Surabaya – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan diskusi dengan PT. PAL Indonesia (Persero) dan Komando Armada (Koarmada) II di Surabaya, Kamis (23/06). Diskusi ini membahas tentang Evaluasi Kebijakan Minimum Essential Force (MEF). Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kesiapan industri pertahanan dalam negeri dan dukungan pertahanan dari angkatan laut.

Koordinator Fungsi Pertahanan dan Keamanan BRIN, Gerald Theodorus L. Toruan, menyampaikan kebijakan MEF yang sudah dilaksanakan dan telah memasuki fase ketiga. Hanya saja, targetnya belum dapat dicapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui apakah kebijakan MEF ini akan dilanjutkan atau diberhentikan. “Output hasil penelitian ini adalah naskah kebijakan yang akan diberikan kepada Bappenas dan Kementerian Pertahanan,” jelas Gerald.

Laksamana Muda TNI (Purn) Catur Sudarsono, selaku Senior Executive Vice Presiden PT PAL, dalam diskusinya mengatakan, PT. PAL sangat siap dalam pengembangan alutsista khususnya bidang maritim. Kesiapan PT. PAL ini dibuktikan dengan adanya beberapa kontrak kerja sama alutsista baik dari dalam maupun luar negeri. PT. PAL berprinsip untuk terus memajukan industri maritim di Indonesia. “PT. PAL mendukung apabila MEF ini tetap dilanjutkan, karena adanya kebijakan ini dapat memperkuat pertahanan di Indonesia,” imbuh Catur.

Sementara itu, Panglima Koarmada II, Laksamana Muda TNI T. S. N. B. Hutabarat menjelaskan, fungsi angkatan laut sebagai pelaksana. Ia menjelaskan tugas utamanya dalam menyiapkan operasi militer dari dermaga hingga kembali ke dermaga lagi. Dalam konteks pertahanan, terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Angakatan Darat adalah sumber daya manusia yang dipersenjatai, sedangkan angkatan laut dan udara adalah senjata yang diberi sumber daya manusia (awak). “Jadi, dapat disimpulkan pembinaan SDM Angkatan Laut sangat diperlukan dalam mendukung pertahanan,” ujar Hutabarat.

Perencanaan dan konsistensi menjadi hal yang paling penting dalam lingkup Angkatan Laut. Jika terjadi inkonsistensi maka akan mempengaruhi perencanaan dan kebijakan yang sudah dibuat. Selama inkonsistensi terus berlanjut akan menyebabkan MEF tidak berjalan dengan baik. Untuk itu, kebijakan MEF ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan konsisten sehingga target yang sudah ditetapkan dapat dicapai. Kunjungan lapangan juga dilakukan untuk melihat beberapa alutsista bidang maritim yang telah dan sedang diproduksi oleh PT. PAL. Salah satunya, yaitu kapal bantu rumah sakit, yang ditujukan untuk membantu bencana di daerah terpencil dan jauh dari Rumah Sakit. (aml/ed: sao)