Penelitian Tahun 2011
 
Abstrak: 
 
Di Klungkung, komunitas Muslim sudah lama sekali, sejak masa kerajaan lalu. Mereka memperoleh wilayah dari Puri di daerah yang sekarang disebut sebagai Desa Kampung Gelgel. Di desa ini, seluruh aparat adalah Muslim dan menurut Kepala Desa Kampung Gelgel, 100 % penduduknya memeluk agama Islam. Desa Kampung Gelgel dikelilingi oleh Desa Gelgel yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk Hindu. Kehidupan di Kampung Gelgel relatif aman dan tidak ada permasalahan dengan penduduk non-Muslim. Berbeda dengan Kampung Gelgel, Kampung Muslim Lebah yang ada di perkotaan Klungkung seringkali bermasalah dengan wilayah tetangganya, desa Pande. Kedua kampung yang dibatasi oleh jalan raya itu, dihuni oleh penganut agama yang berbeda. Di Kampung Lebah, mayoritas penduduknya adalah Muslim. Sedangkan di Desa Pande, mayoritas penduduknya adalah Hindu. Hubungan kedua wilayah itu kurang harmonis.
 
Sementara itu, komunitas Muslim di Karangasem sudah lama berada. Mereka berasal dari Lombok. Hubungan antara warga Muslim dan Hindu cukup harmonis. Mereka saling mengenal dengan amat baik dan saling bertegur sapa. Hubungan sosial tidak dibatasi oleh perbedaan suku dan agama. Intensitas pertemuan antara pemuda Muslim dengan pemuda Hindu relatif tinggi, entah itu dalam pertandingan sepak bola atau di organisasi sosial yang sifatnya lintas agama, seperti kampung dan desa. Pendek kata pemuda Muslim dan pemuda Hindu bergaul dengan begitu intensnya bagaikan tidak ada kecurigaan di antara mereka.
 
Sedangkan di wilayah Bangli, umat Muslim hanya sedikit dan mereka tidak mempunyai akar sejarah yang kuat. Komunitas Muslim di Kintamani dan Bangli kota, baru memperlihatkan kiprahnya setelah masa kemerdekaan. Sejarah Muslim Bangli kadang dihubungkan dengan keberadaan “Pura Dalem Jawa” atau Pura Dalem Langgar” yang terletak di Desa Bunutin, Kab. Bangli. Konon, pura tersebut merupakan simbol kerukunan umat Muslim dan Hindu di sana. “Pura Langgar” menjadi jejak bagaimana antara Hindu dan Islam di Bali tidak memiliki jarak. Sepintas, pura seluas sekitar satu hektar yang dikelilingi kolam itu tidak berbeda dengan pura di Bali, namun bila diamati lebih teliti, di pura itu terdapat bangunan segi empat, yang berada di tempat utama atau tertinggi di pura tersebut, yang disebut Utamaning Mandala.