Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Agama dan Kepercayaan mengadakan webinar series ke-12 pada Rabu (24/08). Kali ini tema yang diangkat “Mengenal Ragam Kepercayaan Nusantara”. Webinar ini menghadirkan para pembicara, Muslam Guno Waseno dari Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia, KRT Rosa Mulya Aji dari Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia, dan Titi Isnaini Fauzah selaku Peneliti BRIN.
Muslam memaparkan topik tentang “Mengenal Ragam Kepercayaan Nusantara Paguyuban Pangudi Ilmu Kebatinan Inti Sarining Rasa”. Menurutnya, manusia adalah insan makhluk Tuhan yang paling sempurna di antara makhluk ciptaan lainnya. Manusia diberikan kemurahan yang sangat luar biasa oleh sang maha pencipta. “Bukti kemurahan Tuhan kepada manusia yaitu seluruh isi alam semesta adalah untuk kepentingan manusia,” demikian Muslam membuka wacana.
Muslam berkata, pada hakekatnya manusia seutuhnya sebagai makhluk yang tertinggi dan istimewa derajatnya karena tuhan sendiri yang mengangkatnya. Kalau dalam Bahasa Jawa, diistilahkan dengan “dudu kulite lan uga dudu ingsine nanging kang bakih iku jating sejati kang kudu umiring laku utami jiwa raga kudu keplok lahir batin selaras lan serasi”.
Lebih lanjut ia mengatakan, manusia terbangun seutuhnya dalam mewujudkan keserasian hidup dalam menjalankan darma hidupnya. Lalu Muslam memberikan contoh dalam keanggotaan panguyuban Pangudi Ilmu Kebatinan Inti sarining Rasa (PIKIR). Di sini terdapat siapa saja yang bersedia dengan sadar mengakui dalam dirinya bahwa manusia dikodratkan oleh sang maha pencipta.
Hal lain yang diungkap Muslam, terkait istilah Ageman Lampah Kasatriyan sebagai suatu doktrin pedoman bagi kesatriyan di mana satria adalah manusia seutuhnya. Artinya, jiwa raganya manusia luarnya manusia dan dalamnya juga manusia, dalam beraktifitas menjalankan drama kewajiban hidupnya. Ada istilah lain juga, yaitu satriya saka tembung sawiji tri tan lokaya kang ateges satriya ya manungsakang bisa ngregem nyawijaken jagat perkara yaiku, jagat guruloka, jagat hendraloka dan jagat janaloka.
KRT Yosa menjelaskan Penghayat Kejawen Maneges. Maneges berarti jelas dan Jujur. Artinya, mencari kejelasan melalu Samadhi atau mengheningkan cipta dengan senantiasa pasrah pada hukum sebab akibat, tidak ada jiwa yang lebih unggul. Manages bisa juga diartikan upaya terus menerus untuk selalu mencari arah pemikiran manusia dalam setiap zaman untuk menghadapi segala problematika kehidupan dunia.
Gambaran garis besar ajaran kejawen maneges adalah kepercayaan perilaku bukan kepercayaan upacara. “jadi kami mengutamakan ajaran atau sila sebagai pegangan hidup,” ungkap Yosa. Maka, ada delapan ajaran jawa, sebagai hukum alam atau hukum sebab akibat dan ‘kasunyatan’ alias kenyataan. Penghayat Kejawen Maneges mempunyai atribut yang terdiri dari pakaian hitam iket kepala wulung/ ungu. Atribut ini terdiri dari keris, tombak, lambing, panji – panji, dan gamelan jawa. Peringatan tahun baru jawa mengikuti kalender pranata mangsa dimulai sejak 8111 tahun sebelum masehi yang diperingati tanggal 1 kasa atau 22 juni setiap tahun pada pukul 18.00 WIB.
Sedangkan Titi membahas tentang ikatan batin keluarga angesthi sampurnaning kautaman (ASK) Yogyakarta. ASK juga mempunyai arti Allah Sesembahan Kawula dan juga Atanyo Sorasaning Karyo. Ajaran ASK meliputi ajaran tentang ketuhanan YME, alam semesta, kemanusiaan, budi luhur, serta kehidupan setelah kematian (wusasaning dumadi).
ASK tidak mempersoalkan (memperdebatkan) adanya Tuhan Karena ASK telah percaya dan yakin akan keberadaan Tuhan. Kelompok ini tidak mempersoalkan undang-undang atau peraturan negara dan juga bermacam-macam agama dan aliran-aliran kebatinan yang ada. Sebab ASK bukan sesuatu agama dan tidak akan fanatik terhadap kepercayaan-kepercayaan lain. Komunitas ini tidak mempersoalkan politik karena ASK bukan gerakan politik.
Ruang – ruang kegiatannya masih rutin dilaksanakan hingga sekarang yaitu kegiatan malam jumat kliwon dan malah 1 suro. Kegiatan ini diadakan setiap satu tahun sekali. Sedangkan kegiatan malam jumat kliwon/ kamis wage adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati hari ulang tahun atau berdirinya (istilah jawa weton) kegiatan ini yang diadakan setiap 35 hari sekali. (ANS/ed: And)