Jakarta – Humas BRIN. Peneliti Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL), Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra (OR Arbastra) BRIN, Mu’jizah mengatakan, riset terkait manuskrip bisa digali tidak hanya di Indonesia tetapi juga negara serumpun lainnya. Ungkapan tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara dalam webinar Syarahan Manuskrip Melayu: “Pengobatan Penyakit Perempuan Dalam Manuskrip Melayu”, disiarkan daring, Kamis (2/3).

Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Malay Manuscript Lecture Series atas undangan International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC-IIUM).

“Isi manuskrip kita masih banyak menggambarkan pengetahuan pengobatan lokal pada penyakit perempuan,” papar Mu’jizah. Kali ini ia mengulas terkait Melayu – Indonesia, di mana terdapat pengetahuan lokal dan keterikatan di masa lalu sebagai negara serumpun. Dalam paparannya, Mu’jizah menjelaskan, melayu sebagai salah satu kekayaan etnis di Indonesia. “Kita akan menggali tradisi pengobatan melayu yang terekam dalam manuskrip sampai saat ini,” ucapnya.

Menurutnya, melayu di Indonesia ada dalam manuskrip yang berasal dari Kelantan dan hampir serupa dengan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu sebagai negara serumpun perlu diangkat, seperti manuskrip yang ada di Aceh, Riau, dan sebagainya. Ada tradisi islam yang sangat kuat seperti doa-doa. Baginya, hal ini cukup menarik. Ada juga pengobatan dengan mantra atau ajimat, dan lain-lain.

Tradisi hidup dari budaya, lingkungan, negara, dan sejarah yang berbeda. Setiap kekayaan atau budaya memiliki kekhasan dan keunikan yang berbeda. Manuskrip-manuskrip yang ada di Bali, Papua, Sasak, Betawi Kelantan, Johor, dan sebagainya, menurut Mu’jizah memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut akan terlihat dengan adanya ikatan dari bangsa serumpun.

Sehubungan dengan itu ia mengulas, Indonesia sudah memiliki undang-undang No. 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang mengandung unsur seni dan tradisi, yang salah satunya manuskrip, dalam konteks ini obat-obatan. Di sini perlindungan dilakukan, pengembangan dikreasikan dengan berbagai program, serta bagaimana pembinaan dan seperti apa pemanfaatannya.

”Kalau itu diterapkan akan memiliki potensi yang sangat besar. Sebab, obat-obatan menjadi hal penting di dalam kehidupan manusia. Apalagi pada saat terjadinya pandemi Covid – 19, di Indonesia begitu ramai orang – orang memperhatikan pemanfaatan obat – obatan ini.

Lebih lanjut, pembicara mengulas, Wanita dikodratkan bisa mengandung dan melahirkan anak, sebagai proses dalam meneruskan keturunan. Proses ini menyebabkan melemahnya alat reproduksi wanita. Bila wanita tersebut tidak memperhatikan alat reproduksinya atau kesehatannya maka akan berdampak pada berkurangnya berkontribusi di tengah masyarakat. Padahal masyarakat melayu begitu mengagungkan hubungan kekerabatan perempuan. Di dalam kekerabatan tersebut terdapat manuskrip-manuskrip. Seperti contoh di kepulauan Riau ada manuskrip terkait perempuan mengasuh dan merawat bayi. Sedangkan etnis melayu yang ada di Indonesia, seperti Betawi yang mengandalkan pengobatan dengan bahan-bahan alam.

Kemudian Mu’jizah menjelaskan manuskrip dalam Kitab Tibb, yang ditemukan berbagai jenis penyakit seperti demam kura, muntah darah, batuk kering, dan sebagainya. Ada juga temuan manuskrip terkait penyakit gila, di mana di dalam ilmu islam dapat diobati dengan cara memberikan doa-doa, jika kita percaya akan dapat menyembuhkan. Sedangkan pada tradisi hindu, mengobati penyakit dengan cara membacakan mantra-mantra. Maka, ia berharap, pemerintah perlu mengembangkan dan meyinergikan pengetahuan lokal dengan pengetahuan modern dalam menghidupkan tradisi.

Ilmu pengetahuan terkait penyakit perempuan atau alat reproduksi di Indonesia dikenal sebagai pusat tanaman obat. Hutan akan memberikan banyak varietas tanaman obat. Maka, baginya, perlu ada eksplorasi dan ekspedisi terkait tanaman obat, sebagaimana ia merincikan ada 31 rempah yang dapat dipakai sebagai obat.

Rempah secara tradisi sudah sangat terpercaya, dengan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Namun manuskrip ini terancam punah. Di dalam pengetahuan, jika salah satunya hilang maka pengetahuannya akan rusak. Sementara banyak bahan obat – obatan alami yang digunakan, baik berasal dari flora maupun fauna seperti landak, burung, dan lain-lain. Menariknya, dalam tradisi pengobatan masyarakat melayu, terdapat keunikan pada cara meramu berikut takarannya.

Dalam penjelasannya, Mu’jizah mengatakan, ada manuskrip terkait penyakit yang menyerang wanita. Rinciannya: 1). penyakit senggugut yaitu ketumbuhan bisul/tumor, seperti halnya wanita saat mau menstruasi ada alat reproduksinya yang terganggu; 2). bunting darah, dikenal dengan pendarahan yaitu terlihat seperti hamil tetapi bukan hamil, melainkan ada tumor atau kanker yang besar; 3). tidak datang haid, ada perempuan yang tidak haid pada usia 16 tahun padahal sudah memasuki usia haid; 4). faraj bernanah yaitu penyakit pada organ wanita yang sangat vital (akibat gonta-ganti pasangan); 5). bersalin tetapi tidak keluar darah; 6). cemar kain yaitu darah atau cairan lainnya yang keluar secara terus menerus dan mencemari kain alas; 7). farajnya basah yaitu bau busuk (jenis keputihan, ada yang wajar dan ada yang tidak wajar); 8). farajnya dingin (frigiditas) yaitu perempuan yang dingin yang tidak terakumulasi saat berhubungan dengan pria.

Dengan paparan yang disampaikan itu, Mu’jizah berharap, manuskrip-manuskrip yang ada bisa menjadi pengetahuan lokal tentang pengobatan penyakit perempuan sampai di tingkat dunia. Hal itu bisa diajukan ke memory of the world sebagai warisan bersama. (suhe/ ed: And)