Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) melakukan riset tentang paleogenomik dan sample gigi pada kerangka manusia pra-sejarah di Papua untuk kebutuhan Publikasi Ilmiah Indonesia. Kerja sama diimplementasikan dengan seremoni penandatanganan naskah Perjanjian Kerja Sama kedua pihak, Selasa (02/08), di Gedung Sasana Widya Sarwono BRIN, Jakarta. Naskah ditandatangani oleh Peneliti Utama yang mewakili Presiden MRIN, Herawati Sudoyo dan Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah (PRAPS) – BRIN, Irfan Mahmud.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra (OR-Arbastra), Herry Yogaswara, mengatakan kerja sama tersebut bertujuan untuk memahami kaitan antara perkembangan manusia pra sejarah dan manusia modern. Tidak hanya itu, namun juga terkait prasarana dan sarana riset yang dimiliki, pertukaran keahlian dalam bidang genetika dan arkeologi, penyelenggaraan seminar dan workshop, serta publikasi ilmiah.
“Naskah ini sebagai permulaan dan berlaku selama 3 tahun. Kerja sama ini bernilai strategis khususnya terkait perkembangan ilmu arkeologi dan paleogenomik yang ada di kedua belah pihak,” tambah Herry. Hery mengimbuhkan, BRIN membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, lembaga riset independen, industri, dan sebagainya.
Selain itu ada berbagai skema pendanaan riset yang ada di BRIN mulai dari rumah program, riset Indonesia maju, ekplorasi dan ekspedisi, hingga pusat riset kolabarotif yang terbuka untuk umum. Maka dari itu, dilakukan kompetisi untuk mendapatkan proposal terbaik.
Diharapkan Herry, peneliti MRIN maupun BRIN dapat memanfaatkan potensi – potensi pendanaan yang ada di BRIN agar ruang lingkup kerja sama yang dibangun dapat diperluas. BRIN juga memiliki Direktorat Manajemen Talenta yang memberikan kesempatan untuk peningkatan kapasitas SDM peneliti maupun mahasiswa. Salah satunya, para talenta muda dapat memanfaatkan insentif di dalam skema programnya.
Sementara, Herawati Sudoyo mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan kick off dari kerja sama atau kolaborasi riset antara MRIN dan BRIN. “Kerja sama ini bukan hal yang baru, karena sebelumnya kami pernah bekerja sama penelitian dengan lembaga Eijkman,” imbuhnya. Menurutnya, kerja sama penelitian di bidang genetika dan arkeologi yang sudah berjalan tetap harus dilanjutkan.
Lebih lanjut, Hera menyampaikan, sekarang adalah era genomik, era di mana masyarakat melihat informasi genetika itu secara total. “Kalau tidak secara total itupun dalam bagian yang sangat besar. Sebenarnya sudah lewat era di mana kita hanya melihat bagian kecil dari GEN,” ujarnya. Oleh karena itu, agar bisa mengikuti perkembangan teknologi dan kemajuan zaman dalam menghasilkan suatu hasil yang dapat dipublikasikan, tidak ada jalan lain untuk masuk dalam paleogenomik. Hal itu sebagai suatu kondisi di mana suatu bidang membutuhkan pengetahuan dan teknologi tercanggih yang ada.
Maka pendekatan paleogenomik harus dilakukan. Tetapi SDM dan sarananya sangat terbatas, sehingga tidak menutup kemungkinan perlu kolaborasi setara dengan para peneliti di tempat yang memiliki infrastruktur dan pengetahuan termutakhir. “Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Indonesia, terutama untuk mengungkap masa lalu karena sejarah itu bagian dari hidup kita masa kini,” pungkasnya. (Suhe/ed: And)