Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset (OR) Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (Arbastra) melaksanakan Forum Diskusi tentang Pengetahuan Lokal dalam Manuskrip dan Tradisi Lisan, di Jakarta (23/03).

“Di dalam khazanah riset pengetahuan lokal, kita sering mendengar istilah yang berbeda-beda, seperti pengetahuan lokal atau pengetahuan tradisional,” kata Herry Yogaswara Plt. Kepala OR Arbastra – BRIN, saat memberikan sambutan. Ini salah satu topik yang sangat penting, lanjut Herry, dan kita akan berdiskusi bagaimana pengetahuan lokal versi manuskrip, literatur, dan tradisi lisan itu, masih bisa kita lihat di masyarakat.

“Tantangan sekarang, bagaimana pengetahuan lokal ini bisa memberikan keyakinan terhadap kerja saintifik. Pengetahuan lokal itu hidup, dan masih dilakukan oleh masyarakat. Kita banyak berdiskusi soal wellness, tentang pengobatan lokal,” urainya.

“Banyak pengobatan seperti itu sudah menjadi bisnis besar, pengobatan berbasis pengetahuan tradisional, tapi dimodifikasi, dan tidak ada masalah tentang modifikasi. Pengetahuan itu hidup dan bergerak. Kita tidak bisa melihat itu sebagai masa lalu saja, yang sebenarnya memberi pesan kepada kita,” imbuhnya.

Apa yang kita lakukan hari ini, belajar dari masa lalu dan sekarang, untuk kehidupan yang akan datang. “Seperti itulah fungsi dari pengetahuan lokal dari versi manuskrip, literatur, dan tradisi lisan,” tandasnya.

Herry juga memperkenalkan OR Arbastra, yang memiliki tujuh Pusat Riset (PR), yaitu: Arkeologi Prasejarah & Sejarah; Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan; Arkeometri; Preservasi Bahasa dan Sastra; Bahasa, Sastra, dan Komunitas; Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan; dan, Khazanah Keagamaan dan Peradaban.  

OR ini memiliki dua Rumah Program (RP), yaitu Peradaban Nusantara, dan Identitas Bangsa. “Riset di dalam Rumah Program adalah riset yang kolaboratif, nilai akan diberikan kepada tim yang bisa menggabungkan kekuatan BRIN, universitas, dan lembaga riset independen. Silakan mengajak peneliti dari luar untuk berkolaborasi,” pesan Herry.

Selain itu, lanjut Herry, kita harus mengubah mindset peneliti, dulu anggaran sudah disediakan. Sekarang harus dicari, dan dikompetisikan, Rumah Program itulah salah satu bentuk kompetisinya.

“Sesuai dengan arahan Kepala BRIN, para peneliti harus kerja keras dengan material dan sumber daya yang ada. Apabila tahun ini tidak ada projek yang kita lakukan, kita bisa menulis dari bahan-bahan yang selama ini kita kumpulkan,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Plt. Kepala Riset  Manuskrip, Literasi, dan Tradisi Lisan, Sastri Sunarti, menyampaikan bahwa salah satu pusat riset baru yang ada di OR Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, yaitu PR  Manuskrip, Literasi, dan Tradisi Lisan (MLTL). “Kami akan melaksanakan seminar berseri tentang ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam khazanah kebudayaan kita terutama manuskrip, literasi, dan tradisi lisan,” kata Sastri. Forum diskusi  dilanjutkan dengan sesi paparan, menampilkan tiga pembicara, yaitu: Suyami, tentang  Pengetahuan dan Teknologi Pengobatan Tradisional dalam Manuskrip, Lektur Kuna dan Tradisi Lisan Jawa; Fakhriati, tentang Mitigasi Bencana Berbasis Agama dan Budaya: Kajian Naskah Kuno dan Tradisi Lokal; dan Dede Hidayatullah, tentang Tradisi Pengobatan dalam Naskah Banjar. (NS)