Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kependudukan (PRK), Organisasi Riset Ilmu Sosial dan Humaniora (OR ISPH) menyelenggarakan webinar Urban Lecture Series #26, Senin (26/6), secra daring. Kegiatan tersebut membahas topik “Pemodelan Dinamika Spasial untuk Perencanaan Pembangunan Dinamika Kota dan Pedesaan”. Kegiatan ini menghadirkan pembicara yaitu Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik, Badan Informasi Geospasial (BIG), Antonius B. Wijanarto. Diskusi dipandu moderator Galuh Syahbana Indraprahasta, seorang Peeliti PRK BRIN.
Dalam sambutannya, Kepala PRK, Nawawi menyampaikan, pembahasan tersebut penting dan menarik untuk disimak. Menurutnya, topik tersebut perlu dipahami terutama bagi para peneliti di PRK BRIN, juga para pemerhati perencana pembangunan dinamika kota dan pendesaan, serta para akademisi dan mahasiswa. Lalu ia menjelaskan, PRK telah melaksanakan webinar berseri ini secara rutin bulanan dan kali ini merupakan seri ke-26. Narasumber yang dihadirkan pun para pakar dari berbagai pihak, baik itu peneliti, dosen, profesor, bahkan juga para pengambil kebijakan, para pelaku masyarakat. “Saya berharap, pembahasan kali ini bermanfaat bagi kita semua,“ katanya.
Pemaparan Antonius B. Wijanarto diawali dengan pengenalan BIG yang melaksanakan tugas pemerintah di bidang informasi geospasial, perumusan, penyusunan rencana, dan pelaksanaan pengawasan fungsional. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut, BIG dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang riset dan teknologi. Dalam penyelenggaraan informasi geospasial, dijelaskan dalam Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, bahwa informasi geospasial dibagi menjadi dua, yaitu dasar dan tematik.
Dijelaskannya, Informasi Geospasial Dasar (IGD) untuk pemetaan jadi acuan yang lainnya dalam membuat aturan kerangka atau papan catur sama, supaya para pengguna memanfaatkan sesuai aturan. IGD ini meliputi peta rupabumi yang dapat mengolah unsur rupabumi berupa garis pantai, hip sografai, serta perairan. Sedangkan nama rupabumi berupa batas wilayah, transportasi dan utility, bangunan dan fasilitas umum, serta penutup lahan dengan skala yang detail yang akan menghasikan informasi yang bagus. Adapun skala yang digunakan mulai dari skala besar (1:100 dan 1:5000), skala sedang (1:25.000 dan 1:50.000), dan skala kecil (1:250.00 dan 1:1.000.000).
Informasi Geospasi Tematik (IGT) diselenggarakan oleh Kementerian/Lembaga/Pemda yang meliputi perencanaan pembangunan, pertanahan, pertambangan, LHK, rencana tata ruang, kesehatan, kebudayaan, pariwisata, kebencanaan, ekonomi, kelautan perikanan, petahanan dan keamanan, ESDM, bisnis dan investasi, sebaran penduduk, dll. Hal ini menggunakan data penginderaan jauh yang diolah menjadi IGT. Pada umumnya, pengguna data tersebut adalah Kementerian Lembaga/Pemda sesuai keperluan informasi data yang diperlukan.
Mengapa informasi geospasial sangat penting? Anton menjelaskan, dari sisi geografis penduduknya, Indonesia terdiri dari 17.504 pulau, 38 provinsi, dan 514 kota/kabupaten. “Dengan sedemikian besar cakupan wilayahnya, maka perlu pengelolaan darat dan lautan serta isinya. Di sini perlu menggunakan data penginderaan jauh yang sangat murah dan cepat, serta efesien diolah sedemikian rupa sehingga memberikan informasi sesuai kebutuhan,” jelasnya.
Kemudian Anton menguraikan, perkembangan geospasial yang tidak lepas dari perkembangan internet dan komunikasi. Menurut pandangannya, setiap detik bumi bergerak memanfaatkan data citra satelit sebagai analisa, bisa memonitor peringatan dini di muka bumi dan bisa dintegrasi. ”Misalkan, update data, salah satunya memberikan informasi stunting di Indonesia,” ucap Anton memberi contoh. Ia juga menjelaskan pemodelan sistem dinamis dan spasial dinamis perubahan alam atau lahan. Maka, untuk monitoring tentunya harus perlu data penginderaan jauh untuk dianalisis sejauh mana perubahan alam terjadi, juga risiko yang dihadapi. Ia menegaskan, untuk mitigasinya, perlu pertahanan sedemikian rupa dan mengantisipasi akan terjadinya bencana yang disebabkan alam atau manusia.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan perencanaan desa dan kota yaitu terintegrasinya model sistem yang dinamis dan model non spasial terkait penduduk, ekonomi, dan lingkungan. Dengan model prediksi, dapat diketahui perubahan lahan dalam kawasan strategis secara komprehensif dengan mempertimbangkan aspek non spasial. Hal itu untuk melihat prediksi perubahan lahan beberapa puluh tahun ke depan sesuai skenario investasi dan perencanaan ruang dibuat. Tujuannya untuk menyusun skenario pengembangan kawasan melalui pemanfaatan IGT menggunakan integrasi model sistem dinamis dan spasial dinamis. Hal tersebut untuk mendukung tujuan utama pembangunan kawasan strategis agar cepat tumbuh dengan memperhatikan kapasitas lingkungan.
Model Sistem Dinamis dapat dikelompokkan menjadi empat. Pertama, kependudukan yang meliputi jumlah penduduk suatu daerah mencakup kelahiran, kematian, migrasi, ketahan pangan, dan tenaga kerja. Kedua, ekonomi yang meliputi investasi, juga multi perekonomian mencakup sektor pertanian, perdagangan, pendidikan, serta industri. Ketiga, sumber daya lahan yang meliputi lahan lindung hutan, RTH, pemukiman, industri, perdagangan jasa, pertanian, perkantoran, dan pendidikan. Keempat, program strategis yang meliputi program konversi lahan lindung dan proyek strategis nasional. Anton berharap, semoga dengan adanya kegiatan ini akan menjadikan informasi dalam pengelolaan yang baik ke depannya. Sehingga Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan maju. (Bams/ed: And – dok/Bams)