Wonogiri – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa, dan Konektivitas (PRKSDK) membentuk desa laboratorium kesejahteraan sosial di Randusari, Tlogohimo, Wonogiri, Minggu (26/06). Menurut Kepala Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa, dan Konektivitas, Muhammad Alie Humaedi, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk media pendampingan yang dilakukan dalam tahapan riset aksi oleh PRKSDK kepada masyarakat, khususnya di wilayah Randusari, Tlogohimo, Wonogiri.
“Tujuan riset aksi ini adalah menjadikan Desa Randusari sebagai salah satu dari sepuluh desa laboratorium kesejahteraan sosial,” jelas Alie. Diharapkan, ke depan akan ada kegiatan-kegiatan pendampingan lainnya di desa tersebut yang melibatkan warga, khususnya kaum perempuan. Ia menambahkan, setidaknya terdapat dua kegiatan yang akan dikembangkan di desa ini. Salah satunya adalah kegiatan di bidang pertanian.
Alie mengungkapkan, riset bukan hanya sebuah produksi pengetahuan saja. Riset juga dapat dikembangkan untuk menggerakkan dan melibatkan masyarakat ke arah yang lebih baik, sejalan dengan output riset yang akan dicapai. “Oleh karena itu, kolaborasi antara BRIN melalui PRKSDK dengan Yayasan Nurul Falah Wonogiri merupakan bentuk kolaborasi yang manfaatnya dapat dirasakan secara nyata,” tegasnya.
Terkait dengan kolaborasi yang dilakukan, Ali menjelaskan, riset ini juga bertujuan untuk mengubah paradigma periset. “Selama ini periset hanya melakukan penelitian di lapangan lalu pulang tanpa ada upaya lanjutan atau kesinambungan. Semoga dengan konsep riset aksi ini akan mengubah paradigma tersebut,” imbuhnya. “Kemandirian masyarakat desa merupakan nilai strategis yang harus dipancing sehingga mampu menggerakkan potensi yang ada di desa tersebut,” lanjutnya.
Sementara itu, Periset PRKSDK akan melakukan aksi riset di desa Randusari melalui empat tahapan yang diterapkan. Tahap pertama adalah penelitian tentang aspek-aspek penting menyangkut isu aktual terkait kesejahteraan, pembangunan, konektivitas, serta transmisi teknologi. Tahapan kedua yaitu melakukan proses lanjutan, kegiatan pendampingan untuk potensi desa yang dianggap krusial. “Pada tahap ini kita mulai melibatkan partisipasi warga untuk pengembangan potensi desa yang dianggap krusial dan penting,” tambah Alie.
Tahap ketiga adalah pembentukan prototype desa kesejahteraan sosial. Protoype tersebut dapat diwujudkan dalam sebuah kriteria profil desa yang bisa sejahtera berkat pendampingan atau setelah mendapatkan riset aksi. Adapun tahap terakhir sifatnya lebih formil atau ditujukan kepada pemerintah. Ini untuk mendorong pembentukan kebijakan model pembangunan masing-masing desa sesuai dengan karakternya.
Riset aksi ini akan berlangsung selama tiga tahun dan di tahun ke empat akan dilakukan tahap evaluasi. Menurutnya, salah satu faktor kesuksesan dari riset aksi ini adalah pendampingan yang dilakukan oleh para peneliti. “Selain melakukan pencarian data, peneliti juga mendampingi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada kedekatan emosional yang terbangun antara periset dengan warga desa,” imbuh Alie. Pada kesempatan ini, PRKSDK menyelenggarakan khitanan massal sekaligus santunan kepada guru ngaji di Padepokan Tilawati, Desa Randusari, Tlogohimo, Wonogiri. (Ky)