Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kewilayahan menyelenggarakan kegiatan Diskusi Publik, tentang Imajinasi Orang Papua Sebagai Bangsa Melanesia, di Jakarta, Kamis (10/05). Riwanto Tirtosudarmo mantan Peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN, hadir sebagai salah satu pembicara pada diskusi tersebut.

Dalam paparannya, Riwanto menjelaskan Indonesia bagai sebuah imajinasi. Sebagai sebuah imajinasi, Indonesia tidak mungkin tunggal. “Setiap orang, setiap komunitas, mempunyai imajinasinya masing-masing tentang Indonesia. Imajinasi tentang Indonesia tidak dapat dimonopoli oleh siapapun,” papar Riwanto.

“Indonesia, diimajinasikan sebagai tempat yang aman dan nyaman. Bagi siapa saja yang menempati wilayah, yang diimajinasikannya. Ketika para nasionalis generasi pertama, mengimajinasikan tentang Indonesia. Sebuah wilayah, yang membentang dari Sabang sampai Merauke,” katanya.

Riwanto juga menjelaskan, hasil perundingan dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949, mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Papua merupakan wilayah yang disepakati, masih menjadi bagian dari kekuasaan Belanda. Soekarno, sebagai bagian dari nasionalis generasi pertama, paling gigih mengimajinasikan Indonesia sebagai sebuah wilayah. Membentang dari Sabang sampai Merauke.

“Hal yang tidak ditulis dalam teks sejarah resmi, adalah ingatan bersama orang Papua tentang wilayah, yang dianggap sebagai wilayah Papua. Keinginan menentukan nasibnya sendiri, sebagai bangsa Papua,” imbuh Riwanto.

Selanjutnya Riwanto menuturkan, bahwa kolonialisme dilihat oleh generasi pertama para nasionalis, sebagai sebuah tatanan atau order. Hal ini mengakibatkan penderitaan bersama, dan harus diubah menjadi tatanan baru, mewujudkan rasa aman, dan nyaman.

“Ingatan bersama tentang kolonialisme, yang membuat penderitaan bersama bersifat universal. Ketika pengalaman penderitaan bersama orang Papua, ternyata berlanjut pasca Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969. Suasana yang diperlukan, adalah de-kolonisasi, dan tatanan baru yang lebih adil,” ungkap Riwanto. Sebagai penutup Riwanto menambahkan, bahwa Indonesia dan Papua akan menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi warganya. “Ironinya, negara yang diharapkan bisa merealisasikan tujuan itu, justru menghianati imajinasi kita tentang bangsa,” pungkasnya. (trs/ed: ns)