(Jakarta – Humas LIPI). Sebagian kalangan masyarakat Indonesia saat ini masih menganggap antara agama, budaya, dan iptek merupakan bagian terpisah dan saling meniadakan. Anggapan itu pun ditepis oleh Prof. Dr. Thomas Djamalludin, pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat berbicara dalam Seminar Nasional “Agama, Budaya, dan Iptek: Tantangan Masa Depan” pada Kamis (30/7) lalu, di Widya Graha LIPI Jakarta.

Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK) LIPI tersebut, Thomas melihat kondisi kekinian antara agama, budaya, dan iptek seharusnya tidak menimbulkan pertentangan karena ketiganya bisa saling mendukung. “Artinya, agama dan budaya diharapkan saling memberi dukungan dalam perkembangan iptek, begitu pula sebaliknya. Sebagai contoh bahwa Al Quran bisa mewarnai perkembangan Iptek melalui kandungan di dalamnya,” kata Thomas yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala LAPAN.

Dirinya menyoroti permasalahan yang menjadi sumber perdebatan adalah tafsir dari Al Quran dan sains. Hal ini karena pada proses penafsiran sangat ditentukan oleh siapa yang menafsirkannya dan penafsiran dapat berubah tergantung zaman dan wawasan yang dimiliki penafsir tersebut.

Menurutnya, di sinilah pentingnya mendialogkan antara tafsir sains dan tafsir Al Quran karena keduanya saling menginspirasi untuk perkembangannya. “Tidak ada yg harus dipertentangkan antara agama dan perkembangan sains,” tukasnya.

Senada, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain saat membuka seminar mengatakan bahwa agama, budaya, dan iptek adalah tiga hal terkait yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena tidak ada ruang kosong di antaranya. “Tantanganya adalah ketika ketiganya juga menjadi akar perdebatan apakah akan saling mendorong atau justru meniadakan satu sama lain”, ungkapnya.

Dikatakan Iskandar, manusia butuh agama karena mengikuti panggilan terdalam dari nuraninya; manusia berbudaya sebagai ekspresi perilaku dan gaya hidup yang menandai capaian peradabannya; manusia juga berkarya melahirkan iptek dan temuan-temuan ilmiah terbaru, hasil imajinasi dan kemampuan daya nalarnya, guna memudahkan gerak hidupnya. “Karenanya, hampir tidak ada dalam sisi manusia ruang kosong karena ketiganya merupakan keniscayaan yang tak akan pernah terbantahkan,” tutupnya.

Sebagai informasi, seminar agama, budaya, dan iptek ini sendiri menghadirkan beberapa pembicara lainnya, seperti Prof. Dr. Endang Turmudi (LIPI), Prof. Dr. Muhammad Hisyam (LIPI), Dr. Muchlis M. Hanafi (Pusat Studi Quran), Dr. Haidar Bagir (Yayasan Madina Ilmu), dan Prof. Dr. Taufik Abdullah (LIPI). Seminar tersebut juga dihadiri sekitar 100 peserta, baik dari dalam dan luar LIPI. (lyr/ed: yos, pwd)

» Sumber : Humas LIPI