Penelitian Tahun 2011
 
Abstrak:
 
Periode Pasca Orde Baru yang ditandai oleh lengsernya Soeharto dari tampuk kepemimpinan nasional Indonesia ditandai oleh terjadinya berbagai perubahan di Indonesia, yang sering disebut sebagai masa transisi. Dengan mengambil locus di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), buku ini melihat bagaimana perubahan sistem politik pasca Orde Baru di tingkat nasional mempengaruhi peran dan kontestasi elite yang ada di tingkat lokal dalam pemilukada. 
 
Buku ini membedah aspek kekuasaan lokal yang direpresentasikan melalui kompetisi elite dalam pemilukada Bima 2010.  Pemilukada Bima tersebut merupakan pintu masuk untuk menelaah aktor-aktor elite lokal yang memperebutkan sumber kekuasaan politik dengan basis struktur ekonomi dan sistem politik lokal yang sebagian dengan cara-cara yang dapat disebut demokratis, namun di sebagian yang lain justru memperlihatkan “paradoks demokrasi lokal”. Paradoks demokrasi lokal dalam  buku ini sekaligus merupakan kerangka analitik untuk memahami locus buku ini, yaitu demokrasi lokal dalam konteks Indonesia pasca (rejim) otoriter Soeharto.
 
Dalam konteks tersebut, buku mengenai dinamika peran elite lokal dalam pemilukada Bima 2010 merupakan buku hasil penelitian lanjutan tiga tahun mengenai peran elite lokal pasca Orde Baru. Pada tahun 2009 temuan hasil penelitian di Lombok Timur memperlihatkan bagaimana Toan Guru mengalami perluasan peran tidak sekedar tradisional melainkan politik. Sementara pada tahun 2010, temuan hasil penelitian memperlihatkan bahwa birokrasi ‘menguasai’ peta perpolitikan di Sumbawa maka tahun 2011 memperlihatkan adanya elite patrimonial dalam peta perpolitikan di Bima. Dengan memahami tipologi politik lokal  Bima, buku ini berupaya untuk memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor sosial, ekonomi, kultural dan politik yang mempengaruhi peran dan relasi antar elite lokal dalam pemilukada Bima 2010, serta memperoleh analisa  mengenai kontribusi peran elite lokal dalam pemilukada Bima 2010 terhadap demokrasi di tingkat lokal.