Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sikuler, Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat (PR EPS – OR TKPEKM) BRIN, menyelenggarakan Webinar secara daring, Senin (13/02). Webinar mengusung tema ”Ekonomi Biru di Indonesia: Paradigma Pembangunan Ekonomi Nasional Berbasis Sains dan Ekonomi”.

Secara resmi, kegiatan ini dibuka dengan sambutan Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito dan Kepala OR TKPEKM, Agus Eko Nugroho, dengan dipandu moderator Achmad Zamroni.

Dalam sambutannya, Agus Eko Nugroho menyampaikan, luas wilayah Indonesia adalah dua pertiganya lautan. Sehubungan dengan Ekonomi Biru, ini aspek penting dalam pembangunan nasional baik yang sudah berjalan, akan datang, serta berkelanjutan. Menurutnya, selama dua tahun terakhir, pembangunan ekonomi mengalami stagnan. Salah satunya diakibatkan oleh wabah corona virus disease 2019 (Covid-19). Untuk itu terus dicari upaya bagaimana ekonomi bisa berkembang, khususnya yang berbasis kelautan, perikanan, dan maritim.

Agus menyampaikan bagaimana konsep ekonomi sirkuler dapat berkembang yang merupakan tantangan bagi BRIN. BRIN terus berelaborasi dan berkolaborasi serta mengimplementasikan riset dan inovasi yang telah dilakukan.

Sementara itu, Mego Pinandito menekankan pada peran sains dan teknologi dalam pembangunan kebijakan kelautan dan perikanan. Di mana tidak hanya berbicara laut yang harus komprehensif. ”Sebagai contoh kesehatan laut, apabila laut tercemar, maka ikan dan biota laut lainnya akan terkontaminasi,” ungkap Mego.

Mego menginformasikan, dalam konteks kebijakan pembangunan, BRIN harus mengupayakan penyediaan data yang akurat dengan informasi baru dan valid, yaitu bersifat regional nasional dan dibandingkan dengan data global. Kebijakan pembangunan ekonomi biru tidak hanya dilihat dari sisi laut saja namun harus dilihat dari berbagai sektor. Sektor ini mulai dari pariwisata, perikanan, pangan, transportasi, logistik, dan sebagainya. Hal tersebut untuk percepatan pemerataan pembangunan ekonomi biru yang bersifat gotong royong.

Mego juga menyampaikan, dampak signifikan dalam menyusun kebijakan pembangunan ekonomi melalui riset dan inovasi harus melihat berbagai aspek, tidak hanya laut saja, namun harus melihat sektor lainnya. Riset dan inovasi berperan dalam kebijakan mulai program ekonomi, industri, perdagangan peningkatan SDM Perguruan tinggi, dan pelaku usaha.

Metode yang dilakukan dalam membangun ekonomi biru berbeda dengan di daratan. ”Untuk menjangkaunya, jika di daratan akan lebih mudah diakses daripada di laut yang butuh peralatan khusus,” imbuhnya. untuk itu, BRIN memberikan fasilitas laboratorium riset kelautan di daratan, seperti Kapal Riset Baruna. BRIN juga bekerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga serta pihak luar negeri melalui armada kapal.

Menurutnya, riset dan inovasi harus dilakukan secara cermat. Hal ini baik energi permukaan dan potensi dasar laut, yang hasilnya dapat mendorong dan implementasi serta dukungan dari kementerian/lembaga, masyarakat, maupun industri. Sehingga dampaknya signifikan mempercepat pertumbuhan ekonomi kesejahteraan masyarakat. Tantangannya, bahwa wilayah Indonesia didominasi lautan harus dimanfaatkan bersama melakukan riset dan inovasi. BRIN dapat memberikan solusi tantangan ekonomi dan rekomendasi yang dapat dimanfaatkan dalam kebijakan pembangunan ekonomi.

Di sini ditekankan, pandangan tentang ekonomi biru bahwa jangan melihat laut saja dengan mengunakan perahu, namun dengan teknologi antariksa seperti penginderaan jauh. Sebagaimana diketahui, saat ini teknologi ini sudah lebih canggih yaitu melihat objek skala 40 cm. BRIN melakukan riset teknologi penginderaan jauh dalam percepatan kebijakan pembangunan ekonomi.

Kegiatan webinar ini menghadirkan beberapa pembicara. Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, Direktur Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bappenas menyampaikan Ekonomi Biru Berbasis Sain dan Teknologi Terhadap Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia. Anastasia Rita Tisiana Dewi Kuswardani, Ketua Unit Kerja Menteri Kelautan dan Perikanan RI mengulas tentang Kebijakan Ekonomi Biro Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sonny Koeshendrajana, Peneliti BRIN memaparkan Gagasan Konsep Ekonomi Biru Dalam Sains dan Teknologi: Perspektif Teori Dalam Implementasi Ekonomi Biru di Indonesia. Sedangkan Luky Adrianto, Indonesian Marine & Fisheries Socio-Economic Research Network (IMFISERN) membahas tentang Sustainable Blue Ekonomy Tranformation in Indonesia.Kegiatan ditutup dengan oleh Kepala PR EPS, Umi K. Yaumidin. Dalam kalimat penutupnya, Umi berharap, melalui kegiatan webinar ini dapat membangun sinergitas antara kementerian/lembaga, industri, dan swasta. Umi mengatakan, BRIN sebagai produksi ilmu pengetahuan, khususnya terkait kelautan dan konservasi pesisir, diharapkan riset dapat berkontribusi terhadap kebijakan pembangunan nasional. (Sur/ed: And)