Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), merupakan pusat riset yang dibentuk dan ditugaskan untuk melaksanakan penelitian. Memberikan perhatian terhadap kajian bangsa-bangsa lain yang bersifat interdisipliner, terpadu, dan komprehensif.

Selama ini studi politik dan politik negara berada di permukaan saja, tidak masuk ke dalam the real life of people. Dengan adanya studi Rusia dan Eropa Timur di PR Kewilayahan, diharapkan dimensi-dimensi historis yang lebih luas bisa lebih diperdalam. Sehingga kajian-kajian tentang masyarakat, dan di luar Indonesia lebih memiliki content cultural, maupun sosiologis yang lebih kuat.

Plt. Kepala Pusat Riset Kewilayahan BRIN Fadjar Ibnu Thufail, mengatakan, bila dilihat dari sisi historical context, hubungan Indonesia dengan Rusia bisa dikatakan naik turun. Hal ini sebagai salah satu dinamika, yang berdampak tidak hanya pada konteks politik, tetapi juga sosial, dan kultural. Tahun 1950-an, Indonesia dan Rusia cukup akrab, banyak sekali misi kebudayaan dikirim ke Rusia.

“Namun masih banyak informasi seperti ini yang belum tergali. Terutama kalau kita lihat perspektif Rusia dan dari beberapa negara yang dulu merupakan bagian Uni Soviet,” kata Fadjar saat membuka acara Sharing Session PRW, tentang Kajian Rusia, Eropa Timur, dan Negara pecahan Uni Soviet, di Jakarta, Kamis (21/04).

Albert Muhammad, Peneliti yang khusus mendalami kajian Eropa Timur serta pakar studi Rusia dan Kawasan Eropa Timur menyampaikan, hampir semua negara bagian di Eropa Timur adalah wilayah kekuasaan Uni Soviet. Akhirnya Uni Soviet terpecah menjadi 15 negara, tersebar di Eropa Timur, Kaukasus, dan Asia Tengah. Uni Soviet resmi bubar pada tahun 1991, dan memunculkan negara-negara baru di Kawasan tersebut.

Ada beberapa negara yang tidak bisa keluar dari zona nyaman di bawah Rusia, seperti: Kazakstan, Kirgystan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Tajikistan. Penduduk dari negara-negara tersebut, mencari pekerjaan di Rusia. Mereka berharap apabila bekerja di Rusia selama 5 sampai 10 tahun, akan mendapatkan biaya pensiun seumur hidup. “Apapun jenis pekerjaannya, dengan syarat nama mereka tercatat di departemen tenaga kerja Rusia,” terang Albert.

Albert yang melanjutkan Pendidikan S2 dan S3 nya di Rusia ini menuturkan, wilayah Rusia mencakup benua Asia dan Eropa dengan luas 17,1 juta km2, berpenduduk sekitar 150 juta jiwa, dan terdapat 11 zona waktu. Negara ini juga memiliki 85 subjek federal, meliputi: provinsi, negara bagian, dan wilayah otonomi.

“Sedangkan etnisnya yaitu: Rusia, Tatar, Baskhir, Caucasus, Siberian, dan lain-lain. Mayoritas penduduk Rusia beragama Ortodox, selanjutnya Islam, Yahudi, Budha, Hindu, dan lain-lain,” ungkapnya.

Peta Eropa Timur pecahan Uni Soviet, mulai dari Laut Baltik ke bawah, dilanjutkan ke Laut Hitam. Di atasnya ada negara-negara Jerman di Eropa Tengah, Cekoslowakia, Hungaria, Rumania, Bulgaria, Moldova, dan Polandia. Karakteristiknya, termasuk bangsa Slavik Timur, yang masih satu rumpun dengan Kroasia, dan Rumania.

Etnis Eropa Timur, lanjut Albert, terdiri dari Yunani, dan Bizantium, serta Ortodox Timur adalah agama terbesar. Lantas, bahasa di Eropa Timur masih serumpun dengan Rusia, Belarus, Moldova, dan Bulgaria, yaitu menggunakan Bahasa Slavic.

“Pada kajian isu kontemporer, terkait konflik Rusia dan Ukraina, secara pribadi saya akan meneliti mengenai framing media. Khususnya media barat dengan pemberitaannya, tentang kasus konflik ini. Konflik Rusia-Ukraina juga, sebagai isu global dalam bidang politik dan ekonomi,” ucapnya. Kemudian yang sangat menarik dengan Indonesia, adalah pemerintah Indonesia di PBB sudah menyetujui resolusi, untuk menghentikan serangan Rusia terhadap Ukraina. Akan tetapi apa yang kita lihat di sosial media, gerakan grafiknya berbeda. “Banyak netizen yang mendukung Rusia, dan ini menjadi sebuah isu fenomenologis,” pungkas Albert. (ns)