Jakarta, Humas LIPI. Jepang telah menjalin hubungan yang kuat dengan ASEAN selama hampir setengah abad, dan berlanjut meningkatkan kerja sama di berbagai bidang. “Berdasarkan Free and Open Indo-Pacific (FOIP) Jepang menganggap ASEAN sebagai inti, Jepang sangat mementingkan Sentralitas dan persatuan ASEAN, dan membawa perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik dengan memastikan tatanan internasional berbasis aturan,” ungkap Nanto Sriyanto Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam webinar Japan-ASEAN Cooperation Based on The ASEAN Outlook on The Indo-Pacific yang disiarkan langsung melalui zoom webinar dan YouTube Pusat Penelitian Politik LIPI pada Kamis (8/7).
“Jepang sangat yakin bahwa kerjasama Jepang-ASEAN memiliki banyak potensi untuk mencapai visi tersebut, dan dalam hal ini, Joint Statement atau pernyataan bersama Jepang-ASEAN terkait Kerjasama tentang ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) yang diadopsi tahun lalu adalah landasan kerjasama kami,” imbuhnya.
Dirinya menyatakan, Jepang mendukung penuh AOIP, yang merupakan inisiatif ASEAN yang menjunjung tinggi nilai-nilai keterbukaan, transparansi, supremasi hukum dan inklusivitas serta prinsip yang mendasari ASEAN Centrality. “Dan dalam Joint Statement itu, Jepang dan ASEAN menegaskan kembali bahwa FOIP dan AOIP berbagi banyak prinsip dasar. Mengambil pernyataan sebagai pedoman, Jepang berjanji untuk bekerja sama dengan ASEAN untuk mendorong kerjasama yang akan berkontribusi pada prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam AOIP,” paparnya.
Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan Indo-Pasifik adalah kompetisi yang hebat. Tidak hanya kebutuhan untuk merespon dinamika internasional, tetapi juga kebutuhan untuk menjaga kepentingan nasional. Dalam hal ini seperti beberapa negara seperti di Indonesia khususnya. “Di masa-masa Indo-Pasifik, Indonesia harus menyeimbangkan kebutuhan untuk mempertahankan pembangunan ekonomi tetapi tidak mudah untuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang memaksakan sumber daya. Jadi Indonesia harus dapat menyeimbangkan kebutuhan infrastruktur domestik dengan dinamika internasional,” terangnya.
Selain itu, Nanto menyoroti bagaimana kebangkitan Cina dan perubahan peran Amerika Serikat di kawasan telah membentuk hubungan antara Jepang dan ASEAN. Menurutnya, pentingnya narasi lokal atau kepentingan untuk substansi visi Indo-Pasifik untuk mengakui konsep yang muncul, berbeda di Indo-Pasifik termasuk FOIP dan AOIP. Kemungkinan kerjasama antara Jepang dan ASEAN sebagai cara untuk melokalisasi Pasifik yang meliputi pembangunan, infrastruktur, ekonomi maritim, dan peningkatan kapasitas ASEAN.
“Kerjasama strategis antara Jepang dan ASEAN, mengeluarkan isu bahwa Jepang dan ASEAN memungkinkan melokalisasi Indo-Pasifik, diantaranya dalam hal pembangunan yakni, South-south cooperation dan ketergantungan jalur dalam pembangunan; infrastruktur yakni, membangun ekonomi lokal yang “berbicara” untuk dirinya sendiri; ekonomi maritim yakni mengklaim wilayah melalui kerja sama ekonomi; yang terakhir adalah Kapasitas ASEAN yakni terkait ide dan lokalisasi,” pungkasnya.
Sebagai informasi, webinar ini turut mengundang cendekiawan dari Jepang, Takahara Akio dari The University of Tokyo yang telah membahas bagaimana Jepang dan ASEAN dapat bekerja sama untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran dari kawasan Indo-Pasifik.(sf)