Jakarta – Humas BRIN. Dalam menghadapi era menuju industri maju ke depan, BRIN mempunyai peran, salah satunya mambantu pemerintah di bidang sains untuk mendukung kekuatan ekonomi, sosial dan budaya, serta sains itu sendiri. Hal tersebut disampaikan Plt. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek, Edy Giri Rachman Putra, dalam sambutannya pada kegiatan webinar “Sosialisasi Pelatihan Bidang Ilmu Sosial Humaniora” di Jakarta, Selasa (7/03).

Edy menjelaskan, dasar dari kegiatan ini adalah BRIN itu sendiri, karena berdasarkan kelembagaan BRIN dapat meningkatkan kompetensi yang ada di lembaganya. Edy berpendapat, pelatihan ini sangat potensial bagi yang memiliki kompetensi dan kapasitas sumber daya yang tidak hanya di BRIN tetapi di lembaga lainnya.

Edy juga mengutarakan pelatihan ini untuk menguatkan kapasitas ilmu atau pengetahuan yang nantinya dapat berperan dalam keterlibatan pembangunan. BRIN dapat memberikan informasi terkait bidang-bidang apa saja di dalam pelatihan, khususnya untuk pengembangan kompetensi kepada stakeholder atau di luar BRIN. ”Penguatan kompetensi ini harapannya pada era digital dapat meningkatkan analisis dan kritis terhadap identifikasi masalah dan membantu memberikan rekomendasi kepada pemerintah,” ujarnya.

Sependapat dengan Edy, Raden Arthur Ario Lelono selaku Plt. Direktur Pengembangan Kompetensi mengatakan, BRIN berupaya untuk mengembangkan kompetensi dan inovasi sumber daya sebagai layanan dalam penguatan kualitas dan produktivitas SDM. Manfaatnya penting untuk meningkatkan kompetensi di bidang ilmu sosial dan humaniora. ”Harapannya, peserta mendapatkan informasi yang bermanfaat di bidang ilmu sosial dan humaniora, dalam meningkatkan kompetensi sesuai bidang masing-masing dari peserta,” ungkap Arthur.

Arthur menyampaikan, bahwa kegiatan ini adalah rangkaian dari kegiatan identifikasi tahun sebelumnya. Hal ini agar stakeholder mengetahui berbagai jenis pelatihan. Maka, BRIN berkewajiban menginformasi hal ini. Tujuanya untuk memperkenalkan dan memberikan pemahaman di bidang ilmu sosial dan humaniora agar bermanfaat bagi pengembangan di bidang tersebut.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Katubi mengatakan, pihaknya perlu pelatihan pendokumentasian bahasa dan sastra. Menurut pendapatnya, Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia dari sisi jumlah bahasa dengan memiliki 740-an bahasa daerah. Menurutnya, pelatihan ini diperlukan merujuk pada beberapa daerah khususnya di Indonesia bagian timur yang bahasa daerahnya terancam hampir punah. ”Pendokumentasian bahasa dan sastra akan menjadi penting, untuk menyelamatkan bahasa-bahasa yang hampir punah tersebut dan dapat digunakan dalam berbagai kepentingan,” paparnya.

Sedangkan, Sri Gilang Muhammad Sultan Rahma Putra Peneliti selaku peneliti Pusat Riset Hukum, menyampaikan bahwa ada beberapa kompetensi di bidang hukum yang perlu penguatan. Di antaranya, pemahaman perkembangan hukum dalam praktik peradilan, penyusunan peraturan perundang-undangan, penyelesaian sengketa di luar peradilan, dan pemahaman permasalahan hukum dan implikasi sosial. Untuk itu, ”Perlu adanya pelatihan legal drafting perda, alternatif penyelesaian sengketa, metode analisis dan anotasi putusan pengadilan, serta sekolah hukum kritis,” ujarnya.

Ariantoni, Peneliti Pusat Riset Pendidikan, menyampaikan usulan rencana pelatihan di pusat riset-nya. Pelatihan tersebut yaitu implementasi kurikulum merdeka, pembelajaran dan penilaian berbasis riset dan inovasi, pembelajaran dan penilaian adaftif, kurikulum berbasis riset dan inovasi, dan ekosistem sekolah madrasah berbasis riset dan inovasi. Menurutnya, pelatihan ini untuk penyempurnaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan dalam rangka peningkatan kompetensi.

Lain halnya dengan Sastri Sunarti, Plt. Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan mengungkapkan, pusat risetnya perlu mengenalkan pelatihan di bidang manuskrip dan tradisi lisan. Tujuannya ingin mengedepankan peningkatan pengetahuan pada metodologi penelitian manuskrip, pembacaan manuskrip, digitalisasi manuskrip, dan metodologi penelitian tradisi lisan. Riset ini untuk mendukung pemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Baginya, pelatihan metodologi riset manuskrip dan tradisi lisan penting, seiring minat yang meningkat terhadap riset manuskrip-manuskrip dan tradisi lisan dari Indonesia, baik sebagai warisan budaya maupun identitas bangsa.

Deden Djaenudin dari Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sekuler menjelaskan, bentuk pelatihan di pusat riset-nya yang bisa ditawarkan berupa pengenalan dasar pajak lingkungan, pengukuran indeks pembangunan secara statistik, pengolahan data survei sosial ekonomi nasional karakteristik rumah tangga, dan dasar penggunaan software stata. Pelatihan ini untuk membekali peserta dari pelaku usaha, pemerintah, peneliti, akademisi, dan mahasiswa dengan kemampuan pemahaman pada jenis-jenis pelatihan tersebut. (suhe/ed:And)