaringan dengan India. Di sini diperlihatkan hubungan Samudra Pasai dengan India yang nampak pada persamaan mazhab. Kedua, jaringan yang terbangun Samudra Pasai dengan Cina. Lalu ketiga adalah Jaringan antara Samudra Pasai dengan Jawa. Hal itu sangat penting karena terkoneksi pada jaringan dengan China.

Pada masa Samudra Pasai, para pedagang sering berlabuh untuk berinteraksi dengan pedagang – pedagang Cina dan yang lainnya. Peristiwa ketika Majapahit memuncak kekuasaannya lalu terjadi penaklukan wilayah kekuasaan. Majapahit membawa sejumlah orang muslim ke Jawa. Hal itu yang menjadi cikal bakal terbentuknya komunitas muslim di pantai utara Jawa.

Samudra Pasai sudah menganut Islam dan pedagang – pedagang yang datang kebanyakan adalah orang-orang Islam. Pada saat yang sama, Malaka masih menganut agama Hindu atau Budha. Sudah barang tentu, Samudra Pasai memberikan kontribusi penting bagi perkembangan jaringan maritim dan Islam di Indonesia, terutama dalam rentang abad ke-13 sampai dengan abad ke-16. (ftl/ed: and)