Ditulis Oleh : Suwartiningsih, Selasa, 18 Desember 2012
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih tetap solid diatas 6 persen selama 2012 dan 2013. Laju pertumbuhan ekonomi ini masih tetap ditopang oleh sektor konsumsi rumah tangga yang akan meningkat (dari 5.5 persen pada 2012 dan menjadi 6.2 persen 2013). Sektor Investasi juga akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Laju pertumbuhan sektor investasi akan mencapai 8.4 persen selama 2012 dan menjadi 8.76 persen 2013. Sektor pemerintah juga berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kedepan. Laju pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkat menjadi 10.9 persen padatahun 2013 seiring peningkatan anggaran subsidi BBM dan upaya menggenjot perbaikan infrastruktur. Ekspor Indonesia akan tumbuh positif yang didukung oleh komoditas andalan ekspor seperti batubara, CPO dan karet. Sedangkan impor juga akan meningkat didorong oleh kebutuhan akan bahan baku dan barang modal untuk mendukung laju investasi.
Hasil estimasi diatas merupakan hasil kajian Tim Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi LIPI yang disajikan oleh Maxensius Tri Sambodo, Ph.D, dalam acara Jumpa Pers – Economic Outlook yang rutin diselenggarakan setiap tahun yang pada tahun ini bertemakan “Menjaga Momentum Pertumbuhan di Tengah Perubahan Konfigurasi Perekonomian Global dan Domestik”.
Namun, perkiraan akan naiknya laju inflasi, pelemahan nilai tukar, dan perlambatan realisasi investasi, dapat menjadi ancaman yang akan mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi. Upaya untuk menggenjot investasi masih dihadapkan pada kendala infrastuktur. Walaupun porsi belanja infrastuktur memperlihatkan kenaikan, namun realisasi penyerapan anggaran infrastruktur berjalan sangat lambat. Hal ini dapat terjadi karena masih terjadinya overlapping peraturan, lemahnya kapasitas kelembagaan dan profesionalisme birokrat.
Berikut adalah temuan empiris hasil kajian P2E-LIPI : pertama, kondisi infrastruktur di Indonesia masih sangat memprihatinkan, baik secara kuantitas dan kualitas. Akibatnya, infrastruktur sering dipandang sebagai kendala yang menghambat akselerasi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing. Kedua, jasa Logistik Dalam Kerangka Pasar Tunggal Asean, masih menyimpan banyak hambatan dalam persaingan. Struktur industri disektor jasa logistik sendiri adalah oligopolistik yang terdiri dari beberapa perusahaan pemimpin (terutama PMA) yang mampu menetapkan tarif diatas tarif kompetitif. Ketiga, kenaikan subsidi energi yang dipicu oleh peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), kenaikan harga minyak dunia, turunnya produksi minyak, serta kakunya harga energi, dapat mengancam keberlanjutan fiskal. Keempat, laju penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran cenderung melambat sejak tahun 2008. Kenyataan ini juga mengindikasikan bahwa efektifitas berbagai program anti-kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah seringkali dipertanyakan, hal ini karena banyak program anti-kemiskinan kurang mengena pada sasaran (targeted recipient) dan akar masalah kemiskinan dan juga peningkatan alokasi KUR yang disalurkan sejak tahun 2008 kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan
Selain itu, kondisi ketidakpastian perekonomian global merupakan tantangan terbesar bagi perekonomian Indonesia selama 2012, dan tetap akan berlanjut di tahun 2013. Pemerintah tampaknya masih cukup optimis bahwa Indonesia masih akan tumbuh 6.5 persen selama 2012 dan menjadi 6.8 persen selama 2013. Target pertumbuhan tersebut didukung oleh kuatnya perekonomian domestik yang ditopang oleh sektor konsumsi masyarakat.
Disamping optimisme tersebut, Pemerintah harus tetap waspada akan perubahan scenario perekonomian global dan juga domestic terkait dengan pelemahan ekspor terutama ke China, negara-negara Eropa, Amerika serikat dan Jepang. Kenaikan defisit perdagangan tahun 2012 dan defisit di tahun 2013 yang diprediksi akan tetap berlangsung akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kebijakan energi, terutama yang terkait dengan masalah subsidi juga harus dituntaskan segera; sehingga tidak membebani anggaran. Di samping itu, pemerintah memiliki banyak pekerjaan rumah untuk membenahi kinerja investasi dan sektor jasa. Sektor Investasi dan sektor jasa merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia selama krisis. Terkait dengan investasi ini, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan baik adalah masalah iklim usaha (terutama menyangkut masalah perburuhan yang dalam kurun waktu terakhir ini justru semakin memanas) dan terbatasnya infrastruktur dan lemahnya sector jasa logistik nasional.
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan mengurangi dampak krisis global bagi perekonomian Indonesia, maka Tim peneliti memberikan rekomendasi berupa langkah-langkah yang harus ditempuh. Langkah-langkah tersebut yaitu: memperkuat pasar domestic, membuka akses pasar di negara atau kawasan yang baru, meningkatkan daya saing, produktivitas dan investasi, pembangunan infrastruktur dan logistik.
Kemudian, acara ini diakhiri dengan tanya jawab para wartawan. Beberapa wartawan menanyakan tentang pendapat lipi mengenai subsidi bbm dan tentang biaya untuk melakukan investasi di Indonesia, serta pengaruh dari UMP terhadap iklim investasi