Jakarta – Humas BRIN. Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH), Achmad Najib Burhani menekankan kepada para peneliti, khususnya di lingkungan IPSH, agar merefleksi diri untuk memperkuat perspektif IPSH ke depan. Untuk itu, Najib mengharapkan masukan dari para peneliti senior terkait bagaimana harapan dan mimpi IPSH di masa mendatang.

Hal itu diutarakannya pada saat penyelenggaraan Rapat Pleno Civitas OR IPSH BRIN, Rabu (10/05), di Auditorium Utama Gedung Widya Graha Lantai 2 Kawasan BRIN Gatot Subroto Jakarta. Rapat tersebut mengusung tema “Connecting Science to Society and Culture, Nationally and Globally (Menghubungkan Ilmu Pengetahuan Masyarakat dan Budaya, Tingkat Nasional dan Global)”.

Menurut Najib, tema ini merupakan salah satu topik yang diangkat dalam rangkaian kegiatan Science Twenty (S20) yang akan diselenggarakan pada bulan Juni 2023 di India. “Tema ini kita pinjam untuk acara kita pagi hari ini, karena cocok dengan kebutuhan kita dalam mempersiapkan kegiatan yang akan datang dalam kaitannya dengan masa depan IPSH itu sendiri,” jelas Najib.

Dalam Rapat Pleno ini para kepala pusat riset dan beberapa peneliti senior di lingkungan OR IPSH menyampaikan refleksi dan catatan terkait dengan OR IPSH untuk tahun-tahun yang akan datang. Untuk itu, Najib berharap akan mendapatkan masukan tentang bayangan, harapan, atau mimpi-mimpi IPSH di masa yang datang.

“Semoga kita mendapatkan masukan dari para kapus dan beberapa peneliti senior yang diminta pendapatnya untuk menyampaikan mimpi, bayangan, dan harapan tentang masa depan IPSH untuk memperkuat perspektif kita tentang sosial humaniora ini,” harap Najib.

Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra), Herry Jogaswara yang turut hadir dalam kegiatan, menyampaikan harapan kepada peneliti IPSH untuk berkolaborasi dengan peneliti Arbastra. Menurutnya, Arbasta merupakan rumpun yang paling dekat dengan IPSH untuk berkolaborasi lebih erat lagi, utamanya beberapa riset yang memang saling berkaitan. “Mudah-mudahan ini semakin diperjelas, karena ada perbedaan karakter dari sisi lembaga riset yang dulu, sehingga hal ini perlu dikolaborasikan dengan temen-teman di IPSH,” imbuh Herry.

Di luar BRIN, ada banyak tantangan yang dihadapi yakni dunia akademisi. Hal yang paling dekat dihadapi saat ini adalah PermenPAN No. 1 Tahun 2023 tentang Jabatan Fungsional yang perlu didiskusikan secara lebih mendalam. Apa implikasinya untuk para peneliti, khususnya peneliti sosial humaniora di BRIN, baik itu dari jenjang peneliti pertama sampai dengan peneliti utama. Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, Lilis Mulyani mengungkap alasan, “Karena ada banyak diskusi tentang PermenPAN ini yang akan melimitasi jumlah angka kredit tahunan yang bisa diajukan”.

Menurut Lilis, memungkinkan nantinya tidak akan ada lagi profesor riset yang usianya di bawah 40 tahun. Karena dengan PermenPAN ini, kemungkinan yang dapat mengajukan ahli peneliti utama jikalau usianya sudah di atas 45 atau 50 tahun. “Jadi ini menjadi tantangan besar yang perlu kita diskusikan dan dalami bagaimana implikasinya, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil kerja kita ke depan,” ungkap Lilis lagi. Untuk itu, lanjutnya lagi, kita perlu mendorong kepada KemenPAN maupun BRIN untuk membuat peraturan pelaksanaannya yang memungkinkan dapat mengakomodir semua kebutuhan tersebut.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Politik, Athiqah Nur Alami menyampaikan bahwa ilmu pengetahuan, masyarakat, dan budaya saling terkoneksi dan tidak bisa dilihat dan dipelajari secara terpisah satu sama lainnya. Baginya, ilmu pengetahuan menjadi channel bagi perkembangan pengetahuan yang menjadi peran penting bagi masyarakat. Misalnya bagaimana kita menciptakan pengetahuan baru, memperbaiki pendidikan, dan meningkatkan kualitas hidup kita.

Pada momentum yang tepat juga dengan HUT ke-2 BRIN, “Kita mengharapkan refleksi selama 2 tahun keberadaan BRIN, ilmu pengetahuan yang dihasilkan hendaknya secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan masyarakat, serta respons tantangan global,” imbuh Athiqah.

Rapat Pleno dan Halal Bihalal Civitas OR IPSH BRIN ini dilaksanakan secara hybrid, dihadiri oleh seluruh kepala pusat riset dan para peneliti OR IPSH, baik peneliti senior maupun peneliti muda. Beberapa peneliti senior penyampaikan testimoni dan harapannya, di antaranya Prof. Taufik Abdullah, Prof. Ikrar Nusa Bhakti, Riwanto Tirtosudarmo, Prof. Aswatini, dan Prof. Iskandar Agung.

Mimpi dan harapan tersebut melengkapi suasana Idul Fitri, memaknai hari raya bagi manusia kembali ke fitrah. Maka semangat tersebut disematkan juga sebagai ajang silaturahmi sekaligus dalam rangkaian acara Halal Bihalal. (arial/ ed:And)