Jakarta – HUMAS BRIN. “Filosofi yang mendasari kegiatan akademik ini adalah kekhawatiran kita untuk umat manusia akan perubahan iklim, polusi, serta berbagai kebencanaan di masa depan,” papar Ahmad Najib Burhani, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (OR IPSH – BRIN) pada kegiatan P2K Urban Lecture Series #16, Kamis (16/6). Kegiatan ini sebagai sesi permulaan dari BRIN-LDE Academy 2022 yang akan dilaksanakan pada 31 Oktober 2022 mendatang.

Lebih lanjut, Ahmad Najib menjelaskan, hal yang mendasari kegiatan BRIN-LDE Academy 2022 tentunya juga kekhawatiran akan kehidupan di perkotaan. Hal itu berkaitan dengan bagaimana pengelolaan sampah yang baik dan juga sistem pengairan serta dunia digital. “Kegiatan ini akan menjadi kolaborasi yang kuat antara BRIN dengan Universitas Leiden dalam melakukan berbagai penelitian yang potensial. itu untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial termasuk untuk menciptakan Kota Cerdas, Berkelanjutan, dan Sehat di Indonesia Pasca COVID-19,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Galuh Indraprahasta, Peneliti OR IPSH memaparkan permasalahan perkotaan atau urban problem berdasarkan konteks di Indonesia. Indonesia termasuk pada kategori negara berpenghasilan menengah dengan tingkat urbanisasi yang cepat, sekitar 57% dari total populasi.

Galuh menyebutkan saat ini Kota Jakarta masih menjadi primadona dalam konteks perkembangan dan pembangunan kota. Namun tidak berarti permasalahan perkotaan hanya ada di kota besar saja. Setiap kota berapapun skalanya memiliki karakteristik permasalahannya masing-masing.

Lebih lanjut ia menjelaskan permasalahan tersebut tidak terlepas dari globalisasi yang telah memberikan dampak cepat terhadap perkembangan teknologi secara digital. Selain hal tersebut, faktor yang berperan penting adalah bagaimana masyarakat itu sendiri, seperti apa lingkungan yang dibangun, dan di mana lokasi geografisnya.

“Kita semua tahu bahwa agenda mengenai berkelanjutan (sustainable) menjadi penting. Kita tahu bahwa dunia sudah semakin digital berkat pengembangan Internet of Things yang masif. Kita juga tahu bahwa pandemi COVID-19 memberikan suatu pengingat bahwa kita harus menjadi manusia dan kota yang sehat,” ungkapnya beralasan. Oleh karena itu sesuai dengan tema yang diangkat, beberapa hal yang sangat krusial mengenai perkotaan dapat didiskusikan.

DGaluh juga memberikan penjelasan terkait kegiatan BRIN-LDE Academy 2022 mendatang. Ia menyebutkan terdapat 4 topik yang akan menjadi pembahasan pada BRIN-LDE Academy 2022. Pertama adalah “Kota Pintar dan Transisi Digital (Smart Cities and the Digital Transition)”, “Kesehatan di Kota (Health in the City)”, “Kota Berkelanjutan, Pengelolaan Energi dan Air (Sustainable Cities, Energy and Water Management)”, terakhir “Keanekaragaman dan Warisan Perkotaan (Urban Diversity and Heritage)”.

Sementara Bart Barendregt, Direktur Ilmiah Institut Antropologi Budaya dan Sosiologi Pembangunan Leiden, dari Universitas Leiden mengatakan Indonesia mengalami urbanisasi dengan cepat sekali. Hanya dalam 2 generasi telah mencapai lebih dari 50% penduduk yang tinggal di perkotaan. Tentu menjadi hal yang wajar di mana semakin banyak orang yang hidup di perkotaan dibanding pedesaan. Karena, kota selalu identik menjadi pusat peradaban dan budaya. Peningkatan peradaban memberikan peningkatan harapan kualitas dan taraf hidup bagi mansyarakat. Namun hal tersebut justru juga memberikan dampak buruk bagi kehidupan manusia. Banyak hal yang menjadi masalah berasal dari perkotaan seperti polusi, ekonomi, sosial, lingkungan, dan sebagainya.

“Solusi apa yang dapat kita lakukan? Skenario pemindahan Ibu Kota Negara telah memberikan perubahan di beberapa negara, seperti Brazil dengan Brasilia. Dengan perencanaan yang baik, kota baru dapat menjadi percontohan sebagai implementasi kota pintar yang juga dapat diterapkan pada kota-kota lainnya,” ucap Bart.

Lebih lanjut Bart menjelaskan bahwa dalam konteks Indonesia, konsep pembangunan berkelanjutan tidak terlepas dari gotong royong dan adat istiadat masyarakatnya sendiri. Kota yang pintar membutuhkan masyarakat yang pintar pula. “Kita dapat mengetahui segala permasalahan yang terjadi dengan bantuan analisis big data untuk menentukan kebijakan dan mengambil keputusan. Seperti apa infrastruktur yang harus dibangun, bagaimana meningkatkan ekonomi masyarakat, pelayanan kesehatan seperti apa yang harus diberikan, dan hal lainnya,” jelasnya.

“Dalam program BRIN-LDE Academy kita akan bekerja bersama antara peneliti junior dan senior mendiskuskan dalam sudut pandang multi disiplin dari ilmu antropologi, ilmu sejarah, ilmu kesehatan, dan sebagainya,” pungkasnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dimanfaatkan oleh para peserta untuk bertanya lebih lanjut mengenai program BRIN-LDE Academy 2022. Kegiatan utama BRIN-LDE Academy mencakup perkuliahan, diskusi penulisan akademik (berdasarkan makalah lengkap yang dikirimkan), potensi kerja sama penelitian, dan kunjungan lapangan. Informasi tersebut dapat dilihat pada laman resmi OR IPSH di https://ipsh.brin.go.id/2022/06/13/brin-lde-academy-on-the-smart-sustainable-and-healthy-city-in-post-covid-19-indonesia-2/. (rba/ed: and)