PENDEKATAN budaya diyakini dapat menjadi salah satu modal untuk menciptakan kerja sama antarkawasan. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan pendekatan kebudayaan antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Samudra Hindia melingkupi Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Australia sangat minim.
Tri menyampaikan dari interaksi dan pertukaran kebudayaan, negara-negara di kawasan Samudra Hindia dapat lebih saling memahami. Keberagaman tersebut bisa menjadi modal kerja sama melalui akulturasi dan asimilasi.
“Kalau kita memahami budaya yang berkembang di wilayah itu, dan memahami diaspora yang terjadi, kita akan lebih mudah menentukan kebijakan kita. Diplomasi budaya, yakni mengupayakan persoalan budaya menjadi bagian dari kekuatan kebijakan hubungan antarnegara,” ujarnya dalam seminar Track Two Regional Workshop of IOR-AG bertema Interseksi budaya di kawasan Samudra Hindia yang digelar di Jakarta pada 10-11 Oktober.
Seminar ini dihadiri perwakilan dari 11 negara, antara lain Bangladesh, Afrika Selatan, Mozambik, Seychelles, India, Australia, dan Malaysia.
Menurut Tri, kawasan Samudra Hindia memiliki potensi besar membangun masyarakat multikultural. Di samping itu, kawasan tersebut strategis dalam mewujudkan visi poros maritim dunia.
Selain itu, kawasan Samudra Hindia juga dapat menjadi poros kekuatan baru mengingat negara seperti Tiongkok dan India masuk di dalamnya. Namun, saat ini Indonesia masih melihat negara-negara tersebut dalam kerangka Asia Pasifik.
“Kalau kita bisa mengedepankan kesamaan, isu-isu terkait politik apalagi memicu ketegangan bisa dikurangi. Jembatannya melalui pemahaman mengenai kultur,” imbuh dia.
IORA
Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Adriana Elisabeth menuturkan, dalam pertemuan negara-negara yang tergabung dalam Indian Ocean Rim Association (IORA)– sebuah wadah kerja sama regional– mendorong forum-forum intelektual untuk mendiskusikan topik-topik strategis bagi pengembangan kerja sama regional, salah satunya interseksi budaya di kawasan Samudra Hindia.
Perkembangan IORA sebagai wadah kerja sama regional diharapkan lebih meningkat di bawah kepemimpinan Indonesia pada 2015-2017.
Sebagai salah satu pilar IORA, forum akademisi Indian Ocean Rim Academic Group (IOR-AG), diharapkan mampu mempromosikan dialog intelektual di antara negara-negara anggota, termasuk memperkuat kolaborasi riset.
“Pembicaraan tentang kebudayaan di kawasan ini sangat sedikit, biasanya maritime security, perubahan iklim, dan ekonomi. Ini yang membuat Indonesia mengusulkan forum ini,” katanya.
Saat ini IORA beranggotakan 20 negara dari 4 kawasan, yakni kawasan Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Australia.
Interaksi dan pertukaran kebudayaan yang terjadi menghasilkan kekayaan budaya yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai modal menciptakan dialog peradaban kawasan. Keberagaman ini dapat menjadi fondasi harmoni melalui akulturasi dan asimilasi.
“Dalam membangun kerja sama regional, kekayaan budaya di Samudra Hindia dapat menjadi dasar untuk meningkatkan diplomasi kebudayaan,” kata Adriana.
Setiap negara IORA dapat mengelola keberagaman tersebut dan meminimalisasi adanya konflik akibat perbedaan budaya. (H-2)
Sumber: http://mediaindonesia.com/news/read/71400/interaksi-budaya-samudra-hindia/2016-10-11