Jakarta, Humas LIPI. Film animasi dokumenter merupakan salah satu subsektor industri kreatif yang diharapkan dapat menawarkan warna dan terobosan baru terhadap proses penelitian ilmu sosial di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Kewilayahan, berkolaborasi dengan Hizart Studio telah memproduksi film animasi dokumenter “Ragam dan Cita Animasi (di) Indonesia”. Film ini merupakan output dari kegiatan kerja sama penelitian antara Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI dan Direktorat Kajian Strategis, Kemenparekraf RI, yang berjudul “Strategi Pengembangan Industri Animasi di Indonesia: Kajian terhadap Aspek Konten, Pendidikan, dan Regulasi” pada tahun 2020.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti menyatakan, isu terkait ilmu dan seni seringkali dikotomikan. “Studi seni dan budaya yang tergabung dalam Prioritas Riset Nasional sejak 2020 ini, mencoba untuk membuktikannya, jika ilmu dan seni dipertemukan maka dapat menjadi kekuatan,” ungkapnya dalam kegiatan Pemutaran dan Diskusi Film Animasi Dokumenter “Ragam & Cita Animasi (di) Indonesia” melalui zoom meeting pada Sabtu (6/2).
Menurut Nuke, kolaborasi ini dapat menjadi hal yang baik ketika ilmuwan dengan pekerja seni dapat menjadikan penelitian terkait ilmu, seni dan budaya menjadi suatu kekuatan yang besar. “Tentu metodologi yang dibangun menjadikan hal yang tidak umum, hal yang tidak umum itulah yang akan menjadi inovasi tersendiri,” paparnya. “Harapan untuk bangsa Indonesia kedepan, melalui kolaborasi akan menjadi kekuatan yang besar pada perkembangan animasi dan ilmu pengetahuan antaran seni dan budaya,” Tambah Nuke.
Sementara itu, Fadjar Ibnu Thufail, peneliti senior sekaligus Koordinator Tim Kajian Animasi Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI mengungkapkan, animasi di Indonesia diuntungkan oleh tersedianya sumber daya material berupa kekayaan budaya lokal dan bisa diolah. “Adapun dunia animasi Indonesia dibentuk dari pengalaman dan perjalanan sosial budaya para penciptanya yang beragam, serta tersedianya jaringan komunitas yang luas,” ungkap Fadjar. Oleh karena itu, mereduksi dunia animasi Indonesia kalau dilihat dari sudut pandang industri saja, akan mempersempit khasanah kreatifitas penciptaan. “Tugas kita adalah memberi pupuk sebanyak-banyaknya untuk khasanah kreatifitas tersebut,” imbuhnya.
Dirinya menambahkan, animasi Indonesia seharusnya dapat memberi kesempatan kepada setiap orang apakah itu pencipta maupun komunitas, kelompok-kelompok etnik dan sebagainya, untuk bisa ikut serta membayangkan Indonesia dengan caranya masing-masing. “Disitulah sumbangan terbesar dunia animasi Indonesia terhadap perkembangan dunia animasi di kancah dunia,” tegas Fadjar.
Sebagai informasi, acara ini turut mengundang perwakilan dari Kemenparekraf RI, Andre Notohamijoyo. Turut hadir perwakilan dari Hizart Studio Hizkia subiantoro dan Chonie Prysilia. Keduanya berharap, pembuatan film animasi dokumenter ini dapat menjadi titik awal pembuatan film dokumenter yang lebih panjang dan dapat menginspirasi para film maker, sehingga mereka dapat menghasilkan karya yang lebih banyak.
Film animasi dokumenter “Ragam & Cita Animasi (di) Indonesia” diharapkan dapat menawarkan warna dan terobosan baru terhadap proses penelitian ilmu sosial di Indonesia. Film ini dapat disaksikan selengkapnya di YouTube Kewilayahan LIPI dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=45GgiReA4QE&feature=youtu.be. (sf/ed:mtr)