Jakarta – Humas BRIN. Pekan Pendidikan dan Penelitian Indonesia-Belanda atau “WINNER” mencerminkan komitmen kuat kami untuk lebih berkolaborasi di bidang penelitian dan pendidikan. Acara perayaan tahunan ini menjadi momentum lain untuk memperkuat keberlanjutan bagi kedua negara. “Kuat dan kemitraan jangka panjang dalam penelitian dan inovasi”, ujar Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko. Sambutan tersebut dalam rangka kegiatan pembukaan Seminar Week of Indonesia Netherlands Education and Research (WINNER) ke-3 pada tanggal yang dilaksanakan secara hybrid. WINNER ke-3 ini mengusung tema “Learning and Research Collaboration for Sustainable Green, Blue, and Digital Economies and Societies” di Jakarta, Selasa (18/10). Seminar ini sendiri dihelat hingga 20 Oktober 2022.

Handoko mengungkapkan Belanda adalah satu dari itu mitra Indonesia paling menonjol. Wajar jika kedua negara terus bekerja sama untuk mencari peluang dan kerja sama baru antar lembaga pengetahuan. “Belanda bukan hanya karena ikatan sejarah kita yang panjang, tetapi juga dalam konteks hubungan pada komitmen bersama berdasarkan nilai-nilai bersama untuk mengembangkan mencari kemitraan, dipandu oleh prinsip-prinsip yang solid saling menghormati dan saling manfaat untuk kita dua negara dan orang-orang,” tukasnya. Untuk memperkuat kerja sama tersebut, maka pada bulan Juli 2022 telah ditandatangani Letter of Intent (LoI) mencakup berbagai bidang antara lain kesehatan, keanekaragaman hayati, pertanian, dan energi.

Handoko juga mengatakan forum ini bertujuan untuk mengidentifikasi prioritas bersama, berbagi praktik terbaik, dan membuat koneksi baru. Tahun ini mengangkat tema “Kolaborasi pembelajaran dan penelitian untuk ekonomi dan masyarakat biru, hijau, dan digital yang berkelanjutan”. Tema ini tepat waktunya karena memang sejalan dengan prioritas BRIN dalam kepresidenan G20 2022, yaitu “Transisi Energi Berkelanjutan dan Transformasi Digital ”.

Lebih lanjut Handoko mengutarakan bahwa ekonomi hijau dan biru menjadi prioritas Indonesia untuk mempercepat Sustainable Development Goals (SDGs). Indonesia meyakini dengan mengakses potensi ekonomi kelautan yang sangat besar akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemulihan dan transformasi perekonomian bangsa, terutama untuk meningkatkan produktivitas dan penyerapan tenaga kerja. Lalu tentang ekonomi hijau, Presiden Joko Widodo secara tegas menyatakan bahwa Indonesia perlu mengoptimalkan sumber daya energi bersih dan ekonomi hijau untuk mewujudkan Indonesia yang inklusif, adil, dan berkelanjutan di masa depan. Serta adapun terkait transformasi digital, BRIN sekarang memiliki kerangka transformasi digital untuk pembangunan ekonomi.

Menurut Handoko, penelitian dan inovasi adalah bagian penting dalam mewujudkan semua tujuan dan rencana BRIN. Penelitian adalah landasan untuk pengembangan. Dan Ini meletakkan jalur untuk inovasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi, daya saing industri, dan akhirnya kemakmuran. Handoko menambahkan, bahwa tugas BRIN tidak hanya untuk fokus pada pembangunan bangsa, tetapi juga untuk memecahkan masalah dunia. Di mana dunia saat ini menghadapi masalah besar yang tidak hanya disebabkan oleh pandemi COVID-19, tetapi juga perubahan iklim dan krisis geopolitik yang terus berkembang.

Kondisi ini mengakibatkan masalah yang lebih memprihatinkan seperti krisis pangan, krisis energi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kerusakan ekosistem laut. Namun, dunia telah menyaksikan bagaimana kolaborasi di bidang sains dan inovasi membantu menyelamatkan dunia dari COVID-19, melalui pengembangan berbagai tindakan pencegahan, terutama vaksin, terapi, dan diagnostik. Oleh karena itu, Handoko berharap agar masyarakat harus percaya bahwa kolaborasi semacam itu akan sekali lagi membawa solusi untuk krisis ini.

WINNER edisi ketiga ini dapat menjadi forum di mana ide dan solusi digagas untuk menemukan cara terbaik dalam memanfaatkan kerangka ekonomi biru, hijau, dan digital yang berkelanjutan. “BRIN juga mendorong para peneliti dari kedua belah pihak untuk membahas jalur dan kerangka pertukaran pengetahuan untuk memperkuat kerja sama di bidang sains dan inovasi,” imbuhnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Fasilitasi Penelitian dan Inovasi BRIN, Agus Haryono, mengenalkan BRIN adalah badan khusus pemerintahan yang langsung di bawah Presiden (bukan kementerian, bukan lembaga pemerintah non kementerian), tidak berada di bawah koordinasi kementerian/kementerian koordinator. BRIN mengintegrasikan semua sumber daya (manusia, infrastruktur, dan anggaran) dari 48 lembaga penelitian pemerintah lintas kementerian dan lembaga. BRIN mencakup semua bidang penelitian. Agus menyampaikan bahwa BRIN bertanggung jawab atas kebijakan IMS nasional dan badan pelaksana penelitian, sedangkan Kemdikbud Ristek hanya bertanggung jawab atas kegiatan sains di lingkungan perguruan tinggi. “Kegiatan riset dari kerja sama antara Indonesia dan Belanda yang per tahunnya selalu meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir,” pungkasnya. (suhe/ed: sgd)