Semarang – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendiseminasikan program – program fasilitasi untuk mendorong tumbuh kembang UMKM di Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tenga secara hybrid yang lokasi penyelenggaraannya dikendalikan di Semarang, Rabu (14/9).
Kepala Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan, Irwanda Wisnu Wardhana, dalam paparannya menjelaskan, UMKM diidentifikasi sebagai salah satu “katalis” dalam pembangunan. Hal itu bahkan merupakan “baling-baling” pembangunan yang menggerakkan perekonomian (the engine of economic growth) di bangsa manapun.
Menurutnya, UMKM di Indonesia mendominasi populasi pelaku usaha secara nasional dan mempekerjakan banyak tenaga kerja. Artinya, UMKM bisa berperan sebagai pilar yang kuat untuk membuat Indonesia mandiri secara ekonomi. Bangsa yang mandiri ditandai dengan angka kemiskinan yang rendah, ketimpangan pendapatan yang rendah, dan kesejahteraan yang dirasakan sebagian besar penduduk. “Bila usaha kelas menengah tumbuh cepat, maka UMKM bisa mempromosikan perubahan struktur ekonomi dan menjamin equal distribution of income,” kata Irwanda.
Itulah sebabnya Pemerintah menciptakan regulasi, mempermudah perizinan usaha, menyediakan banyak insentif, serta menciptakan kredit-kredit program dan alternatif-alternatif pembiayaan yang mudah diakses UMKM. Tujuannya agar mereka bisa naik kelas (scaling up).
Untuk mendorong peningkatan yang dalam hal ini disebut dengan ‘naik kelas’, BRIN membuka peluang program fasilitasi guna memantik peningkatan produktivitas UMKM Indonesia. Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian, Lembaga, Masyarakat dan UMKM – BRIN, Dadan Nugraha mengatakan, BRIN menawarkan dua program fasilitasi untuk UMKM di Provinsi Jawa Tengah. Program fasilitasi pada Kedeputian Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN ini baru saja diluncurkan pada pertengahan tahun 2022.
Kedua program fasilitasi tersebut adalah Fasilitasi Inovasi Akar Rumput (FAIR) dan Fasilitasi Usaha Mikro Berbasis Iptek (FUMI). Kedua program ini memang ditujukan untuk mendukung UMKM, khususnya usaha mikro. “Mudah-mudahan program ini bisa berkontribusi pada upaya meningkatkan kelas UMKM di Indonesia,” kata Dadan pada acara Workshop dan Kajian Strategis: “UMKM Naik Kelas”, Rabu (14/9), di Semarang.
Selain itu, BRIN juga membuka diri untuk berkolaborasi dengan para peneliti di daerah. Setelah adanya kebijakan penghapusan jabatan struktural, banyak pejabat di daerah yang beralih ke jabatan fungsional. “Mungkin ada peneliti di daerah yang ingin mengaplikasikan teknologi hasil risetnya ke masyarakat, dapat mengakses kedua program BRIN ini,” imbuh Dadan.
Program Fasilitasi Inovasi Akar Rumput (Grassroot Innovation) adalah bentuk dukungan dari BRIN untuk temuan-temuan, kreativitas, serta invensi dan inovasi yang berasal dari masyarakat akar rumput. Selama ini, bisa jadi, mereka tidak mempunyai akses ke laboratorium, SDM riset, dan sebagainya. “Jadi secara garis besar memang program ini ditujukan pada temuan-temuan yang berasal dari bawah,” ungkap Dadan.
Inovasi Akar Rumput merupakan penemuan yang dihasilkan oleh masyarakat secara individual ataupun berkelompok, bahkan mungkin secara komunal, spontan, serta tidak tergantung pada perencanaan formal. Hal ini tidak berlaku bagi institusi pemerintah, perguruan tinggi, industri dan/atau lembaga penelitian yang sifatnya asli. Menurutnya, banyak ditemukan, baik di desa-desa maupun di pelosok-pelosok, masyarakat yang mempunyai inovasi yang sebetulnya menjadi solusi bagi persoalan yang dihadapi masyarakat sekitarnya.
Hal inilah yang menjadi perhatian BRIN melalui program fasilitasi, bagaimana temuan-temuan ini bisa dibuktikan secara ilmiah dan didorong menjadi produk-produk yang berkembang lebih besar lagi. Sasarannya adalah untuk menggali, mengidentifikasi, dan membina inovasi yang lahir dari masyarakat agar menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi. “Bukan saja memberikan nilai tambah secara ekonomi, namun juga berdampak terhadap sosial, budaya, maupun akademis bagi masyarakat sekitarnya,” jelas Dadan.
Sementara itu, Program FUMI adalah permasalah yang diajukan usaha mikro yang membutuhkan intervensi riset dan teknologi. Teknologinya sendiri bisa berasal dari peneliti-peneliti BRIN, perguruan tinggi, atau peneliti yang berasal dari daerahnya, dalam upaya memajukan usahanya. Program fasilitasi ini bertujuan untuk mengakselerasi dan mendiseminasi hasil riset dan inovasi pada usaha mikro. Di samping itu juga mendorong peningkatan produktivitas, nilai tambah, kualitas, serta daya saing produk berbasis riset dan inovasi. Diharapkan melalui program ini, dapat menumbuhkembangkan dan memperkuat ekosistem riset dan inovasi. Termasuk meningkatkan jejaring antar pelaku riset dan inovasi, maupun kolaborasi antara penyedia dan pengguna teknologi. (arial/ed: and)