Jakarta – Humas BRIN. Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan – PR ALMBB mengadakan webinar Public Lecture by Visiting Researcher dengan tema Archelogy of Maluku Trade Networks. Webinar ini menghadirkan pembicara, Peter V. Lape, selaku pengajar Departement of Anthropology University of Washington. Kegiatan dibuka oleh Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra – OR Arbastra, Herry Jogaswara, Selasa (29/11).
Dalam paparannya, Peter menjelaskan kebutuhan mempelajari jaringan perdagangan di Maluku, sebagai asal-usul perdagangan rempah-rempah dan kolonialisme. Pada Pra 1500 M saat santernya perdagangan hasil kolonialisme yang semakin mendunia. Di sini, arkelogi dapat membantu upaya dekolonisasi. Perdagangan bisa jadi membentuk pola perilaku adaptif. Dengan perdagangan, bisa membantu mengelola risiko hidup di pulau kecil, seperti makanan dan air. Dengan perdagangan pula menjadi sumber nformasi baru yang dapat membantu penduduk kontemporer selama perubahan iklim yang cepat.
Di dalam jaringan perdagangan terdapat salah satu prinsip bahwa arkeologi harus memiliki manfaat sosial. Contohnya dalam penggunaan tembikar gerabah sebagai bahan atau penanda untuk jaringan perdagangan dan beberapa metode baru. Jadi asal usul jaringan dalam perdagangan global ini adalah perdagangan yang diatur, berkembang, dan diperluas oleh orang-orang itu sendiri. Dalam banyak hal, kolonialisme eropa berawal di Indonesia sejak beberapa kunjungan pertama oleh Portugis ke Asia Tenggara. Ini benar-benar awal dari kapitalisme pedagang kolonialisme sebagai kekuatan kolonial militer yang masih hidup. Menurut Peter, ia percaya, arkeologi dapat membantu dalam upaya dekolonisasi untuk melewati beberapa masalah struktural yang telah dibawa oleh kolonialisme.
Pulau Maluku Utara menggunakan perdagangan global yang berasal dari Banda. Di Kepulauan Banda ada beberapa proyek terjadi dan beberapa penelitian itu menjadi dinamika budaya tepat sebelum Portugis dan Belanda tiba di Banda. Sekitar enam ratus kapal dan beberapa ribu tentara menyerbu Pulau Banda dan melakukan Pengambilalihan militer. Dalam proses itu mereka membunuh dan menangkap. Karena itu, sebagian besar penduduk melarikan diri dan saat mengungsi menetap di bagian lain maluku. Lalu beberapa tinggal di Banda dan masih diakui sampai sekarang. Hal ini yang membawa pengaruh beberapa tradisi dari masa lalu yang sangat mirip dengan seni Karibia. Seperti lukisan yang tergantung tertulis tahun 1980-an yang menggambarkan Tajuk serangan kekerasan. “Saat ini dan ada beberapa cara untuk melihat aktivitas perdagangan awal 1990-an dengan melacak pergerakan kapal,” ungkapnya.
Lalu disebut Konsep Connestedness sebagai Situs berbagi artefak dari grup komposisi yang sama dengan situs lain yaitu “connested”. Jika sebuah situs memiliki serpihan dari banyak grup berbeda, ia memiliki “keterhubungan” yang lebih tinggi serta memiliki banyak mitra dagang. Maka hal ini tidak perlu mengetahui sumber geologi.
Lantas Peter mengisahkan, yang menjadi proyeknya saat ini adalah mengumpulkan sampel tembikar dari situs maluku pusat lainnya. Lalu timnya menganalisis dan membandingkan dengan data banda yang lebih tua, mengembangkan alat komputasi baru untuk mempercepat proses, dan memungkinkan penambahan data baru di masa mendatang. Tembikar gerabah berfungsi sebagai bahan berkorelasi untuk perdagangan, penggunaan sumber obsidian dan kimia dari kota ke tempat geologis sebagai cara untuk menyelidiki hubungan. Ada beberapa penelitian bagus yang dilakukan di Indonesia mengenai hal ini. Ada beberapa perbedaan antara obsidian dan tembikar yaitu salah satu masalah dengan obsidian adalah relatif jarang dibandingkan dengan Tembikar.
Berikutnya dibahas tentang Publikasi Skrip Python, sebuah pengajuan ke jurnal perangkat lunak sumber terbuka, serta konsep keterhubungan dan hasil baru, sebagai pengajuan ke Jurnal Ilmu Arkeologi. Peter menjelaskan, hasilnya dikomunikasikan kepada anggota masyarakat, pemerintah, dan lembaga budaya. Terhadap proyek penelitiannya, ia melibatkan peneliti lain untuk menyumbangkan sampel atau uji alat baru di daerah lain (contoh: Philipnes). Hal itu untuk smenyelidiki faktor penyebab perubahan keterhubungan (perubahan lingkungan, produksi pangan, serta politik yang lebih luas. (ANS/Ed: And)