REPUBLIKA.CO.ID, AMBON — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya melestarikan Bahasa Oirata yang hampir punah di Pulau Kisar, kabupaten Maluku Barat Daya, kata Soearsono, peneliti dari LIPI dalam suatu seminar di Ambon, Senin (2/9).
Dalam seminar dengan tema, “Revitalisasi Bahasa Oirata di Pulau Kisar” yang bertempat di UPT Balai Konservasi Biota Laut di Poka, Ambon, Sowarsono mengatakan penutur Bahasa Oirata semakin berkurang.
“Dengan semakin berkurang jumlah penuturnya, Bahasa Oirata dikhawatirkan akan punah. Sebab itu LIPI berupaya menyelamatkan bahasa ini dari kepunahan,” kata Soewarsono.
Bahasa Oirata dituturkan oleh suku Oirata di desa Oirata Barat dan Oirata Timur di Pulau Kisar, kabupaten Maluku Barat Daya, yang berbatasan dengan negara Timor Leste.
Bahasa masyarakat kedua desa ini memiliki bayak persamaan dengan bahasa Fataluku di Lautem dan Los Palos, Timor Leste, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan mudah, walaupun negara itu telah memisahkan diri dengan Indonesia.
Menurut sensus penduduk tahun 2009, total penduduk Desa Oirata Barat dan Oirata Timur hanya sekitar 1,500 orang, tetapi tidak semuanya mampu berinteraksi dalam bahasa mereka sendiri secara aktif.
“Dari penelitian kami, hanya kurang dari 500 orang yang dapat berinteraksi aktif dalam bahasa Oirata tetapi usia mereka sudah di atas 50 tahun sementara anak cucu mereka hanya dapat berkomunikasi dalam bahasa Melayu Ambon,” kata Soewarsono.
Melalui program Prioritas National yang bertema “Pengembangan dan Perlindungan Kekayaan Budaya,” LIPI mengutus Soewarsono, Nazaruddin, dan Leolita Masnun untuk melakukan penelitian mengenai kebudayaan dan bahasa Oirata selama empat tahun sejak 2011.
Sementara itu, Nazaruddin, pembicara lainnya dari LIPI dalam seminar itu mengatakan bahasa Oirata terancam punah sebab transmisi antara generasi semakin berkurang.
“Transmisi bahasa Oirata antargenerasi sudah hampir hilang, dan penutur aktif bahasa ini telah semakin berkurang,” kata Nazaruddin dalam seminar yang dihadiri pakar LIPI Ambon, dosen dan mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, dan sejumlah tokoh dari Oirata.
Karena itu, Nazarudin mengatakan timnya pada tahun ini memfokuskan penelitian pada aksara bahasa Oirata guna mendapatkan seberapa perlu bahasa ini memiliki “ortografi.”
“Pada penelitian ke tiga tahun ini akan diarahkan untuk mencari solusi terhadap masalah kebahasaan dalam rangka menyusun pengembangan dan perlindungan bahasa Oirata,” lanjut Nazarudin.
Nazarudin menjelaskan bahwa pengembangan ortografi bahasa ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam upaya mempertahankan bahasa yang terancam punah itu.
ยป Sumber : Republika Online, 2 September 2013