teknologi

teknologiGuru belum mampu mengajarkan anak tentang penelitian

JAKARTA – Berbagai kegiatan dilakukan publik dan pemerintah untuk memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-20 yang diperingati setiap 10 Agustus. Berbagai kegiatan tersebut diharapkan bisa menjadi lecutan bangsa untuk memperbaiki dan mengembangkan teknologi negeri ini.

Menurut Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir, teknologi berkaitan erat dengan kondisi martabat bangsa.

“Jika teknologinya maju, martabat bangsa itu mengalami kemajuan pula. Jika tidak, martabat bangsa itu jelas mengalami kemunduran atau flat,” kata Nasir, Ahad (9/8).

Salah satu awal kegiatan memajukan teknologi adalah memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang ke-20. Pemerintah mengadakan kegiatan Research, Innovation, Technology (Ritech) EXPO 2015.

Kegiatan Ritech merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk memperingati Hakteknas ke-20. Acara ini diselenggarakan di Parkir Timur Lapangan D Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Kegiatan ini berlangsung dari 7 hingga 10 Agustus 2015.

Pada kegiatan ini, masyarakat akan melihat berbagai teknologi ciptaan anak negeri. Selanjutnya, temuan-temuan itu diharapkan bisa bermanfaat di masyarakat.

Menurut Nasir, lahirnya teknologi anak bangsa bukan hanya dari dukungan pemerintah. Para peneliti dan penemu memiliki peranan penting untuk bisa menghasilkan teknologi dari negeri ini sendiri.

Untuk itu, bangsa ini perlu mengembangkan dan memberikan perhatian kepada mereka agar bisa menghasilkan karya yang membanggakan.

Dalam hal ini, pemerintah juga perlu memperhatikan anak bangsa dan membinanya untuk bisa menjadi peneliti hebat demi masa depan bangsa ini.

Sementara itu, agar bisa mengembangkan jumlah peneliti bangsa yang berkualitas, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tri Nuke Pudjiastuti menyatakan, modal utama untuk menjadi peneliti adalah rasa keingintahuannya. “Passion-nya atau rasa keingintahuan yang kuat terhadap sesuatu,” ujar wanita paruh baya ini.

Setelah memiliki rasa tersebut, Nuke menyatakan, mereka harus dibekali metodologi untuk meneliti. Menurutnya, pengajaran ini membuat siapa pun termasuk peneliti bisa berpikir sistematis nantinya. Ia juga menegaskan, peneliti itu harus bisa berpikir secara sistematis.

Selain rasa ingin tahu, Nuke juga mengungkapkan, para peneliti perlu memiliki kejujuran yang kuat. Menurutnya, hal ini penting dimiliki agar para peneliti tidak menghasilkan karya yang tidak sesuai dengan kenyataan ke depan.

Mengenai kondisi anak bangsa terhadap minat penelitian, Nuke menegaskan, minat mereka sebenarnya bagus. Namun, kata dia, hal itu terhambat perjalanannya dari aspek pemerintahan, sekolah, sarana, dan guru.

Pada kegiatan sekolah, menurut Nuke, sebagian besar guru belum mampu menyampaikan dan mengajarkan anak bangsa tentang penelitian. Penyebabnya, kata dia. bisa karena pengetahuannya yang kurang dan sarana serta prasarana yang kurang memadai.

Sarana dan prasarana yang kurang memadai ini karena minimnya dukungan pemerintah terhadap kehidupan sekolah. Terutama, lanjutnya, dalam membina minat meneliti anak di sekolah.

“Untuk itu, hal-hal tersebut harus diperbaiki ke depannya,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan, pembangunan negara akan sia-sia jika belum memaksimalkan dukungan mereka terhadap anak bangsa. Pasalnya, tambah dia, anak-anak bangsa ini sesungguhnya memiliki otak yang cemerlang. Hal ini terbukti, lanjut dia, dari prestasi-prestasi dunia yang mampu diraih mereka. c13edmuhai

» Sumber : Republika, edisi 10 Agustus 2015. Hal: 5» Info lanjut : Tri Nuke Pudjiastuti