1392168708

1392168708Sabtu, 8 Februari 2014 Dr. Thee Kian Wie menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat. Pak Thee, begitu peneliti senior di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI ini biasa disapa, meninggal dalam usia 79 tahun karena sakit.

Wafatnya Pak Thee meninggalkan duka mendalam bagi sivitas LIPI yang hadir untuk memberikan upacara penghormatan terakhir yang berlangsung di Auditorium LIPI, Kampus LIPI Gatot Subroto, Jakarta pada Senin (10/2) lalu. Di depan gedung LIPI, bendera merah putih setengah tiang dikibarkan sebagai tanda duka cita.

“Pak Thee adalah generasi awal LIPI yang sampai sekarang masih mengabdikan diri untuk institusi yang dicintainya ini,” ujar Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim. Menurut Lukman, sulit untuk menandingi konsistensi dan keseriusan seorang Thee Kian Wie. “Pak Thee tidak pernah tergoda untuk keluar LIPI dan menjadi konsultan atau dosen. Setiap menulis di media massa dia hanya menyebut LIPI sebagai satu-satunya afiliasi,” jelas Lukman tentang peraih Penghargaan Sarwono Prawirohardjo tahun 2008 dari LIPI ini.

Bagi Prof. Hal Hill dari Australian National University, Pak Thee adalah sosok yang sangat produktif dalam berkarya. “Setiap tahun ada satu atau dua buku yang ditulis atau disunting. Saya kira dia orang Indonesia paling produktif di generasinya,” jelasnya.

Hill menambahkan kefasihan Pak Thee berbicara dalam bahasa Belanda dan Inggris membuat dirinya jadi jembatan intelektual Indonesia dengan dunia. “Dia adalah duta besar informil Indonesia kepada dunia,” ujar Hill kepada peraih Doktor Honoris Causa dari Australian National University tersebut.

Kiprah Pak Thee untuk Dunia Ilmu Pengetahuan

Sejak 1959, Pak Thee telah mengabdikan hidupnya menjadi peneliti LIPI dengan minat yang besar pada bidang sejarah ekonomi, industrialisasi dan manufaktur, investasi, dan teknologi. Publikasinya yang berjudul The Emergence of a National Economy: An Economic History of Indonesia yang diterbitkan Allen and UnwinKITLV Press pada tahun 2002 menjadi referensi utama dalam menelusuri sejarah ekonomi Indonesia.

Selain menjadi peneliti LIPI, Pak Thee adalah peneliti tamu di berbagai institusi seperti Australian National University dan Asian Development Bank. Pak Thee juga rajin menulis artikel yang diterbitkan di surat kabar dan majalah.

Pak Thee menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1959. Gelar Master dan Doktor diraihmya dari University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat. Pak Thee menulis sebuah disertasi langka berjudul The Plantation and Export Growth: An Economic History of East Sumatra 1863-1942.

Pilihan Pak Thee menekuni bidang kajian langka sejarah ekonomi menjadikan peraih Bintang Jasa Utama dan Bintang Jasa Nararya itu sebagai salah satu otoritas terkemuka bidang sejarah ekonomi. Tak hanya di Indonesia namun juga lingkup Asia Tenggara.

Pak Thee berpendapat penting untuk mempelajari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi pada suatu masyarakat di masa lalu sekaligus memahami apa yang terjadi pada kelompok-kelompok penduduk di dalamnya melalui sejarah ekonomi. Salah satu pendiri jurnal Asian Pasific Economic Literature itu memandang pengetahuan tentang sejarah ekonomi berguna untuk memahami perekonomian masyarakat pada saat ini dan masa yang akan datang.

Pak Thee dan Peneliti Muda LIPI

Salah satu kolega Pak Thee di LIPI adalah Prof. Dr. Taufik Abdullah, sejarawan dari Pusat Penelitian Politik LIPI. Taufik yang pernah menjadi Kepala LIPI periode 2000 hingga 2002 ini menjelaskan sosok Pak Thee dikenal sebagai peneliti senior yang sangat memperhatikan peneliti-peneliti muda. “Perhatian dia pada peneliti muda sangat besar. Meski sudah pensiun, dia masih rajin ke kantor LIPI untuk ‘mencambuk’ para peneliti muda,” tuturnya.

Dr. Latif Adam, salah satu peneliti “didikan Pak Thee mengenang. “Pak Thee selalu mendorong peneliti-peneliti muda untuk melanjutkan sekolah di luar negeri. Kata Pak Thee kalau tidak mau melanjutkan sekolah lebih baik tidak usah bekerja di LIPI karena tugas peneliti adalah belajar dan meneliti,” jelasnya.

Menurut Kepala Bidang Industri dan Perdagangan Pusat Penelitian Ekonomi LIPI ini, Pak Thee membantu peneliti-peneliti muda LIPI dengan rajin membagikan artikel tulisannya untuk bahan rujukan. “Dia juga selalu mau meluangkan waktu mau memberi masukan untuk tulisan kami. Bahkan kalau dia terlambat mengembalikan hasil koreksi dia selalu meminta maaf,” paparnya.

Latif masih ingat saat diberi kado ulang tahun buku keluaran terbaru. “Pak Thee selau bilang ini hanya buku diskonan, tapi saya tak percaya karena buku yang diberi adalah buku terbaru.” Bagi dirinya sosok Pak Thee adalah potret ideal peneliti LIPI.

Duka Cita untuk Pak Thee

Berpulangnya Pak Thee juga tak hanya dirasakan oleh sivitas LIPI. Tak kurang Menteri Keuangan RI Chatib Basri mengucapkan belasungkawa. “RIP Thee Kian Wie, salah satu ekonom terbaik yang dimiliki Indonesia. A dedicated scholar. Selamat jalan Pak! Saya bangga jadi murid Pak Thee,” tulis Chatib di akun Twitter miliknya.

Menurut Chatib, sosok Pak Thee Berbeda dengan ekonom kebanyakan yang menjadi populer karena menulis di media masa atau memberikan komentar di televisi. “Thee menulis di refereed journal dan di buku-buku kelas internasional. Thee adalah dedicated scholar. Dan ia adalah scholar yg konsisten,” lanjutnya. Chatib juga menambahkan Thee Kian Wie adalah historian economist, mungkin yang paling baik yang pernah dimiliki negeri ini.

Pak Thee meninggalkan seorang istri Cecilia Martina Tandean dan seorang anak Marcel Thee. Marcel mengikuti jejak ayahnya, menjadi penulis di harian The Jakarta Globe. Lebih dari itu, Pak Thee meninggalkan semangat, dedikasi, dan kecintaan yang besar pada dunia ilmu pengetahuan. Selamat jalan, Pak Thee…!
(fz)

» Sumber : Humas LIPI

» Kontak : Aswatini