Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Arkeologi, Prasejarah dan Sejarah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU), menyelenggarakan kegiatan Forum Diskusi Sejarah Ekonomi. Tema yang diusung, yaitu Sejarah Ekonomi Regional: Relasi Indochina Abad ke 19 – Awal Abad 20., di Jakarta, Senin (25/4).
Forum diskusi memaparkan hasil disertasi Asvi Warman Adam Peneliti Sejarah BRIN, dengan judul Hubungan Hindia – Belanda Dengan Indochina (1870 – 1914l). Dalam disertasinya, Asvi membahas tentang tenaga kerja dan perdagangan, mengenai pengiriman buruh ke Indochina. Kerja sama Kebun Raya Buitenzorg dengan Kebun Raya Hanoi, dan Saigon. Komoditas, pelaku bisnis, dan rute, serta strategi dagang pengusaha Tionghoa.
Menurut Asvi, Kebun Raya Bruitenzorg dianggap sebagai model untuk lahan pertanian, khususnya bagi negara Vietnam. “Petugas pertanian Vietnam, sering mengirim tenaga kerja mereka, belajar menanam tanaman tertentu,” papar Asvi
Sebagai informasi, berdasarkan dari laman www.republika.co.id, Kebun Raya Bruitenzorg merupakan Kebun Raya Bogor. Dalam sejarah, warga Belanja jaman kolonial merasa kagum, sehingga Kota Bogor di sebut Bruitenzorg, artinya Kota Tanpa Rasa Risau.
Asvi menjelaskan, hubungan lain yang merupakan komoditas perdagangan yaitu minyak bumi dan beras. Minyak bumi langsung dikirim ke Vietnam, sedangkan beras diimpor dari Vietnam ke Hindia Belanda atau Pulau Jawa.
Saat itu Tionghoa sebagai pelaku bisnis yang paling dominan, sebagai importir atau eksportir di Batavia. Pelaku bisnis lainnya, berasal dari Arab dan Eropa. ”Teknik dagang yang dilakukan, yaitu: komoditas strategi, penggelumbungan harga atau ristourne, monopoli, penyelundupan, re-ekspor, dan tarif pabean. (trs/ed: ns)