KBRN, Jakarta : Peneliti LIPI Ahmad Najib mengatakan, pemaknaan Hari Kesaktian Pancasila harus tegas dan jelas. Menurut Najib, banyak sekali hal-hal yang berkaitan keagamaan di Indonesia mengalami persoalan justru berangkat dari Pancasila.

“Bahwa banyak sekali hal-hal yang berkaitan keagamaan kita mengalami persoalan justru berangkat dari Pancasila,” kata Najib dalam dialog Pro3 RRI, Rabu (30/9/2015).

Ia mencontohkan, dalam menyebut Ketuhanan Yang Maha Esa tidak ada masalah. Namun, diumpamakannya sejarahnya dan perkembangan dengan sila tersebut yang berimplikasi kasus yang ada di Indonesia.

“Ini yang harus dilihat lebih mendalam lagi,” terangnya.

Misalnya, ada umat Islam yang ingin menegakkan Syariat Islam, namun saya tidak ingin menyebut ini. Jadi negara mengkreasi tentang agama.

“Nah, kemudian persoalan lain ketika kita menggunakan Pancasila. Lagi-lagi saya harus hati-hati. Kita itu menciptakan frame, yang disebut sebagai istilah nasionalisme berketuhanan. Bahwa negara kita tidak berdasarkan agama, namun mengakui enam agama,” terangnya.

Agama yang lain, jelasnya, itu menjadi agama kelas. Implikasi lainnya dengan ketuhanan Yang Maha Esa, dan tentu saja atheisme tidak diakui di Indonesia. Jadi yang tidak bertuhan tidak boleh mengungkapkan keyakinan tersebut. (SAS/HF)

 

Sumber : RRI.co.id, 30 September 2015