Jakarta-Humas BRIN. Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PRMB) BRIN, secara rutin menggelar Forum Diskusi Budaya (FDB), FDB Seri 48 ini dilaksanakan Senin (14/11) dengan tema “Unfinished Nation: Ingatan Revolusi, Aksi Massa, dan Sejarah Indonesia. Tema tersebut merupakan sebuah judul buku yang ditulis oleh Max Lane. Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, Lilis Mulyani dalam sambutannya menyampaikan bahwa walaupun buku tersebut sudah terbit beberapa waktu lalu namun masih sangat relevan dan signifikan dalam membahas isu-isu yang terus diperbaharui. Serta perlu didiskusikan sesuai tema Ingatan Revolusi, Aksi Massa dan Sejarah Indonesia.
Buku Unfinished Nation yang menceritakan kehidupan Indonesia sejak perjuangan masa kolonial, masa revolusi, masa orde baru hingga masa reformasi menyajikan betapa penting peran kelompok pelopor, mobilisasi massa dan aksi massa dalam menggerakkan sejarah Indonesia. “BRIN sangat bangga bisa menghadirkan Max Lane seorang sejarawan dan penulis buku yang konsisten dalam menulis sejarah Indonesia. Diskusi Ini diharapkan mampu mengeksplorasi bagaimana revolusi di masa lalu yang mempengaruhi kebangsaan Indonesia dan menjadi sejarah Indonesia,” tutup Lilis.
Selanjutnya, Max Lane menyampaikan bahwa buku Unfinished Nation: Ingatan Revolusi, Aksi Massa, dan Sejarah Indonesia menurutnya baru pertama kalinya dibahas pada diskusi akademik kali ini. Bahwa yang melatarbelakangi penulisan buku tersebut yaitu pandangan peneliti tentang Indonesia selama ini baik dari Indonesia sendiri maupun luar negeri. Sudut pandang tersebut selalu menghilangkan peran massa, mobilisasi massa, aksi massa, dan ingatan akan revolusi dalam melihat sejarah Indonesia.
Max menyampaikan bahwa pasca kemerdekaan Indonesia sebagai bangsa yang baru berarti Indonesia harus menemukan konsep kenegaraannya. Masa inilah yang menjadi masa perang ideologi dari partai-partai muncul ke permukaan. Masyarakat Indonesia seperti apa yang akan diwujudkan, itulah debat politik merumuskan isu sentral kehidupan seluruh rakyat.
Sejarah panjang Indonesia mulai kemerdekaan setelah lepas dari penjajah dan kekuasaan orde baru mulai tahun 1965, mulai berkuasa sangat menentukan proses masyarakat dalam mempengaruhi kebangsaan. Dalam proses tersebut ada kekuatan yang turut mengintervensi pada titik lemah proses yang sedang berjalan, kelemahan tersebut ikut mendorong dalam proses intervensi dalam kekuasaan.
Max Lane banyak menceritakan fenomena-fenomena di era orde baru baik tentang kebijakan politik dimana petani dan masyarakat sipil dilarang menjadi anggota partai politik manapun dan kegiatan politik, kebijakan yang dinamai “masa mengambang”. Max menyimpulkan bahwa dalam penciptaan masa ada proses budaya baru, bukan budaya jawa, minang, dan sebagainya. Namun suatu ciptaan baru dalam elemen yang sangat terintegrasi kebudayaan sejak awal abad 20 yaitu mobilisasi, aksi, organisasi yang merupakan bagian kebudayaan.
Dalam gerakan masa tahun 90an, muncul memori sejarah gerakan masa beberapa mahasiswa yang dapat mematahkan pengaruh melalui gerakan, taktik, aksi masa, strategi, dan mengerti kelemahan sehingga mendorong metode perjuangan semakin meluas. Hilangnya kebiasaan bertarung debat politik dalam merumuskan isu sentral kehidupan seluruh rakyat untuk arah perkembangan saat ini telah hilang, padahal sebelum tahun 1965 arah perkembangan Indonesia sangat kuat.
Selanjutnya Prof. Asvi Warman Adam menyampaikan bahwa Max Lane telah menulis beberapa buku diantaranya “Unfinished Nation Indonesia Before and After Soeharto”, edisi perdana bahasa “Indonesia Bangsa yang Belum Selesai Indonesia Sebelum dan Sesudah Soeharto”. Edisi kedua judulnya “Unfinished Nation: Ingatan Revolusi Aksi Masa dan Sejarah Indonesia”. Edisi cetakan ketiga, Unfinished Nation di bawah. Prof. Asvi juga menginformasikan bahwa Max juga menerjemahkan buku karya Pramoedya Ananta Toer dalam bahasa Inggris, diantaranya Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Asvi menyampaikan dalam buku Max tersebut menggambarkan daftar isi yaitu keIndonesiaan, kontra-revolusi, mahasiswa, ingatan, rencana-rencana, aksi, kekuasaan, aksi dan politik pasca Soeharto, ekonomi politik, ingatan kesadaran kelas ideologi, aksi bangsa dan revolusi, dari degenerasi ke regenerasi, remobilisasi dan regenerasi agen pelapor serta sejarah dan pergerakan sebuah wawancara. (SUR/ed:Sgd)