Jakarta – Humas BRIN. Jumat (29/07), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali berkolaborasi dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung menyelenggarakan webinar “Kolaborasi Multi Pihak”. Pada kesempatan ini, tema yang diangkat yaitu Riset Berbasis Tri Darma untuk Peningkatan Daya Saing PTAIN.

Hadir selaku pembicara, Kepala Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan BRIN, Irwanda Wisnu Wardhana dan Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Intan Lampung, Ali Abdul Wakhid.

Dalam sambutan kunci, Dekan FEBI UIN Raden Intan Lampung, Tulus Suryanto berharap kegiatan tersebut bisa menjadi sarana diskusi untuk menambah wasasan serta pemahaman pengetahuan dari narasumber. Ia lantas menyampaikan tentang kebijakan arah riset nasional sekarang ini yang mengalami perubahan akibat integrasi lembaga riset dari kementerian/ lembaga ke dalam wadah organisasi BRIN. Saat ini banyak skema pendanaan di BRIN melalui kerja sama dan kolaborasi untuk meningkatkan perekonomian.

Tulus menyampaikan, topik bidang ekonomi terkait dengan penelitian di kampusnya. Bidang tersebut antara lain program pendidikan ekonomi syariah, perbankan syariah, akutansi syariah, serta manajemen bisnis syariah. Paparan yang diberikan, diharap dapat memberikan masukan tentang skema-skema yang ada di BRIN.

Tulus berharap kepada dosen dan mahasiswa agar bisa memanfaatkannya. Caranya dengan berkolaborasi untuk ketersedian sumber daya dan SDM yang ada di PTAIN. Ia membayangkan, di Indonesia, dengan jumlah penduduk 270 juta, menjadi potensi pasar yang baik untuk pengembangan ekolomi islam yang nyata.

Sementara Irwanda, dalam paparannya, membahas tentang kolaborasi multi pihak riset berbasis tri darma untuk peningkatan daya saing. Ia menguraikan tentang dampak riset dan inovasi terhadap kemajuan ekonomi. Menurutnya, kemajuan negara sangat tergantung pada kemajuan teknologi dan dukungan BRIN untuk berkolaborasi riset dan inovasi.

Irwanda memberikan gambaran tentang dampak riset dan inovasi terhadap kemajuan ekonomi. Contohnya, kehidupan ekonomi pada malam hari suatu daerah, negara, maupun kawasan tertentu. Prinsipnya, semakin terang pencahayaan suatu kawasan di malam hari, dianggap kegiatan ekonominya semakin maju dan berkembang. Pada kenyataannya, protet malam hari pulau Jawa dan Sumatera lebih terang dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia. Artinya, aktivitas dan mobilitas penduduk pulau Jawa dan Sumatera di malam hari lebih padat. Ini berdampak pada perekonomiannya.

Selanjutnya, Irwanda menyampaikan bahwa kemajuan negara sangat tergantung pada kemajuan teknologi. Contohnya pada abad 9 – 13, peradaban islam sangat berkontribusi besar terhadap perkembangan sanis dan pengetahuan. Namun seiring dengan waktu keadaan berubah, tiga abad kemudian muncul perkembangan sains modern di Eropa. Di sini terjadi revolusi besar dalam metode keilmuan. Perkembangan tersebut membuat kekuasaan negara diukur berdasarkan pengetahuan teknologi.

Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Maka tak heran bila kini ada pekerjaan lama yang menghilang dan jutaan pekerjaan baru muncul. Revolusi industri menghasilkan penurunan, malah terkadang menghilangkan beberapa kelangkaan. Sehingga waktu, tenaga, dan uang yang semula digunakan untuk mengatasi kelangkaan-kelangkaan tersebut mendadak bebas. Hilangnya atau berkurangnya sebuah kelangkaan otomatis pada akhirnya mengubah banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemudian Irwan menyampaikan bahwa dukungan BRIN untuk berkolaborasi dalam riset dengan perguruan tinggi. Ia menyampaikan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa dilihat dari Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) yang terus meningkat. Hal tersebut karena HaKI juga mempengaruhi kemudahan untuk menembus tataran internasional. Untuk itu inovasi dijadikan budaya berkreasi dan berinovasi sebagai tradisi dan budaya masyarakat.

Maka ia berharap ada pembuka jalan untuk pengungkit daya dukung kegiatan. “Ekosistem riset yang ada di BRIN yaitu open platform dapat mendukung penguatan riset dengan skema fasilitasi. Sinergi korporasi koperasi dapat mewujudkan daya saing. Maka hal itu harus didukung oleh ekosistem riset yang kondusif berupa sinergi antara peneliti, serta perguruan tinggi dan industri,” ujarnya. Dengan demikian, ia berharap adanya ekosistem yang kondusif yang melahirkan inovasi baru dan meningkatkan daya saing bangsa.

Sementara Ali, dalam paparannya, menyampaikan arah kebijakan penelitian PTKIN. Ia menyampaikan bahwa sesuai dengan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan Undang – Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Dinyatakan bahwa, perguruan tinggi wajib menyelenggarakan penelitian dan pengabdian masyarakat.

Ia juga menjelaskan kebijakan Kementerian Agama yang secara teknis diatur Direktorat Jenderal Pendis dalam petunjuk teknis kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Hal itu merujuk pada agenda riset keagamaan nasional. Ia juga menerangkan berbagai penelitian di UIN Lampung yang meliputi penelitian pemula, penelitian dasar, penelitian terapan, penelitian pengembangan, dan penelitian kajian aktual strategis.

Ali menyampaikan bahwa arah kebijakan penelitian PTKIN meliputi 7 program. Program tersebut, pertama, penelitian berbasis hasil dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan kebutuhan market. Kedua, peningkatan minat dan kualitas penelitian oleh pendidik dan peserta didik UIN Raden Intan. Ketiga, peningkatan akreditasi jurnal berskala nasional. Keempat, peningkatan karya ilmiah yang berpotensi mendapatkan hak paten. Kelima, peningkatan dan model penelitian yang sustainable oleh UIN Raden Intan. Keenam, peningkatan kerja sama dengan instansi pemerintah, perusahaan swasta, dan dunia industri dalam penelitian bagi mahasiswa. Ketujuh, peningkatan akses dan partisipasi sivitas akademika dalam kompetisi, lomba, olimpiade, seminar, dan pengembangan bakat mahasiswa tingkat nasional dan internasional. (Sur/ed:And)