Jakarta-Humas BRIN. “Awal saya membuat proposal, kita perlu database yang kuat, bagus, kokoh, terkait dengan agama dan kepercayaan di Indonesia. Kita tidak memiliki data yang komprehensif, tentang 6 agama di Indonesia. Apalagi dengan berbagai agama di luar 6 agama, yang memiliki perwakilan di Kementerian Agama,” ungkap Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan, Sosial, dan Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (OR IPSH BRIN) Ahmad Najib Burhani, saat membuka Forum Diskusi Budaya Seri 34, di Jakarta, (11/04).
Data-data yang dimiliki 6 agama di Indonesia, selalu memiliki informasi yang tidak lengkap. Menjadi salah satu munculnya prejudice stereotype, stigma tentang berbagai hal di luar 6 agama di Indonesia.
Najib melanjutkan, jika berbicara tentang agama minoritas di Indonesia, jumlahnya itu selalu berubah. Jadi ada dinamika dengan agama minoritas atau agama kepercayaan di Indonesia, yang jumlahnya sangat banyak.
Demikian juga kaitannya dengan hal kepercayaan yang ada di Indonesia, tutur Najib, jumlahnya sangat banyak. Kalau seperti bahasa memiliki data, itupun tidak semuanya memiliki deskripsi, dan catatan yang lengkap. Direktorat Kepercayaan memiliki data, namun salah satu kelemahannya data tersebut tidak bisa diakses oleh masyarakat, yang akan mengkaji tentang agama di Indonesia.
“Data klasifikasinya kadangkala secara akademik masih campur aduk, antara kelompok kepercayaan tertentu. Ada yang bagian dari agama, dan ada pula penghayat kepercayaan, jadi masih bingung membaca data tersebut,” ujarnya.
Jadi, lanjut Najib, ada beberapa kelemahan yang terkait dengan kepercayaan yang ada di Indonesia. Tugas BRIN untuk memperkuat data yang dimiliki Indonesia, sehingga memudahkan para peneliti saat ingin melakukan penelitian. “Kita perlu melakukan pendataan lebih konprehensif dan sistematis,” imbuhnya.
Jumlah data yang bergabung dengan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) lebih dari 100, dan di luar MLKI juga masih ada. “Apabila pergi ke Papua, di sana banyak bahasa dan juga kepercayaan lokal. Selanjutnya, ada pula provinsi-provinsi lain yang selama ini belum tersentuh penelitian etnografis,” imbuh Najib.
Najib berharap proyek ini dilanjutkan oleh Pusat Riset Agama dan Kepercayaan, untuk mendata, mengumpulkan, dan memberikan deskripsi tentang agama dan kepercayaan di Indonesia. Sehingga tahun 2024-2025 kita sudah memiliki data yang komplit, komprehensif, dan sangat kuat tentang paham keagamaan ini. “Disamping itu pula akan memudahkan proses selanjutnya saat penelitian, pengembangan, dan dalam membuat insight baru,” pungkasnya.
Forum Diskusi Budaya (FDB) merupakan sebuah acara pertemuan antara akademisi dan masyarakat, dan disponsori penuh oleh BRIN melalui Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PMB). FDB menghadirkan berbagai diskusi dari beragam sumber, seperti hasil penelitian, buku, tulisan jurnal, web, dan berbagai bentuk hasil peneltian lainnya. FDB Seri 34 kali ini, mendiskusikan sebuah buku berjudul Agama Kepercayaan dan Paham Keagamaan. Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dari para peneliti di BRIN, pemeluk dan representasi organisasi atau lembaga dari kepercayaan. (trs/ed: ns)
Sumber: https://www.brin.go.id/perlu-database-yang-kuat-terkait-agama-dan-kepercayaan-di-indonesia/