Jakarta – Humas BRIN. Bertempat di Ruang Seminar Besar Widya Graha BRIN Gatot Subroto, Selasa (31/5), Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) menerima kunjungan siswa SMA Al-Kahfi Bogor. Pada kesempatan kali ini, Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya – BRIN, Dr. Lilis Mulyani, mewakili Kepala OR IPSH, Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, menyambut para siswa dan guru pendamping. Bertugas sebagai pembawa acara, pranata humas BRIN Agus Rial. Diawali dengan doá, sambutan dilanjutkan oleh kepala sekolah SMA IT Al Kahfi, Endang Rancasa dengan memberikan pengantar mengenai maksud dan tujuan kunjungan.

Endang menjelaskan, bahwa kunjungan ini merupakan program Motivation Day, program tahunan yang rutin dilakukan SMA IT Al Kahfi. Namun, ketika pandemi, program ini dilaksanakan sebatas daring dan ada pembicara untuk presentasi secara daring. Adapun maksud dan tujuan program ini adalah untuk memotivasi dan menumbuhkan semangat para pelajar untuk meneliti. Selain itu, harapannya memunculkan daya kritis dan daya kreativitas, kelak mereka akan menjadi problem solver (pemecah masalah) di bangsa ini. Program ini juga melatih siswa untuk berkomunikasi maupun kolaborasi, mengasah lisan maupun tulisan. Endang berharap pada tahun-tahun mendatang, SMA IT Al-Kahfi bisa berkunjung lagi ke BRIN.

Dalam sambutannya, Dr. Lilis menyebutkan OR IPSH, baru kali ini menerima kunjungan langsung semenjak pandemi. Lilis menegaskan, semua orang pasti punya cita-cita, ada juga yang memiliki cita-cita menjadi ilmuwan. Lilis menyampaikan agar para siswa tidak ragu untuk bertanya kepada para peneliti di hadapan mereka, seperti apa itu peneliti. Lilis menjelaskan terlebih dahulu, bahwa para peneliti di BRIN, dalam hal ini OR IPSH berasal dari berbagai lembaga dan kementerian, gabungan berbagai unit penelitian di pemerintahan. Gabungan berbagai unit riset. Lilis bercerita tentang Kebun Raya Bogor yang digunakan untuk penelitian kehutanan, biologi, etnobotani, dsb.

“BRIN ini menjadi wadah bagi para Peneliti profesi yang sangat luas,” ujar Lilis. Peneliti bisa meneliti pohon, tanaman, manusia, serta sifat sikap orang dan kelompok. Lilis menjelaskan penelitian mengenai buang sampah sembarangan, korupsi, sanitasi tentang banyaknya toilet umum tapi masih banyak yang buang air di sungai, meneliti masyarakat adat, bercerita tentang meneliti masyarakat Baduy, dll.

Lilis juga menyampaikan bahwa peneliti bisa membantu membuat perubahan dan memberi masukan pada pemerintah. Peneliti bisa memberdayakan masyarakat, meneliti terkait penerapan hukum, hingga pemberian sanksi hukum. Jika melihat ke dalam bagian dari melakukan riset, sadar atau tidak kita semua melakukan penelitian kecil. Peneliti adalah pilihan yang tidak terbatas. Peneliti tidak harus di BRIN, bisa di universitas, lembaga riset independen yang penting mempunyai mindset untuk selalu ingin mencari solusi untuk pemecahan masalah melalui penelitian ilmu pengetahuan dan inovasi. Dalam penutupnya, Lilis berharap semoga kegiatan ini mencerahkan, selalu diingat, dan menjadi inspirasi.

Kemudian, acara inti dipandu oleh moderator seorang peneliti muda di bidang hukum, Sri Gilang Muhammad Sultan Rahma Putra. Gilang menyampaikan bahwa dirinya teringat masa SMA ketika menjadi anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Gilang berharap para siswa bisa mendengar cerita dari para peneliti di BRIN, apa saja kegiatan pusat penelitian.

Paparan dimulai oleh peneliti sosial BRIN, Rusli Cahyadi. Rusli bercerita pengalamannya masuk jurusan Antropologi hingga sampai saat ini masih mengajar di Universitas Indonesia (UI) jurusan antropologi. Setelah lulus kuliah dengan tema skripsi suku Dayak Ngaju, Rusli menjadi asesor untuk perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Hal tersebut bahkan mungkin tidak ada di benak Rusli sebelumnya. Menurutnya, profesi peneliti adalah hal yang menyenangkan karena bisa berpetualang berkeliling bertemu masyarakat, mempelajari cara berpikir, juga budaya yang lain.

Materi selanjutnya disampaikan oleh peneliti muda bidang politik, Ridho Imawan Hanafi. Ridho bercerita saat ini konsentrasinya meneliti parpol dan pemilu. Menurutnya, basis utama peneliti adalah data. Profesi peneliti tidak boleh asal berbicara, harus berdasarkan data, setelah data diperoleh baru diseminasi. Ia juga menjelaskan beberapa profesor riset meskipun dari bidang IPA, tapi senang politik dan akhirnya bisa menjadi peneliti bidang politik. Pengalaman menarik ini diperoleh peneliti berkat bertemu dengan presiden, mantan presiden, menteri, perwakilan dubes, mitra internasional, dan masyarakat lokal.

Paparan dilanjutkan Saiful Hakam, seorang peneliti muda bidang sosial yang menyampaikan kepada para siswa bahwa mereka harus banyak bertanya. “Kalau mau jadi peneliti, ya seperti anak – anak, harus banyak tanya!” ujarnya. Penelitian itu bahasa melayunya penyelidikan. Hakam bercerita, Indonesia di zaman dahulu di masa kemerdekaan, ada Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Jadi di sini ada peran peneliti dalam mendirikan bangsa.

Ia juga mengisahkan tentang cita-citanya yang ternyata juga tak pernah terbayangkan menjadi peneliti. Secara politik banyak hal yang menyenangkan dari Indonesia, namun mempelajari negara asing itu penting untuk melihat apa yang ada di dalam kita. Pendiri bangsa ini juga mempelajari bangsa-bangsa yang lain yang juga amanah dari perintah Al-Qur’an untuk mempelajari bangsa lain. 

Kemudian peneliti muda bidang agama, Mulyana memberi contoh penelitiannya tentang konflik, pelayanan, penanganan radikalisme, dan ekstrimisme. Mulyana menjelaskan posisi perempuan antara karir kepenelitian dan keluarga. Peneliti dihadapkan pada orang-orang yang tidak umum cara berpikirnya. Peneliti juga harus menyesuaikan cara bersikap dan berpakaian. Pemikiran orang awam tidak selamanya benar, karena perlu digali dahulu oleh peneliti. Cara berpikir mereka berbeda dalam mendalami agama.

Materi penutup disampaikan oleh peneliti muda bidang hukum, Tatik Sunatri. Tatik menjelaskan program penelitian hukum mencakup mengenai penegakan hukum dan sistem peradilan, pembangunan sistem hukum nasional, serta hukum dan masyarakat. Tatik mengungkapkan bahwa peneliti memiliki jenjang yang berbeda-beda. Ada kajian sistem peradilan, kajian gender, hukum laut, dan hukum internasional. Ia juga sering bertemu dengan aparat penegak hukum, hakim, jaksa, dosen, akademisi termasuk wawancara dengan narapidana terdakwa dalam pengadilan. Peneliti juga melakukan pengumpulan data ke daerah bertemu dengan mereka. Tatik lalu menceritakan suka duka dan pengalamannya sebagai peneliti. Acara ditutup dengan diskusi dan tanya jawab yang sangat menarik, karena para siswa SMA Al Kahfi sangat kritis dalam menyampaikan pertanyaan. (sgd/ed: and)