JAKARTA – Pusat Penelitan Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2KK LIPI) menyelenggarakan Seminar Rancangan Penelitian selama tiga hari pada tanggal 10 – 12 Maret 2015. Pada hari pertama seminar, tiga tim penelitian mempresentasikan rancangan penelitian mereka. Tim pertama, yang diwakili oleh Leolita Masnun, M.A., memaparkan rancangan penelitian “Peran Bahasa dan Kebudayaan dalam Konteks Keutuhan NKRI di Papua: Keanekaragaman untuk Persatuan dan Kesatuan”. Moderator pada sesi pertama ini adalah M. Saiful Rahman, S.S. Pada sesi pertama ini, animo peserta sangat tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang datang dan ingin memberikan tanggapan kepada penyaji. Pertanyaan dan masukan dari pembahas dan peserta terutama berkaitan dengan empat sudut pandang keilmuan yang akan digunakan oleh tim peneliti yang dirasa kurang tepat. Pertanyaan tersebut diungkapkan oleh beberapa peserta, yaitu Katubi, M.L., Sukri Abdurachman, S.H, dan Dra. Nyayu Fatimah, D.E.A. Selain itu, ada masukan penting bagi tim peneliti berkaitan dengan sudut pandang penelitian yang dianggap terlalu mewakili pemerintah dan kurang mewakili masyarakat asli Papua.

Tim kedua, diwakili oleh Dr. Ali Humaedi, M.Ag., M.Hum., mempresentasikan rancangan penelitian “Komunitas Etnik Beda Bahasa dan Budaya di Perbatasan: Merangkai Adaptasi dalam Penguatan Kedaulatan NKRI di Kalimantan Barat”. Rancangan penelitian tim ini juga mendapat sambutan hangat dari pembahas dan peserta. Pembahas terutama menyoroti masalah dasar penelitian yang dinilai kurang kuat. Selain itu, waktu penelitian lapangan yang dirasa terlalu singkat dikhawatirkan akan menghambat langkah penelitian dalam melakukan analisis. Lebih lanjut, pembahas menyarankan agar tim peneliti melengkapi rancangan penelitian dengan literatur-literatur yang terkait dengan kajian bahasa dan budaya di Kalimantan Barat. Sejalan dengan pembahas, Sukri Abdurachman, S.H, juga memberi masukan agar aspek sejarah Kalimantan Barat disertakan dalam rancangan penelitian tim ini. Selain itu, tim ini juga disarankan memilih “mata pisau” yang akan digunakan dalam melakukan analisis data; model analisis mikro ataukah model analisis makro. Saran tersebut terutama diutarakan oleh Drs. M. Azzam Manan.

Tim ketiga, yang diwakili oleh Prof. Dr. Herman Hidayat, menyajikan rancangan penelitian “Perubahan Ekologi Hutan dan Ketahanan Sosial”. Topik penelitian tim ini menjadi bahasan yang menarik mengingat perkembangan hutan Indonesia yang dari tahun ke tahun memang semakin memburuk. Topik ini juga menjadi menarik karena program unggulan Pemerintahan Jokowi saat ini—Nawa Cita—juga memberikan perhatian kepada masalah kerusakan hutan Indonesia ini. Pembahas memberikan penjelasan detail tentang agenda-agenda pemerintah dalam menangani masalah kerusakan hutan Indonesia tersebut. Selain itu, pembahas juga menyinggung masalah agroforestry. Lebih jauh, pembahas menyoroti rancangan penelitian yang kurang jelas tujuannya. Pembahas juga memberikan framework alternatif yang mungkin bisa dipakai oleh peneliti; Teori Social Exclusion, Teori Agrarian Change, dan Pembangunan dari Pedesaan. Sehubungan dengan Nawa Cita, peserta terlihat meragukan keberhasilan program tersebut. Hal ini terlihat dari munculnya pertanyaan-pertanyaan tentang sejauh mana Nawa Cita bisa diaplikasikan di lapangan. Pertanyaan yang muncul tentang pengaplikasian Nawa Cita tersebut terutama dikemukakan oleh Dr. Riwanto Tirtosudarmo, Drs. Sudiyono, dan Dr. Endang Retnowati. Muncul juga pertanyaan dari Katubi, M.L. mengenai hutan adat dan peran masyarakat adat dalam menjaga kelestarian hutan.

Secara keseluruhan, seminar rancangan penelitian hari pertama ini berjalan lancar dan hangat. Paparan penyaji disambut dengan pandangan kritis dari pembahas dan pertanyaan-pertanyaan membangun dari peserta. (Anggy Denok Sukmawati)