Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan meningkatkan kerja sama dengan École française d’Extrême-Orient (EFEO) yang sebelumnya telah terjalin dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas). Dengan bergabungnya Puslit Arkenas ke dalam BRIN, maka Memorandum of Understanding (MoU) dengan EFEO harus diperbaharui lagi karena sudah ada pergantian institusi.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra (OR Arbastra/ABS) Herry Jogaswara menganggap perlu memfasilitasi kegiatan-kegiatan riset kolaborasi yang dilakukan EFEO dengan periset-periset BRIN, khususnya tentang arkeologi, manuskrip, dan yang terkait dengan kebahasaan.
“Ini merupakan satu kolaborasi yang strategis dengan EFEO, yang saya tahu kesejarahannya dengan Arkenas dulu. Jadi kewajiban saya adalah untuk membuat kegiatan dengan mitra strategis dengan EFEO ini dapat berjalan dengan baik,” kata Herry saat membuka kegiatan Lokakarya Inventarisasi Prasasti (IDENK) di Jakarta,Senin (12/12) secara hybrid.
Lebih lanjut dikatakannya, kolaborasi yang sudah berjalan sangat panjang dengan EFEO ini merupakan satu kegiatan yang sangat baik dan perlu diteruskan dengan berbagai kegiatan lainnya. “Kita dapat membincangkan apa-apa yang dapat dilakukan antara BRIN dan EFEO. Kegiatan pada hari ini sangat bermanfaat, bukan saja bagi sitivitas BRIN, tetapi juga publik yang lebih luas, karena lokakarya ini terbuka untuk umum, sehingga masyarakat luas dapat mengikuti kegiatan ini,” imbuh Herry.
Pada awalnya mitra kerja EFEO adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun karena dianggap cakupan bidang terlalu luas, LIPI mengalihkan tugasnya kepada Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (P4N). Memorandum of Understanding (MoU) yang merupakan legalisasi kerja sama antara kedua lembaga penelitian itu, pertama kali ditandatangani pada 26 Mei 1976 yang diwakili oleh Jacques Dumarcay (EFEO) dan Satyawati Suleiman (P4N).
Kerja sama Puslit Arkenas dan EFEO pada awalnya lebih menekankan kepada terbitan buku-buku seri terjemahan antara lain CandiSewu dan Arsitektur Bangunan Agama Budha di Jawa Tengah(Jacques Dumarçay) dari Bahasa aslinya yang berjudul Le Candi Sewu et l’architecture bouddhique de Java Centre. Seri terjemahan ini terus berlanjut, hingga buku yang ditulis hasil kerja sama penelitian arkeologi Puslit Arkenas dan EFEO, Histoire de Barus: Le Site de Lobu Tua II, yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berjudul Labu Tua Sejarah Awal Barus (al. Heddy Surachman, Ch. Sonny Wibisono, dan Daniel Perret).
Kemudian P4N berganti nama menjadi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas). Dan yang terakhir kerja sama Puslit Arkenas dan EFEO yang ditandatangani pada tanggal 23 September 2019. Selanjutnya, pada awal 2022 Puslit Arkenas dilebur ke dalam BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Sejauh ini kerja sama yang dijalan sudah selama 46 tahun.
“Kerja sama Puslit Arkenas dan EFEO sudah terjalin sejak tahun 1976. Sekarang Puslit Arkenas sudah bergabung ke dalam BRIN dan untuk kerja sama selanjutnya mungkin harus diperbaharui lagi antara EFEO dengan BRIN karena sudah ada pergantian institusi,” kata Titi Surti Nastiti, Peneliti Senior BRIN. Sementara itu, Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Irfan Mahfud, menyampaikan bahwa kerja sama ini menunjukkan bukti hubungan kekeluargaan yang sangat panjang antara EFEO dan Puslit Arkenas. Meskipun generasi berganti tetapi kerja sama ini harus selalu terjalin, sehingga apa yang dicita-citakan dalam produksi ilmu pengetahuan memiliki pengaruh, baik di tingkat lokal maupun global. “Ini menunjukkan bahwa banyak hal positif yang bisa tunjukkan dan merupakan legacy yang baik untuk diteruskan,” ungkap Irfan. (arial/ed: SGD)