Jakarta – Humas BRIN. Jumat (17/06), Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (OR TKPEKM – BRIN) bekerja sama dengan Universitas Katolik Parahyangan Bandung menyelenggarakan webinar dengan mengangkat tema “Kolaborasi Riset dan Inovasi Multi Pihak untuk Pencapaian Indonesia Maju 2045”. Kegiatan tersebut diselenggarakan secara daring dengan menghadirkan narasumber Kepala Pusat Riset Koperasi, Korporasi dan Ekonomi Kerakyatan (PR KKEK), Irwanda Wisnu Wardhana.
Dalam sambutan pembukaan, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, Budiana Gomulia mengapresiasi kegiatan webinar, bahawa kegiatan ini merupakan diskusi untuk menambah wasasan serta mendapat pemahaman dari narasumber. Untuk itu, Ia berharap besar, agar ada tindaklanjut kerja sama yang dijalin pihaknya dengan BRIN.
Sebelum mulai paparan, Irwanda mengajak para peserta melakukan perkenalan melalui sebuah sebuah dengan menjawab berbagai pertanyaan. Pembahasannya antara lain jenjang pendidikan, pengalaman bekerja, ungkapan kata mimpi harapan tahun 2045, tingkat pengetahuan dan pengalaman berkolaborasi riset, dan lain sebagainya. Perkenalan tersebut merupakan cerminan gambaran sumber daya manusia dalam menyambut Indonesia maju tahun 2045.
Dalam paparannya, Ia membahas dampak riset dan inovasi terhadap kemajuan ekonomi. Menurutnya, kemajuan negara sangat tergantung pada kemajuan teknologi dan dukungan BRIN untuk kolaborasi riset dan inovasi.
Ia menjelaskan, suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus menerus.
Peningkatan produktivitas merupakan prasyarat utama bagi tumbuh kembangnya ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan fungsi peningkatan produktivitas yang tercermin pada peningkatan output nasional.
Produktivitas mendorong suatu negara berdaya saing tinggi dengan tingkat produksi yang efektif dan efisien. Ini dapat meningkatkan daya saing sekaligus pertumbuhan ekonomi dan mutu kehidupan masyarakat.
Lebih lanjut, inovasi kini menjadi kata kunci kemajuan bangsa. Buktinya dapat dijumpai di beberapa negara maju. Di sana, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi kebutuhan mendasar bagi pertumbuhan ekonomi, pencapaian kesejahteraan, dan peningkatan kegiatan inovasi masyarakat.
IIrwanda memberi contoh inovasi teknologi Nuklir sebagai energi baru yang perlu dipertimbangkan secara serius oleh pemerintah. Nuklir dikatakan menjadi energi ramah lingkungan karena nuklir bebas emisi GRK, footprint relatif kecil, tidak mengganggu keseimbangan ekosistem, serta limbahnya terkelola dan terkontrol dengan aturan yang jelas. Nuklir bersifat berkelanjutan karena potensi bahan bakar masih tersedia. Lalu, bahan bakar bekas berpotensi dapat didaur ulang menjadi bahan bakar baru. Selain menjadi solusi transisi energi, hal itu juga menjadi solusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.
“Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) menjadi kunci untuk membangun kekuatan daya saing. Cara ini agar menghasilkan produk bernilai tambah dan memberikan keunggulan kompetitif” ungkap Irwanda. Salah satu pendorongnya adalah bagaimana peran inovasi iptek dalam menggerakkan efektivitas perekonomian.
Perkembangan iptek bisa dilihat dari Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) yang terus meningkat. Hal tersebut karena HaKI juga memengaruhi kemudahan untuk menembus tataran internasional. Untuk itu inovasi dijadikan budaya berkreasi dan berinovasi sebagai tradisi dan budaya masyarakat.
Lantas ia menjelaskan, kolaborasi sinergi korporasi koperasi menguatkan yang lemah tanpa melemahkan yang kuat. Untuk mewujudkan mimpi Indonesia maju 2045, maka harus didukung oleh ekosistem riset yang kondusif berupa sinergi triple helix antara peneliti, pemerintah, dan industri. Maka, pemerintah bertindak sebagai integrator yang bertugas untuk mengurangi jurang komunikasi antara peneliti dan industri. Sehingga, ekosistem yang kondusif melahirkan inovasi baru dan meningkatkan daya saing bangsa.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnas Iptek) telah meletakkan salah satu pondasi penting untuk itu. Maka setiap elemen pendukung ekosistem dapat berkolaborasi dan saling mendukung untuk dapat berkontribusi secara optimal.
Irwanda menegaskan, BRIN sebagai lembaga yang memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi, akan terus menjalin kolaborasi dalam rangka tujuan tersebut di berbagai skema.
Maka perlu dilakukan perubahan terhadap paradigma ekonomi dari yang berbasis sumber daya alam menjadi berbasis inovasi. Dengan demikian, inovasi memiliki peran penting dalam membangun ekonomi berbasis pengetahuan yang bertumpu pada peningkatan produktivitas. Sehingga, diperlukan sinergitas antar aktor dari kunci pelaksana pembangunan. (sur/ed: and)